Berolahraga pada masa pandemi Covid-19 bisa meningkatkan imunitas tubuh. Agar kekuatan fisik dapat selalu terjaga, olahraga jadi solusinya. Namun bagi masyarakat, adaptasi kebiasaan baru dalam berolahraga juga wajib diterapkan. Utamanya yaitu menerapkan protokol kesehatan dan menjaga intensitas olahraga itu sendiri.
Laporan PANJI AHMAD SYUHADA dan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru
"PROTOKOL kesehatan itu wajib, dan olahraga pada masa pandemi ini mesti memperhatikan intensitas, kondisi fisik dan manajemen risikonya," kata Dokter Spesialis Olahraga dr Miftah Azrin pada Riau Pos Focus Group Discusion (FGD) yang dilaksanakan di LKP Senam Pesona Pekanbaru, Jumat (23/10).
FGD kedua yang ditayangkan secara langsung di Instagram riaupos.co ini membahas tentang olahraga di tengah pandemi yang dipandu moderator wartawan Riau Pos, Lismar Sumirat. Dalam hal ini, Riau Pos menghadirkan narasumber dosen Fakultas Kedokteran Universitas Riau dr Miftah Azrin, owner LKP Senam Pesona Ernani Rahayu SH dan tokoh muda sekaligus founder komunitas lari LibuRUN, Ridho Ikhsan.
Miftah mengakui bahwa olahraga pada masa pandemi sebenarnya berisiko. Namun, kita harus mampu menyesuaikan dengan adaptasi baru, yaitu protokol kesehatan yang mesti diperhatikan.
"Dengan olahraga kita dapat menjaga imunitas, olahraga di era pandemi memang agak berisiko. Tapi tentu ada aturannya, mesti ikuti protokol kesehatan dan intensitas olahraga itu sendiri dijaga. Jangan olahraga yang terlalu berat," sarannya.
Menurut alumni Fakultas Kedokteran Unand ini, risiko-risiko olahraga di tengah pandemi mesti selalu diperhatikan. Seperti, olahraga yang sifatnya beramai-ramai itu tidak disarankan.
"Joging, itu bisa ya, tapi dijarak 10 meter. Jadi kalau batuk dan sebagainya kita tidak terkena percikan (droplet) dari orang lain," jelasnya.
Kemudian, dia mencontohkan juga seperti bersepeda, kalau bisa dalam olahraga yang sedang tren ini mesti menjaga jarak minimal 20 meter, dan memperhatikan setiap sisi agar lebih aman.
"Intinya olahraga itu tidak masalah. Justru malah bagus di tengah pandemi. Namun tetap memperhatikan banyak hal, terutama manajemen risiko. Kalau bisa bersama keluarga saja, risikonya sedang, kalau ramai-ramai tentu berbahaya," ujarnya.
Dari data yang dihimpun, dokter kelahiran Padang 63 tahun silam ini menyebut ada sebanyak 40 persen orang meninggal karena tidak berolahraga dan sakit. Makanya, dirinya juga mengajak masyarakat tetap melakukan aktivitas olahraga, meskipun secara mandiri untuk menjaga fisik.
"Di era pandemi, sebaiknya olahraga dalam intensitas ringan sampai sedang, jangan yang berat. Kalau berat sudah pasti tidak pakai masker, beramai-ramai, seperti sepakbola contohnya. Kalau terlalu berat justru malah membuat daya tahan tubuh turun," tuturnya.
Bagi dr Miftah, olahraga merupakan suatu kebutuhan di dalam hidup. Di era ini, dirinya menyarankan agar olahraga tetap dilaksanakan dan yang ringan-ringan saja.
"Cukup kira-kira setengah jam. Pada prinsipnya tetap olahraga, pastikan badan fit dan protokol kesehatan. Kalau tak sehat, jangan olahraga dulu. Jadi kalau sakit, maka akan semakin menurunkan imunitas. Virus akan menyerang orang lemah, mari kita tingkatkan imunitas dengan olahraga," katanya.
Sementara itu, Owner LKP Senam Pesona, Ernani Rahayu SH juga berbagi kisah di tengah pandemi. Pada era ini, banyak aktivitas sanggar senam yang dirintisnya itu juga berubah mengikuti adaptasi kebiasaan baru.
Di sanggar senam yang juga merupakan lembaga kursus dan pelatihan senam berakreditasi B ini, dirinya menerapkan protokol kesehatan untuk mengantisipasi Covid-19.
"Perubahan tentu ada. Pola yang berubah, di ruangan yang biasa 25 orang maka sejak pandemi ini hanya 50 persen yang diperkenankan," ujarnya.
Bahkan, alat dan lokasi senam yang telah berdiri sejak tahun 1991 ini dilakukan disinfektan tiga kali sepekan selama masa pandemi.
"Ruangan kami didisinfektan tiga kali seminggu. Kemudian suara-suara khas teriakan dari orang senam juga ditiadakan. Ini merupakan pola adaptasi kebiasaan baru untuk antisipasi Covid-19," tuturnya.
Kemudian, bagi Founder LibuRUN, Ridho Ikhsan, olahraga merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa terpisahkan dalam hidupnya. Dalam komunitasnya, bahkan, olahraga lari yang terjadwal dan beramai ramai pada era pandemi ini sudah ditiadakan lantaran sangat berisiko terhadap penyebaran Covid-19 yang semakin liar.
"Jadi olahraga larinya masing-masing, tapi tetap di-report di media sosial. Untuk memotivasi masyarakat agar ikut menjaga imunitas lewat olahraga," kata Ridho.
Pada masa ini juga, komunikasi lewat jejaring media sosial justru terbangun lumayan intens antar anggota. Lantaran di masa yang serba terbatas ini, semuanya sedang menjaga interaksi secara langsung.
"Sebisa mungkin kita tetap berupaya menerapkan protokol kesehatan di setiap aktivitas," ujarnya.
Ridho yang merupakan penggagas komunitas LibuRUN ini juga rutin dalam aktivitas olahraga lain, seperti bersepeda, gym bahkan olahraga lainnya. Setiap hari, dirinya selalu menyempatkan lari minimal 5 kilometer untuk menjaga imunitas dan potensi yang dimiliki.
"Kalau weekend, barulah biasanya long run. Intinya kita memberi motivasi bagi masyarakat untuk tetap berolahraga," tuturnya.***
Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan