Sabtu, 23 November 2024
spot_img

OJK Optimis Pasar Modal Mampu Lewati Tekanan Covid

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut, sinyal pemulihan ekonomi beriringan dengan kebangkitan pasar modal Tanah Air. Perekonomian Indonesia yang terus berangsur membaik membuat pasar saham Indonesia mampu melewati hantaman Covid-19.

“Momentum bangkitnya pasar modal kita ini tercermin dari beberapa capaian penting di tahun 2020,” ujarnya dalam acara pembukaan perdagangan secara virtual, Senin (4/1).

Wimboh memaparkan, sinyal pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat dengan pertumbuhan nasional yang membaik di mulai kuartal III dari minus 5,32 persen di kuartal II menjadi minus 3,49 persen. Hal itu didorong oleh kenaikan penjualan kendaraan bermotor, kinerja manufaktur yang kembali di zona ekspansi, dan indeks penjualan eceran yang membaik.

Menurutnya, hal itu mengindikasikan pemulihan ekonomi terus berlangsung dan sudah memperlihatkan sinyal positif. Stabilitas sektor jasa keuangan juga tetap terjaga dengan baik yang ditunjukkan oleh permodalan yang tinggi dengan CAR 24,19 persen, likuiditas yang memadai didukung alat likuid perbankan yang terus meningkat pada level tertinggi dalam sejarah mencapai sekitar Rp 2,250 triliun.

Selain itu, profil risiko juga dapat dikelola dengan baik tercermin dari tingkat NPL terjaga di 3,18 persen ditopang oleh restrukturisasi sekitar 18 persen dari total kredit termasuk korporasi emiten dan relatif lebih rendah dibandingkan negara tetangga.

Baca Juga:  Apical Naik ke Peringkat 2 dalam SPOTT Penilaian Minyak Sawit 2021

Wimboh menyebut, hal itu berpengaruh besar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menunjukkan penguatan dan sempat rebound di atas level 6.000 (tertinggi di level 6.165,6 tanggal 21 Desember 2020) dan ditutup di level 5.979,07 atau terkontraksi 5,09 persen ytd, lebih baik dibandingkan bursa negara- negara tetangga seperti Singapura, Filipina, dan Thailand. Demikian juga dengan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang terus mengalami penguatan dengan yield turun 105 bps secara year-to-date (benchmark SBN 1 tahun 3,64 persen).

“Sinyal pemulihan tersebut merupakan momentum bagi bangkitnya industri pasar modal kita, baik dari sisi investor yang disediakan alternatif instrumen investasi di pasar modal dengan return yang lebih tinggi dari deposito, dan dari sisi issuer juga disediakan alternatif pembiayaan dari pasar modal dengan yield yang relatif rendah dibandingkan kredit perbankan.” tuturnya.

Selain itu, Wimboh juga megatakan, kebangkitan dan pemulihan tersebut juga merupakan sinergi kebijakan yang extraordinary, pre-emptive dan akomodatif telah dikeluarkan untuk meredam pemburukan lebih lanjut dari dampak pandemi ini. Kebijakan Fiskal yang akomodatif telah dikeluarkan Pemerintah dalam rangka penanganan pandemi covid-19, penyediaan bansos bagi masyarakat dan juga stimulus percepatan pemulihan ekonomi nasional. Demikian juga Bank Indonesia dengan kebijakan pelonggaran likuiditas dan penurunan suku bunga yang akomodatif bagi sektor riil.

Baca Juga:  Exynos 980 Resmi Jadi Chipset Samsung Pertama yang Mendukung 5G

“OJK juga mengeluarkan kebijakan untuk stabilisasi pasar keuangan sejak bulan Februari lalu dan memberikan ruang bagi pelaku usaha untuk dapat bertahan dengan kebijakan restrukturisasi POJK 11/2020 di bulan Maret lalu dan juga liniensi implementasi ketentuan beberapa standar prudential,” jelasnya.

Momentum bangkitnya pasar modal kita ini tercermin dari beberapa capaian penting di tahun 2020, lanjutnya, dapat terlihat dari naiknya peningkatan transaksi investor sebesar 73 persen dari tahun sebelumnya, dengan transaksi investor ritel yang meningkat 4 kali lipat dan merupakan tertinggi di ASEAN.

Kemudian, Jumlah investor pasar modal naik 56 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 3,88 juta investor, didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun (kaum investor milenial) yang tercatat mencapai 54,79 persen dari total investor.

“Antusiasme kalangan korporasi untuk terus menggalang dana melalui penawaran umum yang ternyata masih terjaga di masa pandemi. Terdapat 53 emiten baru dengan 51 perusahaan tercatat di bursa, merupakan tertinggi di ASEAN, dengan nilai penghimpunan dana sebesar Rp118,7 triliun,” pungkasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyebut, sinyal pemulihan ekonomi beriringan dengan kebangkitan pasar modal Tanah Air. Perekonomian Indonesia yang terus berangsur membaik membuat pasar saham Indonesia mampu melewati hantaman Covid-19.

“Momentum bangkitnya pasar modal kita ini tercermin dari beberapa capaian penting di tahun 2020,” ujarnya dalam acara pembukaan perdagangan secara virtual, Senin (4/1).

- Advertisement -

Wimboh memaparkan, sinyal pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat dengan pertumbuhan nasional yang membaik di mulai kuartal III dari minus 5,32 persen di kuartal II menjadi minus 3,49 persen. Hal itu didorong oleh kenaikan penjualan kendaraan bermotor, kinerja manufaktur yang kembali di zona ekspansi, dan indeks penjualan eceran yang membaik.

Menurutnya, hal itu mengindikasikan pemulihan ekonomi terus berlangsung dan sudah memperlihatkan sinyal positif. Stabilitas sektor jasa keuangan juga tetap terjaga dengan baik yang ditunjukkan oleh permodalan yang tinggi dengan CAR 24,19 persen, likuiditas yang memadai didukung alat likuid perbankan yang terus meningkat pada level tertinggi dalam sejarah mencapai sekitar Rp 2,250 triliun.

- Advertisement -

Selain itu, profil risiko juga dapat dikelola dengan baik tercermin dari tingkat NPL terjaga di 3,18 persen ditopang oleh restrukturisasi sekitar 18 persen dari total kredit termasuk korporasi emiten dan relatif lebih rendah dibandingkan negara tetangga.

Baca Juga:  Jangan Percaya Promo Alat Penghemat Listrik

Wimboh menyebut, hal itu berpengaruh besar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menunjukkan penguatan dan sempat rebound di atas level 6.000 (tertinggi di level 6.165,6 tanggal 21 Desember 2020) dan ditutup di level 5.979,07 atau terkontraksi 5,09 persen ytd, lebih baik dibandingkan bursa negara- negara tetangga seperti Singapura, Filipina, dan Thailand. Demikian juga dengan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang terus mengalami penguatan dengan yield turun 105 bps secara year-to-date (benchmark SBN 1 tahun 3,64 persen).

“Sinyal pemulihan tersebut merupakan momentum bagi bangkitnya industri pasar modal kita, baik dari sisi investor yang disediakan alternatif instrumen investasi di pasar modal dengan return yang lebih tinggi dari deposito, dan dari sisi issuer juga disediakan alternatif pembiayaan dari pasar modal dengan yield yang relatif rendah dibandingkan kredit perbankan.” tuturnya.

Selain itu, Wimboh juga megatakan, kebangkitan dan pemulihan tersebut juga merupakan sinergi kebijakan yang extraordinary, pre-emptive dan akomodatif telah dikeluarkan untuk meredam pemburukan lebih lanjut dari dampak pandemi ini. Kebijakan Fiskal yang akomodatif telah dikeluarkan Pemerintah dalam rangka penanganan pandemi covid-19, penyediaan bansos bagi masyarakat dan juga stimulus percepatan pemulihan ekonomi nasional. Demikian juga Bank Indonesia dengan kebijakan pelonggaran likuiditas dan penurunan suku bunga yang akomodatif bagi sektor riil.

Baca Juga:  Apical Naik ke Peringkat 2 dalam SPOTT Penilaian Minyak Sawit 2021

“OJK juga mengeluarkan kebijakan untuk stabilisasi pasar keuangan sejak bulan Februari lalu dan memberikan ruang bagi pelaku usaha untuk dapat bertahan dengan kebijakan restrukturisasi POJK 11/2020 di bulan Maret lalu dan juga liniensi implementasi ketentuan beberapa standar prudential,” jelasnya.

Momentum bangkitnya pasar modal kita ini tercermin dari beberapa capaian penting di tahun 2020, lanjutnya, dapat terlihat dari naiknya peningkatan transaksi investor sebesar 73 persen dari tahun sebelumnya, dengan transaksi investor ritel yang meningkat 4 kali lipat dan merupakan tertinggi di ASEAN.

Kemudian, Jumlah investor pasar modal naik 56 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 3,88 juta investor, didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun (kaum investor milenial) yang tercatat mencapai 54,79 persen dari total investor.

“Antusiasme kalangan korporasi untuk terus menggalang dana melalui penawaran umum yang ternyata masih terjaga di masa pandemi. Terdapat 53 emiten baru dengan 51 perusahaan tercatat di bursa, merupakan tertinggi di ASEAN, dengan nilai penghimpunan dana sebesar Rp118,7 triliun,” pungkasnya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari