PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) – SUDAH hampir setahun sejak pandemi Covid-19, dua anak Eri belajar secara online di rumah. Dia setiap bulan selalu rutin mengisi data paket anaknya. Sebenarnya ada paket pembelajaran yang diberikan pemerintah, namun anaknya yang duduk di bangku SD sebuah sekolah swasta Kota Pekanbaru, tidak mendapatnya. Sedangkan anaknya yang di SMP dapat paket tersebut, tapi hanya bisa untuk aplikasi tertentu. Sehingga harus diisi juga dengan paket lain.
Saat mendengar bahwa pemerintah akan mengizinkan kembali sekolah tatap muka, Eri mengaku lega. Karena selama ini, ia melihat belajar online tak begitu efektif. Walaupun anak-anaknya belajarnya setiap hari, namun ia melihat tidak begitu maksimal dan hanya dalam hitungan menit saja.
"Ya, tak mungkin anak bisa menyerap dengan baik pelajaran dalam hitungan beberapa menit. Sementara materinya di buku pelajarannya saya lihat ada banyak. Dan kadang kalau tidak didampingi, anak akan main-main dan tak serius belajar lewat smartphone," tuturnya kepada Riau Pos, Kamis (28/1).
Walaupun begitu, dirinya merasa bersyukur anaknya masih bisa belajar setiap harinya di rumah. Karena ia mendengar dari tetangganya bahwa anak-anak mereka yang di sekolah negeri tidak belajar via daring setiap hari. Malah ada yang tak pernah belajar daring via WhatsApp atau Zoom dengan guru mereka. Banyak yang belajar secara luar jaringan dan mandiri di rumah Sehingga jarang berkomunikasi dengan para guru mereka.
Dengan adanya berita bahwa akan dilakukan sekolah tatap muka di bulan Januari tahun ini, disambutnya dengan gembira. Namun rencana pemerintah tersebut kemudian diundur disebabkan beberapa faktor dan sekolah akan dibuka pada bulan Februari. Sebagaimana yang diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Dr Ismardi Ilyas bahwa sekolah tatap muka akan dilakukan pelajar SMP negeri yang duduk di kelas IX.
"Jika tidak muncul klaster baru penyebaran Covid-19 dari sekolah, maka sekolah tatap muka dilangsungkan hingga tingkat sekolah dasar (SD) dan taman kanak-kanak (TK)," paparnya.
Namun di balik kegembiraan anak-anaknya akan kembali masuk sekolah, kekhawatiran juga mulai muncul. Penderita Covid-19 di Indonesia yang mencapai angka satu juta orang lebih dan ramai diberitakan beberapa hari ini, membuatnya cemas. Apalagi mendengar bahwa mulai muncul varian baru virus corona yang sangat cepat penyebarannya dan lebih ganas dari sebelumnya, membuat Eri makin khawatir.
"Di satu sisi saya senang anak-anak akan sekolah, tapi di sisi lain juga khawatir. Seperti harap-harap cemas," tuturnya.
Dirinya berharap, pemerintah dan pihak sekolah sudah mengantisipasi kekhawatirannya sejak awal. Karena menurutnya, dihentikannya sekolah selama kurun waktu hampir setahun adalah karena antisipasi dan bukti pemerintah dan pihak sekolah peduli terhadap kesehatan para murid.
"Kami para orang tua percaya dan menyerahkan sepenuhnya kebijakan belajar tatap muka ini kepada pihak sekolah karena mereka yang lebih mengerti situasi dan kondisi saat pandemi ini. Kami hanya bisa berdoa semoga belajar tatap muka nanti bisa berjalan lancar dan dihindarkan dari bahaya virus ini," harapnya.***
Laporan : Yose Rizal (Pekanbaru)