BEIJING (RIAUPOS.CO) – Pemerintah Cina mendukung Indonesia menjadi pusat produksi vaksin regional (di kawasan Asia Tenggara). Dengan begitu, kedua negara diharapkan bisa berkontribusi terhadap pembangunan kesehatan umat manusia.
“Saya telah memperhatikan laporan tersebut (siaran langsung Presiden Indonesia Joko Widodo disuntik vaksin Sinovac, red). Cina dan Indonesia adalah mitra strategis penting,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina, Zhao Lijian, dalam pernyataan tertulis yang diterima di Beijing, Jumat (15/1/2021).
Menurut dia, kerja sama vaksin kedua negara tersebut menunjukkan adanya saling percaya dalam menjalin kerja sama praktis dan strategis. Oleh karena itu, Cina siap meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan, produksi, dan pengadaan vaksin.
Sebelumnya, Cina juga mengajak Indonesia untuk bersama-sama mendukung ketersediaan dan keterjangkauan vaksin Covid-19 di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam.
Pernyataan tersebut disampaikan Kemlu Cina untuk menanggapi penerbitan sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada vaksin corona yang dikembangkan Sinovac.
Pihak Sinovac pun makin percaya diri atas vaksin yang mereka kembangkan setelah penyuntikan terhadap Presiden Jokowi mendapatkan perhatian publik, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara. Bahkan, peristiwa tersebut tidak luput dari sorotan media-media di Cina.
Vaksin CoronaVac buatan Sinovac efektif dan aman, demikian pernyataan CEO Sinovac Biontech Yin Weidong dalam jumpa pers di Beijing setelah menyaksikan vaksinasi terhadap Presiden Jokowi pada Rabu (13/1/2021) itu.
Menurut dia, vaksin yang sampai saat ini masih menjalani uji klinis tahap ketiga di Brazil, Turki, dan Indonesia itu menunjukkan hasil yang bervariasi, tergantung kondisi masyarakat ketiga negara.
Dia menyebutkan, di Turki efikasi (efektivitas) vaksin Sinovac mencapai 91,3 persen. Sementara, di Cina dan Indonesia bisa mengatasi kasus infeksi ringan, masing-masing 78 persen dan 65,3 persen.
Sumber: China South Morning/News/Reuters
Editor: Hary B Koriun