Sabtu, 23 November 2024
spot_img

40 Persen Pasien Covid-19 Kehilangan Bau dan Rasa

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gejala pasien Covid-19 ketika terinfeksi virus korona semakin lama semakin berkembang. Sudah bukan lagi sesak, demam dan batuk saja, tetapi ada tambahan gejala lainnya sepertu kehilangan kemampuan untuk mencium bau dan rasa. Kondisi ini semakin banyak dialami pasien.

Dilansir dari Express.co.ukAhad (13/9), pada 18 Mei, diumumkan bahwa kehilangan atau perubahan indra penciuman atau rasa secara resmi ditambahkan ke daftar gejala virus Korona oleh Pusat Kesehatan Nasional (NHS Inggris. Pada bulan Maret, Asosiasi Otorhinolaringologi Inggris (THT UK) menerbitkan pernyataan yang menguraikan gejala yang telah ditemukan di antara sejumlah pasien dengan tidak adanya gejala lain.

Presiden British Rhinological Society Profesor Claire Hopkins dan Ahli THT Inggris Profesor Nirmal Kumar mengatakan dalam pernyataan bersama telah terjadi peningkatan gejala dalam kasus anosmia terisolasi. Yaitu kehilangan bau total atau sebagian di Inggris, AS, Prancis, dan Italia utara.

Baca Juga:  Airlangga: Pemerintah Jaga Laju Ekonomi Selama PPKM Darurat

Wakil kepala petugas medis Profesor Jonathan Van Tam mengatakan penambahan hilangnya bau dan rasa itu menjadi gejala resmi. Profesor Rhinology dan Olfaktologi di Norwich Medical School Carl Philpott, mengatakan gangguan bau dan rasa sudah diakui sebagai gejala lain. Organisasi Kesehatan Dunia WHO juha sudah menambahkannya ke dalam daftar.

Mengapa Bisa Terjadi?

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Profesor Hopkins dan Profesor Kumar dijelaskan ada sejumlah kasus seperti itu secara signifikan dialami pasien virus Korona di Italia, Korea Selatan, dan Eropa lainnya serta Tiongkok. Gejala anosmia dan hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium dan mendeteksi bau.

Rilis tersebut menguraikan bahwa anosmia pasca-virus adalah salah satu penyebab utama hilangnya indera penciuman pada orang dewasa. Bahkan jumlahnya bisa terhitung sekitar 40 persen kasus.

Baca Juga:  Dubes Arab Saudi Bertemu Mahfud MD

Padahal sebelumnya diperkirakan menyebabkan 10 hingga 15 persen kasus. Para peneliti di Harvard Medical School mengidentifikasi jenis sel mana terkait indera penciuman yang paling rentan terhadap infeksi Covid-19. Studi tersebut menemukan bahwa kondisi itu terjadi karena virus menyerang sel-sel yang mendukung neuron sensorik penciuman. Kabar baiknya, Associate Professor Neurobiology di Harvard Medical School dan rekan penulis penelitian, Dr Sandeep Robert Datta, yakin gejala ini tidak mungkin menyebabkan hilangnya bau secara permanen. 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Gejala pasien Covid-19 ketika terinfeksi virus korona semakin lama semakin berkembang. Sudah bukan lagi sesak, demam dan batuk saja, tetapi ada tambahan gejala lainnya sepertu kehilangan kemampuan untuk mencium bau dan rasa. Kondisi ini semakin banyak dialami pasien.

Dilansir dari Express.co.ukAhad (13/9), pada 18 Mei, diumumkan bahwa kehilangan atau perubahan indra penciuman atau rasa secara resmi ditambahkan ke daftar gejala virus Korona oleh Pusat Kesehatan Nasional (NHS Inggris. Pada bulan Maret, Asosiasi Otorhinolaringologi Inggris (THT UK) menerbitkan pernyataan yang menguraikan gejala yang telah ditemukan di antara sejumlah pasien dengan tidak adanya gejala lain.

- Advertisement -

Presiden British Rhinological Society Profesor Claire Hopkins dan Ahli THT Inggris Profesor Nirmal Kumar mengatakan dalam pernyataan bersama telah terjadi peningkatan gejala dalam kasus anosmia terisolasi. Yaitu kehilangan bau total atau sebagian di Inggris, AS, Prancis, dan Italia utara.

Baca Juga:  Peringatan HKAN 2019 Gali Spirit Konservasi Alam Milenial

Wakil kepala petugas medis Profesor Jonathan Van Tam mengatakan penambahan hilangnya bau dan rasa itu menjadi gejala resmi. Profesor Rhinology dan Olfaktologi di Norwich Medical School Carl Philpott, mengatakan gangguan bau dan rasa sudah diakui sebagai gejala lain. Organisasi Kesehatan Dunia WHO juha sudah menambahkannya ke dalam daftar.

- Advertisement -

Mengapa Bisa Terjadi?

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Profesor Hopkins dan Profesor Kumar dijelaskan ada sejumlah kasus seperti itu secara signifikan dialami pasien virus Korona di Italia, Korea Selatan, dan Eropa lainnya serta Tiongkok. Gejala anosmia dan hiposmia adalah berkurangnya kemampuan untuk mencium dan mendeteksi bau.

Rilis tersebut menguraikan bahwa anosmia pasca-virus adalah salah satu penyebab utama hilangnya indera penciuman pada orang dewasa. Bahkan jumlahnya bisa terhitung sekitar 40 persen kasus.

Baca Juga:  Airlangga: Pemerintah Jaga Laju Ekonomi Selama PPKM Darurat

Padahal sebelumnya diperkirakan menyebabkan 10 hingga 15 persen kasus. Para peneliti di Harvard Medical School mengidentifikasi jenis sel mana terkait indera penciuman yang paling rentan terhadap infeksi Covid-19. Studi tersebut menemukan bahwa kondisi itu terjadi karena virus menyerang sel-sel yang mendukung neuron sensorik penciuman. Kabar baiknya, Associate Professor Neurobiology di Harvard Medical School dan rekan penulis penelitian, Dr Sandeep Robert Datta, yakin gejala ini tidak mungkin menyebabkan hilangnya bau secara permanen. 

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari