Minggu, 10 November 2024

Laut Cina Selatan Memanas, AS Sanksi 24 Perusahaan Cina yang Beroperasi di Sana

- Advertisement -

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Sebanyak 24 perusahaan Cina dan individu yang terlibat aktivitas militer di Laut Cina Selatan (LCS), dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS).
 
Departemen Perdagangan AS mengungkap ada 24 entitas Cina yang masuk dalam daftar hitam, termasuk anak perusahaan konstruksi China Communications Construction Company (CCCC). AS juga menjatuhkan sanksi kepada individu berupa pembatasan visa.

"Pembatasan visa akan berlaku untuk individu dan badan bisnis yang bertanggung jawab atas, atau terlibat dalam, baik reklamasi skala besar, konstruksi, atau militerisasi pos-pos terdepan yang disengketakan di Laut Cina Selatan atau terlibat dalam tindakan Cina terhadap Asia Tenggara untuk menghalangi akses mereka ke sumber daya lepas pantai," kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis (27/8).

- Advertisement -

Citra satelit yang dianalisis oleh konsultan pertahanan IHS Jane's pada 2016 menunjukkan bahwa anak perusahaan CCCC Dredging mengoperasikan sebagian besar kapal tongkang raksasa yang menggali pasir dari dasar laut dan menumpuknya di atol terpencil di Laut Cina Selatan.

Baca Juga:  Bakau Dibalak Liar, Udang dan Kepiting Sulit Didapat

"RRC tidak boleh diizinkan untuk menggunakan CCCC dan perusahaan milik negara lainnya sebagai senjata untuk memaksakan agenda ekspansi," ujar Pompeo.

Sanksi ini juga berlaku untuk anggota keluarga mereka.

- Advertisement -

Perselisihan antara Beijing dan Washington mengenai Laut Cina Selatan telah membuka peluang konflik militer. Dilaporkan sebelumnya Cina meluncurkan dua rudal, termasuk pembunuh kapal induk ke wilayah tersebut.

Seorang peneliti di Institut Kajian Internasional Freeman Spogli di Universitas Stanford, Oriana Skylar Mastro pun merespons prahara yang tengah berlangsung antara AS dengan Cina di Laut China Selatan. Dia mengatakan, pertikaian yang terjadi seperti dalam permainan.

"Kita seperti sedang bermain ayam-ayaman, di mana AS mempertahankan operasinya di Laut Cina Selatan sambil mencoba meningkatkan biaya ke Cina atas posisinya. Sementara Cina memperingatkan AS jika terus menempuh jalur ini, akibatnya bisa jadi perang," ujarnya.

Baca Juga:  Nikita Willy Tak Ada di Detik Terakhir saat Ayahnya Meninggal

Langkah sanksi itu diumumkan satu hari setelah Cina mengatakan sebuah pesawat mata-mata U-2 AS memasuki zona larangan terbang tanpa izin selama latihan Angkatan Laut Cina di Teluk Bohai, di lepas pantai timur lautnya.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Cina, Wu Qian, menyebut pesawat AS yang melintas tanpa izin itu adalah bentuk provokasi. Ia pun menentang hal tersebut dan telah mengajukan pernyataan serius kepada AS.

"Ini sangat mengganggu aktivitas. Ini secara serius melanggar kode perilaku aman untuk udara dan laut antara Cina dan AS dan norma internasional. Ini dengan mudah menyebabkan kesalahan penilaian, atau bahkan bisa menyebabkan kecelakaan di laut dan udara," kata Wu.

Sumber: South China Morning Post/CNN/USA Today/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
 

WASHINGTON (RIAUPOS.CO) – Sebanyak 24 perusahaan Cina dan individu yang terlibat aktivitas militer di Laut Cina Selatan (LCS), dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS).
 
Departemen Perdagangan AS mengungkap ada 24 entitas Cina yang masuk dalam daftar hitam, termasuk anak perusahaan konstruksi China Communications Construction Company (CCCC). AS juga menjatuhkan sanksi kepada individu berupa pembatasan visa.

"Pembatasan visa akan berlaku untuk individu dan badan bisnis yang bertanggung jawab atas, atau terlibat dalam, baik reklamasi skala besar, konstruksi, atau militerisasi pos-pos terdepan yang disengketakan di Laut Cina Selatan atau terlibat dalam tindakan Cina terhadap Asia Tenggara untuk menghalangi akses mereka ke sumber daya lepas pantai," kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, seperti dilansir dari South China Morning Post, Kamis (27/8).

- Advertisement -

Citra satelit yang dianalisis oleh konsultan pertahanan IHS Jane's pada 2016 menunjukkan bahwa anak perusahaan CCCC Dredging mengoperasikan sebagian besar kapal tongkang raksasa yang menggali pasir dari dasar laut dan menumpuknya di atol terpencil di Laut Cina Selatan.

Baca Juga:  Bakau Dibalak Liar, Udang dan Kepiting Sulit Didapat

"RRC tidak boleh diizinkan untuk menggunakan CCCC dan perusahaan milik negara lainnya sebagai senjata untuk memaksakan agenda ekspansi," ujar Pompeo.

- Advertisement -

Sanksi ini juga berlaku untuk anggota keluarga mereka.

Perselisihan antara Beijing dan Washington mengenai Laut Cina Selatan telah membuka peluang konflik militer. Dilaporkan sebelumnya Cina meluncurkan dua rudal, termasuk pembunuh kapal induk ke wilayah tersebut.

Seorang peneliti di Institut Kajian Internasional Freeman Spogli di Universitas Stanford, Oriana Skylar Mastro pun merespons prahara yang tengah berlangsung antara AS dengan Cina di Laut China Selatan. Dia mengatakan, pertikaian yang terjadi seperti dalam permainan.

"Kita seperti sedang bermain ayam-ayaman, di mana AS mempertahankan operasinya di Laut Cina Selatan sambil mencoba meningkatkan biaya ke Cina atas posisinya. Sementara Cina memperingatkan AS jika terus menempuh jalur ini, akibatnya bisa jadi perang," ujarnya.

Baca Juga:  Nikita Willy Tak Ada di Detik Terakhir saat Ayahnya Meninggal

Langkah sanksi itu diumumkan satu hari setelah Cina mengatakan sebuah pesawat mata-mata U-2 AS memasuki zona larangan terbang tanpa izin selama latihan Angkatan Laut Cina di Teluk Bohai, di lepas pantai timur lautnya.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Cina, Wu Qian, menyebut pesawat AS yang melintas tanpa izin itu adalah bentuk provokasi. Ia pun menentang hal tersebut dan telah mengajukan pernyataan serius kepada AS.

"Ini sangat mengganggu aktivitas. Ini secara serius melanggar kode perilaku aman untuk udara dan laut antara Cina dan AS dan norma internasional. Ini dengan mudah menyebabkan kesalahan penilaian, atau bahkan bisa menyebabkan kecelakaan di laut dan udara," kata Wu.

Sumber: South China Morning Post/CNN/USA Today/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari