Jumat, 20 September 2024

Manfaatkan Kulit Buah jadi Hand Sanitizer

(RIAUPOS.CO) – DI masa pandemi ini, hand sanitizer seperti menjadi barang wajib yang harus dibawa k e mana-mana. Berbagai inovasi bermunculan untuk mengembangkan hand sanitizer yang lebih ramah lingkungan, dengan memanfaatkan eco enzym.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) Dr Rina Novia Yanti S Hut M Si mengungkapkan, ia bersama timnya yaitu Hanifa Ikhsani S Hut M Si, dan Ika Lestari S Hut M Si, mengadopsi penelitian Dr Rasukon Poopavong dari Thailand.“Kami mengadopsi hasil penelitian tersebut, sekarang ini lagi musim pandemi, orang perlu hand sanitizer lebih banyak, jadi kami memutuskan membuat produk tersebut,” katanya, Jumat  (13/8).

Dijelaskannya, fungsi dari hand sanitizer dari eco enzym tersebut sama dengan hand sanitizer yang berada di pasaran. Rina juga menjelaskan tata cara pembuatan hand sanitizer dari eco enzym.

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu, limbah buah-buahan, seperti sisa jeruk atau kulit jeruk, kulit buah pepaya, melon, semangka, dan lain-lain. Kemudian diperlukan juga gula merah dan air bersih.

- Advertisement -

“Eco enzym adalah hasil dari fermentasi kulit buah, proses pembuatannya, untuk 300 gram kulit buah diperlukan 1 liter air bersih, dan 100 gram gula merah. Jika jumlahnya lebih tinggal dikalikan kelipatannya. Gula merah ini berperan untuk mempercepat pembusukan,” tutur Rina.

Selanjutnya, kulit buah dicacah kecil-kecil dan akan lebih baik jika diblender. Sementara itu, gula merah juga dicacah. Tahap selanjutnya, gula merah dicampur dengan air yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian kulit buah yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam air tersebut.“Setelah itu, aduk-aduk dan pastikan wadah ditutup dengan rapat agar tidak ada udara yang masuk,” ujar Rina.

- Advertisement -
Baca Juga:  Bus Parkir di Lapangan Sepakbola

Fermentasi kulit buah ini memakan waktu hingga tiga bulan. Dalam prosesnya wadah dibuka lagi hingga tiga kali, yaitu setelah satu minggu pertama, setelah satu bulan pertama, dan ketika masa panen.

“Setelah seminggu kita buka dan aduk-adu lagi, biarkan terbuka sampai 15 menit, kemudian tutup lagi dengan rapat. Begitu juga setelah satu bulan,” ujarnya.

Dikatakan Rina pembuatan eco enzym akan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Baik bahan-bahan dan proses pembuatannya sangat minim bahan kimia atau zero kimia. Selain itu, fermentasi eco enzym akan menghasilkan gas ozon (O3) sehingga meningkatkan lapisan ozon di atmosfer.

“Fermentasi ini akan menimbulkan penyelamatan lingkungan. Selama proses fermentasi ada gas O3 dan bisa meningkatkan jumah ozon. Gas ini akan keluar ketika kita membuka wadah fermentasi,” ucapnya.

Rina mengingatkan, untuk menyimpan wadah fermentasi tersebut di tempat yang tidak terkena matahari secara langsung, dan jauh dari tong sampah. Setelah tiga bulan, eco enzym siap untuk dipanen. Cara panennya juga cukup mudah, tinggal siapkan saringan untuk memisahkan ampas kulit buah dengan cairannya. Cairan tersebutlah yang dimanfaatkan untuk pembuatan hand sanitizer, sedangkan ampas kulit buah bisa dijadikan pupuk.

“Untuk hand sanitizer dari eco enzym, campur 100 ml eco enzym dengan 400 ml air bersih. Perbandingannya 1:4, setelah itu bisa digunakan untuk hand sanitizer,” tukasnya.

Baca Juga:  Denny Siregar Tantang Novel Bamukmin Duel di Atas Ring, Berani Nggak?

Rina menambahkan hampir semua kulit buah bisa dijadikan eco enzym. Namun ia mengingatkan untuk menghindari buah-buahan seperti durian, dan menghindari kulit buah yang sifatnya kering seperti salak.“Tidak direkomendasikan kulit buah yang sifatnya kering seperti salak. Kalau kulit buah durian saya belum coba,” ucapnya.

Aroma hand sanitizer juga bergantung pada bahan yang digunakan. Agar tercipta aroma segar, Rina menyarankan untuk menggunakan lebih banyak kulit jeruk dan ditambah dengan daun serai. Selain itu kulit nanas juga direkomendasikan untuk memberikan aroma yang segar.

Rina mengungkapkan Unilak memiliki bank sampah, di sana pihaknya memproduksi eco enzym yang dibagi-bagikan kepada sesama dosen. Pihaknya juga membina masyarakat di Bank Sampah Limbungan untuk dapat memanfaatkan eco enzym dan membuatnya memiliki nilai dari sisi ekonomi. “Nanti bulan September kita panen, dan akan kami bikin kemasan yang bagus, kami mengajarkan kepada masyarakat, dan kalau bisa dipasarkan,” ungkapnya.

Rina berharap, hadirnya produk-produk dari eco enzym ini dapat membantu perekonomian masyarakat, dimulai dari rumah tangga masing-masing. Dijelaskannya, eco enzym tak hanya bisa digunakan untuk hand sanitizer, tapi juga untuk produk kebersihan lainnya.

“Jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menekan biaya pembelian sabun, produk pembersih lantai, dan lain-lain. Kami berharap, bisa menyejahterakan keluarga dan masyarakat,” pungkasnya.(ali)

Laporan MUJAWAROH ANNAFI Pekanbaru

 

(RIAUPOS.CO) – DI masa pandemi ini, hand sanitizer seperti menjadi barang wajib yang harus dibawa k e mana-mana. Berbagai inovasi bermunculan untuk mengembangkan hand sanitizer yang lebih ramah lingkungan, dengan memanfaatkan eco enzym.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) Dr Rina Novia Yanti S Hut M Si mengungkapkan, ia bersama timnya yaitu Hanifa Ikhsani S Hut M Si, dan Ika Lestari S Hut M Si, mengadopsi penelitian Dr Rasukon Poopavong dari Thailand.“Kami mengadopsi hasil penelitian tersebut, sekarang ini lagi musim pandemi, orang perlu hand sanitizer lebih banyak, jadi kami memutuskan membuat produk tersebut,” katanya, Jumat  (13/8).

Dijelaskannya, fungsi dari hand sanitizer dari eco enzym tersebut sama dengan hand sanitizer yang berada di pasaran. Rina juga menjelaskan tata cara pembuatan hand sanitizer dari eco enzym.

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu, limbah buah-buahan, seperti sisa jeruk atau kulit jeruk, kulit buah pepaya, melon, semangka, dan lain-lain. Kemudian diperlukan juga gula merah dan air bersih.

“Eco enzym adalah hasil dari fermentasi kulit buah, proses pembuatannya, untuk 300 gram kulit buah diperlukan 1 liter air bersih, dan 100 gram gula merah. Jika jumlahnya lebih tinggal dikalikan kelipatannya. Gula merah ini berperan untuk mempercepat pembusukan,” tutur Rina.

Selanjutnya, kulit buah dicacah kecil-kecil dan akan lebih baik jika diblender. Sementara itu, gula merah juga dicacah. Tahap selanjutnya, gula merah dicampur dengan air yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian kulit buah yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam air tersebut.“Setelah itu, aduk-aduk dan pastikan wadah ditutup dengan rapat agar tidak ada udara yang masuk,” ujar Rina.

Baca Juga:  Dari Tidak Percaya, Meragukan, hingga Yakin Ada

Fermentasi kulit buah ini memakan waktu hingga tiga bulan. Dalam prosesnya wadah dibuka lagi hingga tiga kali, yaitu setelah satu minggu pertama, setelah satu bulan pertama, dan ketika masa panen.

“Setelah seminggu kita buka dan aduk-adu lagi, biarkan terbuka sampai 15 menit, kemudian tutup lagi dengan rapat. Begitu juga setelah satu bulan,” ujarnya.

Dikatakan Rina pembuatan eco enzym akan memberikan dampak positif bagi lingkungan. Baik bahan-bahan dan proses pembuatannya sangat minim bahan kimia atau zero kimia. Selain itu, fermentasi eco enzym akan menghasilkan gas ozon (O3) sehingga meningkatkan lapisan ozon di atmosfer.

“Fermentasi ini akan menimbulkan penyelamatan lingkungan. Selama proses fermentasi ada gas O3 dan bisa meningkatkan jumah ozon. Gas ini akan keluar ketika kita membuka wadah fermentasi,” ucapnya.

Rina mengingatkan, untuk menyimpan wadah fermentasi tersebut di tempat yang tidak terkena matahari secara langsung, dan jauh dari tong sampah. Setelah tiga bulan, eco enzym siap untuk dipanen. Cara panennya juga cukup mudah, tinggal siapkan saringan untuk memisahkan ampas kulit buah dengan cairannya. Cairan tersebutlah yang dimanfaatkan untuk pembuatan hand sanitizer, sedangkan ampas kulit buah bisa dijadikan pupuk.

“Untuk hand sanitizer dari eco enzym, campur 100 ml eco enzym dengan 400 ml air bersih. Perbandingannya 1:4, setelah itu bisa digunakan untuk hand sanitizer,” tukasnya.

Baca Juga:  Denny Siregar Tantang Novel Bamukmin Duel di Atas Ring, Berani Nggak?

Rina menambahkan hampir semua kulit buah bisa dijadikan eco enzym. Namun ia mengingatkan untuk menghindari buah-buahan seperti durian, dan menghindari kulit buah yang sifatnya kering seperti salak.“Tidak direkomendasikan kulit buah yang sifatnya kering seperti salak. Kalau kulit buah durian saya belum coba,” ucapnya.

Aroma hand sanitizer juga bergantung pada bahan yang digunakan. Agar tercipta aroma segar, Rina menyarankan untuk menggunakan lebih banyak kulit jeruk dan ditambah dengan daun serai. Selain itu kulit nanas juga direkomendasikan untuk memberikan aroma yang segar.

Rina mengungkapkan Unilak memiliki bank sampah, di sana pihaknya memproduksi eco enzym yang dibagi-bagikan kepada sesama dosen. Pihaknya juga membina masyarakat di Bank Sampah Limbungan untuk dapat memanfaatkan eco enzym dan membuatnya memiliki nilai dari sisi ekonomi. “Nanti bulan September kita panen, dan akan kami bikin kemasan yang bagus, kami mengajarkan kepada masyarakat, dan kalau bisa dipasarkan,” ungkapnya.

Rina berharap, hadirnya produk-produk dari eco enzym ini dapat membantu perekonomian masyarakat, dimulai dari rumah tangga masing-masing. Dijelaskannya, eco enzym tak hanya bisa digunakan untuk hand sanitizer, tapi juga untuk produk kebersihan lainnya.

“Jika dimanfaatkan dengan baik, bisa menekan biaya pembelian sabun, produk pembersih lantai, dan lain-lain. Kami berharap, bisa menyejahterakan keluarga dan masyarakat,” pungkasnya.(ali)

Laporan MUJAWAROH ANNAFI Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari