Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Imbau Masyarakat Tidak Pilih-Pilih Vaksin

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Program vaksinasi Covid-19 nasional telah berjalan di Indonesia secara bertahap sejak awal tahun. Dua jenis vaksin yang telah digunakan dalam program vaksinasi gratis pemerintah saat ini adalah Sinovac dan AstraZeneca. Namun. pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak memilih-milih vaksin Covid-19. 

"Saat ini semua negara sama-sama tengah sama-sama memerlukan vaksin Covid-19. Jadi vaksin dengan merek apa pun memiliki manfaat yang sama," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi M Epid.

Menurutnya, saat ini justru menjadi tantangan adalah soal ketersediaan vaksin. "Dengan adanya lonjakan kasus, membuat negara produsen vaksin ingin mengutamakan lebih dulu penggunaan vaksin untuk masyarakatnya sendiri," tambahnya.

Secara nasional, per tanggal 23 Mei 2021, progress vaksinasi Covid-19 dosis 1 telah mencapai 14.890.933, dan dosis 2 telah mencapai 9.871.644. Pelaksanaan program vaksinasi nasional juga sempat diwarnai dengan temuan varian mutasi virus baru dari Covid-19, di antaranya varian B.1.1.7 atau dikenal sebagai varian Inggris, dan varian B.1.617.2 atau juga dikenal sebagai dengan varian India, dan varian B1.351 asal Afrika Selatan.

Baca Juga:  Mobil Listrik Aksesori Game Razer Dibanderol Rp967 Juta

Temuan varian mutasi virus baru ini sempat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat terkait dengan efektivitas vaksin, terutama untuk jenis vaksin AstraZeneca yang digunakan belakangan setelah vaksin Sinovac. "Penggunaan vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan karena vaksinasi Covid-19 membawa manfaat yang jauh lebih besar,"ujarnya.

Salah satu hasil studi terbaru yang dikeluarkan oleh PHE atau Public Health England, lembaga kesehatan di Inggris, pada 22 Mei 2021 menyatakan bahwa, dua dosis vaksin AstraZeneca 66 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian Covid-19 B.1.1.7 atau varian Inggris. Sementara satu dosis vaksin AstraZeneca 50 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian Covid-19 B.1.1.7 atau varian Inggris, setelah tiga pekan disuntikkan.

Penelitian yang dilakukan oleh PHE dalam rentang waktu dari 5 April hingga 16 Mei 2021 ini juga mengemukakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 60 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B.1.617.2 atau varian India. Dan juga satu dosis vaksin AstraZeneca 33 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B.1.617.2 atau varian India, usai tiga pekan vaksin tersebut disuntikkan.

Baca Juga:  Pria tak Punya Perusahaan Ditagih Pajak Rp 32 Miliar

Di kesempatan yang berbeda salah satu pakar imunisasi, dr Elizabeth Jane Soepardi MPH DSc, mengatakan bahwa saat ini vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah vaksin yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. WHO juga telah menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif untuk melindungi orang dari risiko Covid-19 yang sangat serius. 

"Ini termasuk risiko kematian, rawat inap, dan penyakit parah. Efek samping yang jarang terjadi setelah vaksinasi, seperti kebas dan pegal pada daerah penyuntikan, hingga demam tinggi, kecil artinya dibandingkan dengan risiko kematian yang akan terjadi akibat penyakit Covid-19," jelasnya.(aga)

Laporan : DENNI ANDRIAN (Pekanbaru)
 

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Program vaksinasi Covid-19 nasional telah berjalan di Indonesia secara bertahap sejak awal tahun. Dua jenis vaksin yang telah digunakan dalam program vaksinasi gratis pemerintah saat ini adalah Sinovac dan AstraZeneca. Namun. pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak memilih-milih vaksin Covid-19. 

"Saat ini semua negara sama-sama tengah sama-sama memerlukan vaksin Covid-19. Jadi vaksin dengan merek apa pun memiliki manfaat yang sama," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi M Epid.

- Advertisement -

Menurutnya, saat ini justru menjadi tantangan adalah soal ketersediaan vaksin. "Dengan adanya lonjakan kasus, membuat negara produsen vaksin ingin mengutamakan lebih dulu penggunaan vaksin untuk masyarakatnya sendiri," tambahnya.

Secara nasional, per tanggal 23 Mei 2021, progress vaksinasi Covid-19 dosis 1 telah mencapai 14.890.933, dan dosis 2 telah mencapai 9.871.644. Pelaksanaan program vaksinasi nasional juga sempat diwarnai dengan temuan varian mutasi virus baru dari Covid-19, di antaranya varian B.1.1.7 atau dikenal sebagai varian Inggris, dan varian B.1.617.2 atau juga dikenal sebagai dengan varian India, dan varian B1.351 asal Afrika Selatan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Armenia Akan Luncurkan Rudal Balistik Jika Turki Bantu Azerbaijan 

Temuan varian mutasi virus baru ini sempat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat terkait dengan efektivitas vaksin, terutama untuk jenis vaksin AstraZeneca yang digunakan belakangan setelah vaksin Sinovac. "Penggunaan vaksin AstraZeneca tetap terus berjalan karena vaksinasi Covid-19 membawa manfaat yang jauh lebih besar,"ujarnya.

Salah satu hasil studi terbaru yang dikeluarkan oleh PHE atau Public Health England, lembaga kesehatan di Inggris, pada 22 Mei 2021 menyatakan bahwa, dua dosis vaksin AstraZeneca 66 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian Covid-19 B.1.1.7 atau varian Inggris. Sementara satu dosis vaksin AstraZeneca 50 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian Covid-19 B.1.1.7 atau varian Inggris, setelah tiga pekan disuntikkan.

Penelitian yang dilakukan oleh PHE dalam rentang waktu dari 5 April hingga 16 Mei 2021 ini juga mengemukakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 60 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B.1.617.2 atau varian India. Dan juga satu dosis vaksin AstraZeneca 33 persen efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian B.1.617.2 atau varian India, usai tiga pekan vaksin tersebut disuntikkan.

Baca Juga:  Begini Aturan Penyadapan usai Revisi UU KPK Disahkan

Di kesempatan yang berbeda salah satu pakar imunisasi, dr Elizabeth Jane Soepardi MPH DSc, mengatakan bahwa saat ini vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah vaksin yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. WHO juga telah menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif untuk melindungi orang dari risiko Covid-19 yang sangat serius. 

"Ini termasuk risiko kematian, rawat inap, dan penyakit parah. Efek samping yang jarang terjadi setelah vaksinasi, seperti kebas dan pegal pada daerah penyuntikan, hingga demam tinggi, kecil artinya dibandingkan dengan risiko kematian yang akan terjadi akibat penyakit Covid-19," jelasnya.(aga)

Laporan : DENNI ANDRIAN (Pekanbaru)
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari