JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dua mantan Presiden Amerika Serikat, George W Bush dan Barrack Obama, geram dengan kerusuhan yang terjadi di Gedung Kongres AS, Capitol. Mereka mengutuk kekerasan dan kerusuhan yang terjadi hingga sampai merenggut nyawa.
"(Itu) memuakkan dan memalukan," kata Bush menanggapi yang terjadi sepanjang hari ketika protes berlanjut di Washington DC.
Dilansir dari Newsweek, Kamis (7/1), Bush mengatakan dia dan istrinya, mantan ibu negara Laura Bush, mengamati aksi itu dengan ketidakpercayaan dan kekecewaan terhadap kekacauan yang pecah setelah anggota Kongres bersidang guna mengesahkan hasil pemilihan presiden 2020.
Bush mengaitkan kekerasan tersebut dengan individu-individu yang hasratnya telah dibakar oleh kepalsuan dan harapan palsu. Bush memperingatkan terhadap berlanjutnya kekerasan massa dan meminta orang Amerika untuk mendukung supremasi hukum.
"Negara kami lebih penting daripada politik saat ini. Biarkan pejabat yang dipilih oleh rakyat memenuhi tugas mereka dan mewakili suara kami dalam perdamaian dan keamanan," tegas Bush.
Kepala Departemen Kepolisian Metropolitan Washington DC (MPD) Robert J Contee III mengatakan pada konferensi pers Rabu (6/1) sore bahwa para perusuh menghadiri rapat umum untuk mendukung Presiden Donald Trump, berbaris menuju Gedung Capitol, sementara para legislator memulai rapat. Beberapa perusuh melanggar batas garis petugas yang ditempatkan di luar gedung dan menuju ke dalam.
"Petugas MPD yang dipanggil untuk membantu Polisi Capitol AS terluka dalam kerusuhan itu, dan seorang warga sipil ditembak," ujarnya.
Sementara presiden terpilih Joe Biden muncul di televisi nasional untuk mengutuk kekerasan itu. "Saya meminta Presiden Donald Trump untuk tampil di televisi nasional, sekarang, untuk memenuhi sumpahnya dan membela konstitusi dan menuntut diakhirinya pengepungan ini," kata Biden.
"Menyerbu Capitol, menghancurkan jendela, menduduki kantor, dan mengancam keselamatan pejabat terpilih bukanlah protes. Itu pemberontakan," tegas Biden.
Dalam laman Skynews, hal senada dikatakan mantan presiden Barack Obama yang menuduh Trump menghasut para pendukungnya untuk menyerbu Capitol. Obama menggambarkannya sebagai momen memalukan.
"Sejarah dengan tepat akan mengingat kekerasan hari ini di Capitol, dihasut oleh presiden yang sedang duduk yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah. Ini aib, aib besar bagi kita," jelas Obama.
"Narasi fantasi mereka telah berputar semakin jauh dari kenyataan, dan itu dibangun di atas kebencian selama bertahun-tahun. Sekarang kami sedang melihat konsekuensinya, melesat menjadi crescendo yang keras," tukas Obama.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi