PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Selama periode September 2019–September 2020, garis kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 4,04 persen, yaitu dari Rp524.861 perkapita per bulan pada September 2019 menjadi Rp546.090 per kapita per bulan pada September 2020.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Misfaruddin. Dijelaskannya, garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.
"Dengan demikian, yang dimaksud dengan penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan," katanya, Jumat (19/2).
Misfaruddin menyebutkan, di daerah perkotaan, garis kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 4,82 persen, yaitu dari Rp546.515, per kapita per bulan pada September 2019 menjadi Rp572.856, per kapita per bulan pada September 2020. Di daerah perdesaan, garis kemiskinan juga mengalami peningkatan, yakni sebesar 3,59 persen, dari Rp510.421, per kapita per bulan pada September 2019 menjadi Rp528.735, per kapita per bulan pada September 2020.
Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan (GK), yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan nonmakanan (GKNM), peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.
Dipaparkan Misfaruddin, sumbangan GKM terhadap GK pada September 2020 sebesar Rp398.654, per kapita per bulan (73,00 persen) sedangkan GKBM sebesar Rp 147.436, per kapita per bulan (27,00 persen).
"Garis kemiskinan di Bulan September 2020 mengalami peningkatan 4,04 persen dibandingkan September 2019 dan mengalami peningkatan sebesar 0,37 persen dibandingkan Maret 2020," tukasnya.
Pada September 2020, komoditi makanan yang memberikan sumbangan besar pada GK, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pada umumnya hampir sama. Beras memberi sumbangan terbesar yaitu sebesar 15,90 persen di perkotaan dan 19,18 persen di perdesaan.
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua terhadap GK (9,56 persen di perkotaan dan 14,46 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah cabai merah (9,24 persen di perkotaan dan 6,30 persen di perdesaan), daging ayam ras (4,08 persen di perkotaan dan 3,22 persen di perdesaan).
Telur ayam ras (3,74 persen di perkotaan dan 3,29 persen di perdesaan), gula pasir (2,03 persen di perkotaan dan 2,96 persen di perdesaan), mi instan (2,34 persen di perkotaan dan 1,93 persen di perdesaan), bawang merah (2,16 persen di perkotaan dan 2,28 persen di perdesaan), dan seterusnya.
"Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, bensin, dan pendidikan," pungkasnya.(anf)