JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Inovasi dan transformasi digital tidak memerlukan biaya yang besar, tapi kreativitas dari pelaku bisnis. Untuk mencapai hal itu, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan entitas bisnis baik yang besar sampai level UMKM.
William Tanuwijaya, Founder & CEO Tokopedia, pada sesi III Indonesia Digital Conference bertema Disrupting Legacy, Innovation beyond the Pandemic dalam keterangan resmi AMSI yang diterima Riaupos.co, Rabu (16/12/2020) mengatakan pandemi memberi dampak luar biasa pada mitra usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Banyak bisnis sektor UMKM yang bertumbangan tapi banyak pula berusaha beradaptasi dengan perubahan. Ia mencontohkan yang dilakukan pengrajin batik ketika pesanan turun selama masa pandemi, pelaku UMKM ini mengubah arah bisnis sesuai permintaan pasar.
“Kalau hanya menunggu dan berharap pandemi berakhir, tentu sudah bangkrut saat ini. Karena itu saya mengajak semua yang ikut acara hari ini untuk berpikir bahwa pandemi ini bukan pandemi pertama. Kita harus bersiap. Anggap ini wajib militer kita, memikirkan apa yang akan terjadi (dilakukan) bila pandemi berikutnya akan terjadi lagi,” ujar William, Selasa (15/12/2020) dalam diskusi yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) secara virtual.
Sementara itu Charles Wonsono, Head of Strategy and Business Effectiveness Siloam Hospitals mengatakan pandemi COVID-19, memberikan dampak semua sektor. COVID-19 memberi tantangan pada layanan kesehatan karena pasien dan doktor khawatir keamanan dari paparan virus.
Sehingga pelaku bisnis di sektor kesehatan mengubah layanan.
“Pandemi COVID-19 telah mengubah attitude kesehatan. Sektor healthcare harus memikirkan pelayanan yang baru. Salah satunya melalui digitalisasi,” ujar Charles di sesi yang dipandu Chief Content Officer Hukumonline.com ini.
Ia mengatakan sebelum pandemi, modernisasi teknologi dilakukan perlahan.
“Tapi sekarang jadi tren dan sangat urgen dilakukan di dunia kesehatan untuk mengakselerasi secara cepat,” kata Charles menambahkan.
Ia menekankan pelaku sektor kesehatan dituntut melakukan penyesuaian, termasuk dokter diharapkan dengan cepat belajar dan menggunakan digital tools dalam memberikan layanan.
Mengutip hasil riset Boston Consulting Group (BCG) tahun 2020 dari sisi digitalisasi, healthcare akan tumbuh dan bertransformasi dalam 5-10 tahun ke depan, mengikuti telekomunikasi, banking, retail, transportasi yang maju pesat dan sukses.
“Hanya persoalan waktu, healthcare bertransformasi dibentuk oleh digital dan kemajuan teknologi,” katanya.
Sementara Kemas Henry Kurniawan, Direktur Astra Digital International menjelaskan perusahaan Astra selalu menggunakan kata inovasi dan mengembangkan program yang mendorong pengembangan inovasi dan kolaborasi.
“Objektifnya adalah men-drive internal incubation dan investment di startup-startup yang baru sehingga bisa recreate ekosistem kita,” kata Kemas Henry Kurniawan.
Ia mencontohkan Astra berkolaborasi dengan ratusan anak muda melalui kampung berseri di 900-an desa di 34 Provinsi. Pengembangan lainnya melalui program Astra Sehat, Astra Kreatif, Astra Cerdas, dan Astra Hijau.
Ia mengatakan Astra Digital berdiri tahun 2017 karena melihat kebutuhan customer saat ini.
“Otomotif mulai shifting behavior. Kondisi ini menarik buat kami yang dengan background korporasi memikirkan cara lebih serve (melayani) ke customer,” ujarnya.
Ia menekankan Astra akan terus modernisasi core process dengan menggunakan teknologi yang terbaru, create innovative new revenue stream, serta membangun kolaborasi dan partnership untuk invest di digital economy yang saat ini sedang tumbuh.
Sedangkan Lemonilo pada awal berdiri sudah memposisikan diri sebagai “tech-enabled fast moving customer good/ FMCG”. Istilah ini masih jarang, bahkan istilah yang baru muncul di 2016.
“Baru sekarang benar-benar dirasakan manfaat teknologi di dalam marketing produk kami. Lemonilo memilih food,mengajak orang menjadi lebih sehat dengan konsumsi makanan sehat sehingga jangan sampai sakit,” ujar Ronald Wijaya, Co-founder Lemonilo di sesi yang sama.
Ronald Wijaya mengatakan membutuhkan waktu lama untuk menggeser gaya hidup sehat, tapi pandemi COVID-19 mempercepat kesadaran orang-orang menjadi lebih sehat.
Editor: Eka G Putra