Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Dengan “9 Nyawa”, Wapres Amrullah Saleh Tantang Taliban

KABUL (RIAUPOS.CO) – Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh, menjadi sorotan setelah mendeklarasikan diri sebagai penjabat presiden usai ibu kota negara, Kabul, jatuh ke tangan Taliban dan Presiden Ashraf Ghani kabur ke luar negeri.

Dalam kicauan melalui akun media sosial, Selasa (17/8), Saleh menegaskan berdasarkan Undang-Undang Dasar Afghanistan, dia yang menjadi pemimpin tertinggi yang sah bila presiden absen atau tidak bisa melaksanakan tugasnya.

"Menurut aturan jelas Konstitusi Republik Islam Afghanistan, dalam hal Presiden tidak hadir, melarikan diri atau meninggal, Wakil Presiden Pertama akan menjadi penjabat Presiden," kata Saleh.

"Saya masih berada di dalam negeri dan saya secara hukum dan sah bertanggung jawab atas posisi ini. Saya berkonsultasi dengan semua pemimpin negara untuk memperkuat posisi ini," lanjutnya.

Sebelum menjabat sebagai Wapres, Saleh pernah menduduki sejumlah posisi penting di pemerintahan termasuk sebagai kepala lembaga intelijen hingga menteri dalam negeri.

Jauh sebelum berpolitik, pria kelahiran 1972 itu pernah menerima pelatihan militer di Pakistan dan menjadi anggota milisi Alian Utara pimpinan Ahmad Shah Massoud. Ia ikut berperang melawan Taliban pada akhir 1990-an.

Baca Juga:  Warga Kampar Kiri Hulu Minta Perbaiki Jembatan

Pada 1999 ia dikirim ke Cleary University, Michigan, Amerika Serikat, untuk menerima pelatihan lanjutan. Ketika perang di Afghanistan pecah pada 2001, Saleh berada di Pakistan dan bekerja pada sebuah lembaga swadaya masyarakat.

Pengetahuannya soal AS dan kemampuan bahasa Inggrisnya yang sempurna membuat dia direkrut sebagai operator Badan Pusat Intelijen AS (CIA) yang datang ke Afghanistan.

Pada 2004, ia ditunjuk menjadi pejabat senior Direktorat Keamanan Nasional Afghanistan (NDS). Saleh terkenal memiliki kedekatan dengan CIA.

Seorang mantan pejabat senior intelijen AS menganggap Saleh memiliki visi misi jelas terkait keamanan nasional Afghanistan.

Pengunduran diri Saleh dari NDS pada 2010 dinilai sebagai pukulan bagi badan intelijen Afghanistan. Ia lalu membentuk gerakan pro-demokrasi anti-Taliban yang disebut Basej-e-Milli dan Green Trend.

Pada 2017, Saleh ditunjuk Presiden Ashraf Ghani sebagai Menteri Negara untuk Reformasi Keamanan. Setahun kemudian, Saleh ditunjuk Ghani sebagai Mendagri.

Baca Juga:  Rolling Stones Ancam Gugat Donald Trump

Saleh mengundurkan diri dari jabatan Mendagri sebulan setelah penunjukkan untuk mendampingi Ghani sebagai cawapres dalam pemilu 2019.

Selain memiliki banyak koneksi, Saleh juga punya banyak musuh bebuyutan selama berkarier sebagai politikus dan pejabat intelijen Afghanistan. Beberapa musuhnya bahkan mencoba membunuh Saleh dalam sejumlah kesempatan.

Dikutip France24, politikus itu selamat dari beberapa upaya pembunuhan sehingga kerap dikenal sebagai politikus dengan "sembilan nyawa".

Salah satunya yakni upaya pembunuhan dengan bom bunuh diri terhadap iring-iringan Saleh di Kabul pada 9 September 2020.

Bom bunuh diri itu menewaskan sepuluh warga sipil dan lebih dari 12 orang lainnya luka-luka. Namun, Saleh dalam kondisi baik-baik saja dan tidak ada ajudannya yang terluka dalam insiden tersebut.

Serangan yang menargetkan Saleh itu bukan pertama kali terjadi. Setahun sebelumnya, jelang pemilihan presiden, ia dilaporkan selamat dari sebuah upaya pembunuhan serupa.

Laporan: Reuters/France24/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

 

KABUL (RIAUPOS.CO) – Wakil Presiden Afghanistan, Amrullah Saleh, menjadi sorotan setelah mendeklarasikan diri sebagai penjabat presiden usai ibu kota negara, Kabul, jatuh ke tangan Taliban dan Presiden Ashraf Ghani kabur ke luar negeri.

Dalam kicauan melalui akun media sosial, Selasa (17/8), Saleh menegaskan berdasarkan Undang-Undang Dasar Afghanistan, dia yang menjadi pemimpin tertinggi yang sah bila presiden absen atau tidak bisa melaksanakan tugasnya.

- Advertisement -

"Menurut aturan jelas Konstitusi Republik Islam Afghanistan, dalam hal Presiden tidak hadir, melarikan diri atau meninggal, Wakil Presiden Pertama akan menjadi penjabat Presiden," kata Saleh.

"Saya masih berada di dalam negeri dan saya secara hukum dan sah bertanggung jawab atas posisi ini. Saya berkonsultasi dengan semua pemimpin negara untuk memperkuat posisi ini," lanjutnya.

- Advertisement -

Sebelum menjabat sebagai Wapres, Saleh pernah menduduki sejumlah posisi penting di pemerintahan termasuk sebagai kepala lembaga intelijen hingga menteri dalam negeri.

Jauh sebelum berpolitik, pria kelahiran 1972 itu pernah menerima pelatihan militer di Pakistan dan menjadi anggota milisi Alian Utara pimpinan Ahmad Shah Massoud. Ia ikut berperang melawan Taliban pada akhir 1990-an.

Baca Juga:  Prioritaskan Pembangunan Jalan Angkutan Produksi

Pada 1999 ia dikirim ke Cleary University, Michigan, Amerika Serikat, untuk menerima pelatihan lanjutan. Ketika perang di Afghanistan pecah pada 2001, Saleh berada di Pakistan dan bekerja pada sebuah lembaga swadaya masyarakat.

Pengetahuannya soal AS dan kemampuan bahasa Inggrisnya yang sempurna membuat dia direkrut sebagai operator Badan Pusat Intelijen AS (CIA) yang datang ke Afghanistan.

Pada 2004, ia ditunjuk menjadi pejabat senior Direktorat Keamanan Nasional Afghanistan (NDS). Saleh terkenal memiliki kedekatan dengan CIA.

Seorang mantan pejabat senior intelijen AS menganggap Saleh memiliki visi misi jelas terkait keamanan nasional Afghanistan.

Pengunduran diri Saleh dari NDS pada 2010 dinilai sebagai pukulan bagi badan intelijen Afghanistan. Ia lalu membentuk gerakan pro-demokrasi anti-Taliban yang disebut Basej-e-Milli dan Green Trend.

Pada 2017, Saleh ditunjuk Presiden Ashraf Ghani sebagai Menteri Negara untuk Reformasi Keamanan. Setahun kemudian, Saleh ditunjuk Ghani sebagai Mendagri.

Baca Juga:  Ilmuwan Cari Cara Baru Tuntaskan Buta Warna

Saleh mengundurkan diri dari jabatan Mendagri sebulan setelah penunjukkan untuk mendampingi Ghani sebagai cawapres dalam pemilu 2019.

Selain memiliki banyak koneksi, Saleh juga punya banyak musuh bebuyutan selama berkarier sebagai politikus dan pejabat intelijen Afghanistan. Beberapa musuhnya bahkan mencoba membunuh Saleh dalam sejumlah kesempatan.

Dikutip France24, politikus itu selamat dari beberapa upaya pembunuhan sehingga kerap dikenal sebagai politikus dengan "sembilan nyawa".

Salah satunya yakni upaya pembunuhan dengan bom bunuh diri terhadap iring-iringan Saleh di Kabul pada 9 September 2020.

Bom bunuh diri itu menewaskan sepuluh warga sipil dan lebih dari 12 orang lainnya luka-luka. Namun, Saleh dalam kondisi baik-baik saja dan tidak ada ajudannya yang terluka dalam insiden tersebut.

Serangan yang menargetkan Saleh itu bukan pertama kali terjadi. Setahun sebelumnya, jelang pemilihan presiden, ia dilaporkan selamat dari sebuah upaya pembunuhan serupa.

Laporan: Reuters/France24/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari