PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi melaksanakan peninjauan rangkaian penanganan Covid-19 di Kota Pekanbaru, Sabtu (31/7/2021).
Dengan di dampingi sejumlah pejabat utama serta pejabat di jajaran Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru, kapolda memulai peninjauan dengan mendatangi langsung Pos PPKM di Kecamatan Tenayan Raya.
Disana, kapolda sempat meninjau langsung proses evakuasi masyarakat yang terpapar Covid-19 melalui virtual. Selain itu, kapolda sempat membagikan paket bantuan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan.
Usai dari Tenayan Raya, Irjen Agung kemudian bergerak menuju Tempat Isolasi Terpadu (Isoter) Asrama Haji Provinsi Riau. Selain memberikan motivasi serta arahan, jenderal bintang dua itu juga sempat menyerahkan bantuan berupa buah-buahan kepada pasien yang tengah di rawat.
Ia juga sempat berbincang-bincang dengan Koordinator Isoter Asrama Haji Riau, Citra. Selain menanyakan beberapa hal tentang isoter Asrama Haji Riau, kapolda juga melakukan peninjauan langsung sebuah ruangan yang disiapkan sebagai tempat perawaran tambahan. Sebab, sampai saat ini ruang isolasi disana sudah penuh.
Hal itu sebagaimana disampaikan Koordinator Isoter Citrea usai berbincang dengan kapolda. Dijelaskan dia, awal di manfaatkan sebagai lokasi isolasi, Asrama Haji Riau hanya membuka satu tower, yakni Tower Musdalifah yang memiliki kapasitas kamar tidur sebanyak 246 kasur.
Seiring dengan pertambahan kasus, pihaknya kemudian menambah satu tower lagi, yakni Tower Khalifah yang memiliki kapasitas sebanyak 255 kasus.
“Dan kapasitas saat ini kami nyatakan full. Untuk masyarakat yang ingin masuk, menunggu antrian dan menghubungi call center. Sedangkan untuk pasien yang telah kami isolasi disini sampai 7 juni kemaren lebih kurang ada 800. Untuk yang sudah di pulangkan ada sekitar 400 orang,” paparnya.
Sementara itu, kapolda sendiri dalam sambutannya di Isoter Asrama Haji Riau menuturkan, sejak awal pandemi dirinya bersama beberapa stake holder stelah melakukan berbagai rumusan tentang perawatan pasien Covid-19. Baik yang memiliki komorbid maupun dengan kategori ringan.
Diakui dia, persoalan saat ini adalah ketersediaan ruang rawat inap yang ada di Rumah Sakit. Maka dari itu, pihaknya ingin rentang waktu rawat pasien dari sebelumnya 14 hari, diminimalisir kembali menjadi 10 hari. Bahkan bisa sampai 6-7 hari.
Dengan catatan, pasien yang tengah dirawat tetap ditangani dengan baik sampai mengalami kesembuhan.
“Sebab ruangan yang ada akan di tempati oleh saudara kita yang lain. Selanjutnya, dari ruang perawatan yang sudah mengalami peningkatan kesehatan bisa dirawat di isoter ini,” pungkasnya.
Ia meyakini dengan sinergitas dan kolaborasi yang baik, penanganan Covid-19 di Bumi Lancang Kuning akan dapat teratasi dengan cepat dan tepat. Dirinya kemudian memberi contoh bagaimana dulunya Provinsi Riau selalu mendapat predikat bencana kabut asap terparah.
Namun dengan sinergitas dan kolaborasi semua pihak, ditambah dengan penggunaan teknologi yang baik, akhirnya bencana kabut asap di Riau dapat ditekan dan bisa dikatakan tidak ada. Upaya tersebut dijadikan kapolda sebagai percontohan penanganan Covid-19 di Provinsi Riau ini.
Laporan: Afiat Ananda (Pekanbaru)
Editor: Eka G Putra