JAKARTA (RIUPOS.CO) — MUNCUL harapan di tengah meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dua di antara para pasien itu sudah dinyatakan sembuh dan boleh pulang. Meskipun demikian, pemantauan tetap dilakukan terhadap mereka. Di sisi lain, ada satu kasus yang dinyatakan meninggal dunia.
Kepastian sembuhnya dua kasus itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yuriawan di kantor presiden, kemarin (11/3). Pasien yang sembuh itu adalah kasus 06 dan 14. Kasus 06 adalah ABK Diamond Princess yang tertular saat masih di kapal itu. Sementara, kasus 14 adalah WNI yang baru kembali dari luar negeri.
"Pasien 06 dan pasien 14 ini sudah dua kali diperiksa (virusnya) negatif," terang Yuri. Dua kali pemeriksaan virus itu adalah standar yang berlaku di semua negara sebelum menyatakan pasien Covid-19 sembuh. Sepanjang masa perawatan, keduanya semakin minim keluhan hingga tesnya dinyatakan negatif.
Perawatan terhadap pasien positif Covid-19 bukanlah perawatan medis gawat sebagaimana dibayangkan beberapa pihak. Para pasien itu sebetulnya hanya menjalani terapi untuk memperkuat imunitas. Termasuk dengan mengonsumsi vitamin. Dengan cara itu, virus akan mati dengan sendirinya karena imun pasien sudah kuat. Mayoritas pasien juga tidak menggunakan infus maupun oksigen.
Meski pun hanya diterapi, namun mereka tetap diisolasi. Tujuannya mencegah interaksi mereka dengan siapa pun yang berpotensi membuat virusnya pindah. Pengecualian dilakukan terhadap pasien dengan penyakit bawaan. Mau tidak mau, mereka harus mendapat perawatan ekstra karena penyakit bawaan itu membuat kondisinya menjadi berat.
Kedua pasien tersebut boleh pulang kemarin. Hanya saja, sebelum pulang mereka di-briefing oleh tim dari Kemenkes dan RSPI. Keduanya diminta untuk melaksanakan isolasi diri selama dua pekan ke depan. Baik dari lingkungan keluarganya maupun lingkungan sosialnya. "Meskipun sudah negatif masih kita harapkan mereka berhati-hati," lanjutnya.
Selama masa isolasi diri, mereka diminta tetap mengenakan masker saat beraktivitas. Kemudian, sebisa mungkin menghindari kontak dekat dengan keluarga. Selain itu, mereka diminta tidak menggunakan alat makan dan minum bersama. Ditambah lagi, mengurangi aktivitas di luar rumah maupun bertemu dengan orang lain. Mereka juga masih dalam pantauan dinas kesehatan.
Di saat hampir bersamaan, kemarin dini hari sekitar pukul 02.00, satu pasien meninggal dunia. Dia adalah kasus 25, WNA perempuan berusia 53 tahun. Sebelum meninggal, dia dirawat di RS Sanglah Denpasar. "Pasien ini masuk di rumah sakit sudah dalam keadaan sakit berat," tutur Yuri. Sebab, sebelum terpapar Covid-19, dia sudah mengidap sejumlah penyakit berat.
Mulai dari diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang cukup lama diderita. Sebagaimana diberitakan, penyakit-penyakit itu membuat daya tahan tubuh penderitanya melemah. Sehingga makin berisiko tatkala dia tertular Covid-19. Karena Covid-19 akan memperburuk kondisi penyakit-penyakit itu.
Hingga saat ini, tracing contact terhadap kontak-kontak dekat para pasien juga masih trus dilakukan. Hanya saja, kendala utamanya adalah kemampuan pasien untuk mengingat. Selama 14 hari terakhir dengan siapa saja dia berinteraksi jarak dekat. Penelusuran sangat bergantung dari keterangan pasien.
Di sisi lain, jumlah kasus positif Covid-19 per kemarin sore bertambah tujuh orang. Yakni, kasus 28-34. "Semuanya imported case," ujar Dirjen P2P Kemenkes itu. Ketujuh kasus baru itu seluruhnya juga WNI. Dengan demikian, saat ini kasus positif Covid-19 yang masih dalam perawatan berjumlah 31 orang.
Ketujuh kasus baru itu didapat dari penelusuran menggunakan kartu kewaspadaan kesehatan (health alert card). Mereka sudah mengisinya saat tiba di bandara. Lalu, saat timbul gejala flu, mereka memeriksakan diri dengan menunjukkan kartu tersebut. Dari situlah kemenkes langsung mengambil tindakan sehingga akhirnya mereka dinyatakan positif Covid-19.
Rata-rata, gejala yang tampak saat dinyatakan positif adalah sakit yang ringan menjurus sedang. Mereka saat ini sudah diisolasi di sejumlah RS di beberapa kabupaten/kota untuk mencegah penularan.
Yuri menjelaskan, Covid-19 di Indonesia diterjemahkan sebagai bencana non alam. Maka, pemerintah juga melakukan tanggap darurat. Beberapa bentuknya adalah mengisolasi pasien positif Covid-19 dan mencari kontak-kontak dekat para pasien untuk diperiksa.
Gejala awal klinisnya adalah flu. "80 persen panas. Kemudian sekitar 60 persen adalah munculnya batuk, dan sekitar 50 persen pilek," urainya. Munculnya selalu dari tiga gejala itu. ada yang mengalami salah satunya, ada pula yang mengalami ketiganya.
Bila kondisi itu dibiarkan menjadi berat, maka yang terjadi berikutnya adalah menimbulkan kesulitan bernafas. Itu ditandai dengan adanya pneumonia. Bila sudah kesulitan bernafas, selanjutnya yang terjadi adalah kekurangan oksigen. Bila sudah demikian, akibatnya kompleks pada tubuh.
Dimulai dengan gagal ginjal, lalu gagal jantung dan liver sehingga jatuh pada kondisi multiorgan failure. "Ini yang menyebabkan kematian," jelasnya. Pneumonia juga mengakibatkan sepsis karena daya tahan tubuh menjadi lemah. Bakteri dalam tubuh yang jumlahnya selama ini terkontrol akan berkembang menjadi tidak terkendali. Timbullah sepsis bakteri.
Sejumlah kasus pasien Covid-19 meninggal di luar negeri adalah karena sepsis. Yang penyebab adalah bakteri. Virus itu melemahkan imunitas orang yang sakit dan membuat bakteri berkembang menjadi sepsis. "Tidak pernah kita dapatkan meninggal karena coronavirus sendiri. Selalu adalah komplikasi," ujar pria 58 tahun itu.
Disinggung mengenai kasus 27 yang disebut sebagai kasus lokal, Yuri menyatakan pihaknya masih terus menelusuri sumbernya. Sebab, kasus 27 sama sekali tidak terkait dan tidak pernah berinteraksi dengan seluruh kasus lainnya. Pihaknya juga menelusuri kontak dekat kasus 27 untuk mengetahui apakah dia sudah menularkan virusnya.
Spesialis Pulmonologi Rumah Sakit Universitas Indonesia dr Raden Rara Diah Handayani SpP(K) menyatakan bahwa pada awalnya orang dalam pemantauan (ODP) tidak diperiksa. ODP adalah mereka yang baru masuk ke Indonesia, baik WNI maupun WNA, yang berasal dari negara yang sudah diyakini terjadi penularan antar manusia. "Dengan adanya kasus sekarang, ada perbedaan. Terutama bagi (ODP) yang kontak dengan kasus terkonfirmasi maka akan diperiksa," tuturnya kemarin.
Dengan kondisi saat ini, maka persiapan fasilitas kesehatan diperlukan. Menurut Diah, saat ini seluruh fasilits kesehatan yang ditunjuk untuk penanganan Covid-19 membutuhkan ventilator atau alat bantu napas. Dengan adanya pasien yang mengalami pemburukan kondisi, maka ventilator diperlukan.
Penguatan infrastruktur ruah sakit ini diperlukan. Misalnya saja dnegan ruangan terpisah dengan pasien lain. Tak hanya alatnya saja, namun juga sumber daya manusia yang mumpuni. "Perawatnya harus mengerti bagaimana menjemen perawatan pasien speerti ini," ungkapnya,
Sementara itu Mantan Menteri Kesehatan Nila Moeloek kemarin memaparkan bahwa penanganan Covid-19 memerlukan peran aktif daerah. Dia menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara besar dengan terdiri banyak pulau. Sehingga, ketika semua urusan dilimpahkan ke pusat maka akan keteteran. Regionalisasi dalam perawatan diperlukan. "Misalnya Sumatera, siapa yang akan mengawasi di sana. Termasuk tenaga, ruangan, dan sebagainya," tuturnya.
Selain itu, dalam penanganan Covid-19 perlu ditangani seluruh sektor. Tak hanya kesehatan. NIla mencontohkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa menghimbau agar siswa tidak cium tangan. Dia menganggap bahwa cium tangan bisa memperbesar peluang penularan penyakit tersebut.
Lebih lanjut Nila menjelaskan bahwa kesehatan merupakan hal fundamental Untuk itu perlu inovasi dibidang kesehatan. Penanganan penyakit tak hanya saat hal tersebut terjadi namun juga sebelum itu. "Kita ringkih kalau diabetes. Padahal (diabetes) meningkat terus. Belum lagi masalah kesehatan lain," tuturnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Prof Hasbullah Thabrany menyorot belum maksimalnya upaya pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19. Salah satunya terlihat dari minimnya dukungan anggaran.
Disampaikan, sampai sekarang pemerintah belum mengumumkan secara resmi berapa anggaran yang dialokasikan khusus untuk mengatasi korona. "Sampai sekarang kan kita belum dengar berapa anggarannya. Padahal persebaran virus ini sangat cepat," kata Hasbullah Thabrany dalam diskusi di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Wapres Kurangi Jabat Tangan Sementara itu Wakil Presiden Ma’ruf Amin mulai mengurangi aktivitas jabat tangan. Ini untuk menjalankan protokol pencegahan penyebaran virus korona. Seperti yang dia lakukan saat kunjungan ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) kemarin (11/3). Ma’ruf datang ke NTB untuk membuka Musyawarah Nasional (Munas) V Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi).
"Saya minta maaf kalau terpaksa salamannya pakai salaman corona," kata Ma’ruf mengawali pidato sambutannya. Salam corona itu seperti gerakan Namaste dalam yoga. Yakni menyatukan kedua telapak tangan di depan dada. Seperti yang sering dilakukan peserta yoga.
Ma’ruf mengatakan biasanya jika ketemu orang salam seperti biasa. Bahkan ada juga yang ketemu dia sampai cium tangan. Dia mengatakan terpaksa salamannya tidak sampai cium tangan untuk menangkal penyebaran virus corona.
Menanggapi kondisi terkini penyebaran virus corona di Indonesia, Ma’ruf menyampaikan ada tiga kebijakan yang dijalankan pemerintah. Pertama adalah memperketat pintu masuk. Baik itu darat, laut, maupun udara. "Terutama dari udara. Sehingga seleksinya lebih ketat lagi," jelasnya.
Kemudian menyiapkan fasilitas perawatan dengan dilengkapi berbagai alat medis. Selain itu memperbanyak rumah sakit yang mempunyai fasilitas kamar isolasi. Dengan demikian fasilitas rumah sakit tersebut bisa menangani kasus corona.
Tiga Pasien Suspect di Riau Mulai Membaik Satu pasien suspect corona yang dirawat di RSUD Arifin Achmad dinyatakan negatif, dan akhirnya diperbolehkan pulang. Yang terbaru, tiga pasien yang saat ini dirawat juga kondisinya mulai membaik. Direktur RSUD Arifin Achmad dr Nuzelly Husnedi mengatakan, tiga pasien suspect virus corona juga dalam kondisi membaik tidak ada tanda-tanda memburuk.
"Tiga pasien itu kondisinya terus membaik. Mereka sedang di ruang isolasi untuk terus dilakukan pemantauan secara berkala. Semoga tiga pasien ini juga negatif virus corona," katanya.
Dengan sudah adanya satu pasien suspect yang pulang, Nuzelly juga berharap terhadap masyarakat supaya tidak menjauhi pasien yang sudah terbebas dari virus corona.
"Saya imbau juga masyarakat jangan panic. Karena pasien yang sudah pulang itu negatif dari virus corona. Jadi masyarakat tidak perlu takut untuk berkomunikasi," sebutnya.
Selain tiga pasien suspect yang dirawat di RSUD Arifin Achmad tersebut, satu pasien suspect yang selama ini dirawat di RSUD Dumai, kondisinya mulai membaik. Meskipun masih berada di ruang isolasi, namun pasien dengan inisial Mr A tersebut sudah tidak lagi memakai bantu selang infus.
"Yang di Dumai juga katanya sudah membaik," ujarnya.(byu/lyn/mar/wan/mia/lum/fiq/jpg/sol/ted)
Laporan JPG