MERANTI (RIAUPOS.CO) — Pembuka tahun 2020, kabar buruk menyeruak dari Kepulauan Meranti. Puluhan korban dari kasus demam berdarah dengue (DBD) mencuat. Dua di antaranya meninggal dunia.
Secara rinci, sejak Januari 2020 terdapat 49 kasus dan seorang diantaranya telah meninggal dunia. Februari 2020 terdapat 21 kasus. Per-9 Maret 2020 terdapat 2 kasus DBD dan seorang di antaranya meninggal dunia. Sehingga jumlah kasus DBD hingga saat ini terdapat 73 kasus.
Seperti dijelaskan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Meranti, rata-rata penderita adalah anak-anak. Termasuk dua orang korban jiwa. Menyikapi dari kabar tersebut, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti, Hafizan Abbas dan jajaran berkunjung ke rumah duka salah seorang korban jiwa DBD.
Agenda itu dilaksanakan, Selasa (11/3/20) siang. Di rumah duka, mereka disambut oleh orang tua korban, Iwan Budiman warga Jalan Dorak Gg. Perabot, Kelurahan, Selatpanjang Timur, Meranti.
Selain Hafizan, jajaran komisi Eka Yusnita, SH, Dr Taufikurrohman MSi, Nirwana Sari SE, Cun cun MSi beserta staf ASN lingkungan Sekretariat DPRD juga ikut hadir. Mewakili keluarga besar DPRD Meranti, Hafizan Abbas sampaikan bela sungkawa. "Kami mewakili seluruh keluarga besar DPRD Meranti ikut berduka sedalam-dalamnya atas meninggal dunia anak kita Tania pada Jum’at tanggal 06 Maret lalu yang disebabkan menderita demam berdarah (DBD)," ujar Hafizan kepada orang tua korban.
Dalam kunjungan itu, mereka juga sempat memanjatkan doa kepada mendiang. Penutup kunjungan Hafizan menyampaikan prihatin atas kejadian tersebut. "Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapi dan dapat mengambil hikmah dari kejadian ini. Beliau juga berharap kasus seperti ini tidak terjadi lagi di Meranti," ungkapnya.
Kepada Riau Pos, Hafizan sebelumnya sempat mengaku terkejut jika kasus DBD di daerahnya telah memakan korban jiwa. Bahkan terdapat puluhan kasus yang tersebar DBD dua bulan terakhir.
"Iya. Saya kemarin terkejut dan baru tau. Nanti kita sampaikan ke komisi. Jika perlu, akan kita panggil dinas-nya. Jangan sampai sibuk dengan Corona, malah DBD terlupa," ungkapnya. Selain Hafizan, hal senada juga disampaikan oleh Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Irwan Nasir MSi. Ia tidak menyangkal jika Corona berbahaya. Dengan begitu ia berharap dinas dan masyarakat tidak abai dengan DBD.
"Ya takut dengan Corona jangan sampai masyarakat abai dengan DBD. Malah telah menimbulkan korban jiwa," ujarnya. Seperti Jumat (6/3/20) akhir pekan lalu, seorang anak asal Kabupaten Kepulauan Meranti dikabarkan meninggal dunia. Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinkes Kepulauan Meranti Muhammad Fahri, saat dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut.
Ceritanya korban adalah warga Kelurahan Selatpanjang Timur, Kecamatan Tebingtinggi, dan sempat menjalani perawatan intensif di RSUD setempat. "Sempat dua hari dirawat intensif di RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti dan tak tertolong,"ungkapnya.
Ditanya kronologis dan identitas korban DBD tersebut, Fahri mengaku tidak tau dengan alasan belum menerima laporan resmi dari RSUD. Namun ia tidak menyangkal, sejak Januari hingga 8 Maret 2020 telah terdapat dua orang korban jiwa karena DBD. "Sudah dua orang korban jiwa. Kemarin bayi berumur 11 bulan DBD," ujarnya.
Untuk menggali penyebab timbulnya korban jiwa, pihaknya akan melakukan investigasi di lingkungan kediaman korban. Langkah itu sebagai upaya antisipasi dalam menekan jumlah penderita DBD seperti 2019 silam yang meningkat berlipat ganda dari tahun-tahun sebelumnya.
Ketika itu, angka penderita DBD tertinggi terjadi di dua kecamatan; Kecamatan Tebingtinggi terdapat 483 kasus, jumlah itu berasal dari laporan dua Puskemas, yakni Puskesmas Selatpanjang 260 kasus dan Puskemas Alahair 223 kasus. Menyusul di dari Puskemas, Sungai Tohor, Kecamatan Tebingtinggi Timur, 194 kasus.
Padahal sepanjang 2018 lalu, kasus DBD di daerah tersebut hanya 24 kasus. 2017 berjumlah 58 kasus saja. Selian itu, Ia juga tidak menyangkal jika 2019 kemarin, Kepulauan Meranti masuk pada urutan ke enam terbanyak dari 12 kabupaten dan kota di Provinsi Riau.
Walaupun meningkat tajam, kasus DBD di sana belum masuk kejadian luar biasa (KLB). Karena menurut Fahri, setiap penderita tidak terdapat di suatu daerah tertentu, melainkan tersebar di beberapa kelurahan yang dinilai endemis. "Menyebar, tidak di satu titik," ujarnya.
Untuk itu, trend peningkatan kembali terjadi pada tahun ini. Menyikapi hal tersebut, belum lama ini Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti telah mengeluarkan surat edaran.
Untuk itu, sejak 1 November 2019 kemarin pihaknya telah melakukan kordinasi mulai dari tingkat kecamatan, lurah, kepala desa, tingkat hingga RT dan RW yang tersebar di Kepulauan Meranti.
"Bentuknya merapatkan kegiatan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Semua lini kita libatkan. Hingga saat ini masih bergerak,"ungkapnya.
Menurutnya PSN adalah sebuah gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan melakukan gotong royong; membersihkan lingkungan, menguras dan menutup tempat penampungan air dan fogging. "Jadi pada intinya tim pengawasan DBD terus berjalan hingga saat ini. Begitu juga dengan tim pengawasan dan penanggulangan Corona, berjalan dengan baik," ungkapnya.(adv)