Ledakan Diikuti Guncangan Gelombang Kejut

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sehari setelah ledakan besar di Pelabuhan Beirut (Marfa’ Beirut), warga kota di sekitar wilayah pesisir laut mediterania tersebut mulai berbenah dan membersihkan puing-puing kaca yang pecah karena gelombang kejut dari ledakan yang terjadi pada, Selasa sore (4/8).

Hamid Hodir, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Lebanon, bercerita pada saat ledakan yang terjadi pada Selasa sore, sekitar pukul 18.02 waktu setempat tersebut mula-mula dirasakan dengan suara dentuman keras yang diikuti dengan getaran mirip gempa bumi.

- Advertisement -

Warga Kota Beirut yang mayoritas tinggal di bangunan-bangunan apartemen bertingkat pun terkejut. Termasuk Hamid yang tinggal di distrik Mar Ilyas (Mar Elias), Beirut, sekitar 4 kilometer dari lokasi kejadian.

"Ledakannya begitu dahsyat. Saya yang jaraknya 4 kilometer merasakan guncangan yang kuat seperti gempa kemudian disusul embusan angin yang begitu kuat," tutur Hamid pada Jawa Pos (JPG), kemarin (5/8).

- Advertisement -

Getaran mirip gempa bumi yang disusul oleh gelombang kejut tersebut, kata Hamid, memecahkan kaca-kaca bangunan apartemen maupun gedung-gedung pusat perbelanjaan.

"Di telinga terasa mendengung," tambahnya.  

Hamid menuturkan, pascaledakan pemerintah Lebanon melalui Kementerian Kesehatan segera memerintahkan rumah-rumah sakit yang terdekat dari lokasi kejadian untuk segera mempersiapkan diri untuk menerima korban.

"Menteri kesehatan meminta jalanan dikosongkan. Tolong dikosongkan agar lalu lintas ambulans dari RS yang mengangkut korban bisa berjalan dengan lancar," katanya.

Hamid sebagai Ketua PCINU langsung mengeluarkan imbauan agar para warga Nahdliyyin di Beirut untuk tidak keluar rumah terlebih dahulu. Hal itu mengingat informasi resmi dari pemerintah bahwa sumber ledakan berasal dari 2.750 ton bahan kimia amonium nitrat.

"Karena pascaledakan asapnya kan merah pekat. Kita nggak tahu mengandung bahan kimia apa. Jadi khawatir demi kesehatan, kami minta warga untuk tidak keluar rumah dulu. Kalau terpaksa keluar, pakai masker," tuturnya.

Perdana Menteri Hassan Diab kata Hamid juga terlihat sangat marah. Dia mengatakan akan mencari siapa yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Hamid mengatakan, bahwa kerusakan terparah ada di radius 1-2 kilometer dari lokasi kejadian.

"Banyak jatuh korban jiwa di 1 kilometer tersebut," jelasnya.

Sejauh ini belum ada warga Nahdliyyin yang dilaporkan terluka karena ledakan. Lokasi ledakan di Marfa’ Beirut, kata Hamid, adalah pelabuhan terbesar di Lebanon. Di situ banyak menjadi tempat bersandar kapal-kapal dan merupakan pusar perdagangan serta ekspor impor yang sibuk. Di pelabuhan itu juga tempat bersandar kapal kontingen Indonesia KRI Sultan Hasanuddin yang menjalankan tugas perdamaian sebagain tentara UNIFIL.

"Dekat sekali dengan lokasi itu. Alhamdulillah info terakhir, KRI sedang berlayar ke Mersin, Turki. Jadi selamat," ujarnya.

Hamid menuturkan masih banyak pemukiman di dekat lokasi ledakan dalam radius 1 kilometer. Sepanjang pantai pelabuhan juga banyak berjejer restoran dan kafe-kafe yang memanfaatkan keindahan laut mediterania.

"Banyak kafe pinggir laut, restoran menghadap ke laut, tempat kongkow. Karena memang lautnya tenang dan indah," jelasnya.

Per kemarin (5/8), kata Hamid, warga Beirut sudah mulai beraktivitas normal dan membersihkan puing-puing serta pecahan kaca. Masjid Nasional Lebanon Muhammad Al Amin juga dilaporkan mengalami kerusakan dan pecah kaca. Lampu-lampu dalam masjid juga hancur.

"Pengurus masjid mengajak pada seluruh warga bisa membantu membersihkan. Daerah saya jauhnya 4 kilometer, kaca-kaca juga pecah. Baik apartemen, pusat perbelanjaan, toko-toko kan biasanya banyak menggunakan kaca. Sekarang mulai dibersihkan, lalu lintas juga sudah mulai normal," tutur Hamid.

Ledakan di Beirut ikut menghebohkan sekretariat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon yang berjarak sekitar 5 km dari lokasi ledakan. Tepatnya di distrik Qornish Mazra’a, Beirut. Juru Bicara PPI Lebanon Ariq Fadhlur Cahyanto mengatakan saat kejadian dia bersama belasan rekannya sedang berada di lantai sekretariat PPI Lebanon. Saat itu mereka berkumpul ramai-ramai membuat sate setelah pemotongan hewan Iduladha.

"Kami di lantai lima," katanya kemarin.

Ariq menjelaskan saat itu tidak terdengar suara ledakan. Sebab mereka sedang asyik mengobrol satu sama lain. Tiba-tiba terasa guncangan seperti gempa. Dengan kekuatan yang cukup besar. Bahkan dia merasakan gedung apartemen seperti miring. Semula mereka mengira guncangan itu adalah gempa. Mereka pun bergegas turun untuk menyelamatkan diri. Tetapi ternyata guncangan itu dipicu ledakan di pelabuhan Beirut. Mahasiswa di Jinan University Lebanon itu menuturkan sebelum ledakan besar itu tidak terasa apa-apa.

"Bangunan di sini banyak apartemen," katanya.

Sehingga dia tidak bisa melihat langsung ke arah pelabuhan. Dia hanya mendapatkan kabar ada kepulan asap akibat ledakan pertama. Ledakan pertama itu kecil dan tidak sampai terasa di markas PPI Lebanon. Setelah hari semakin gelap, Ariq mengatakan asap yang mengepul terlihat dari apartemen mereka. Asap tebal mengepul berwarna jingga. Setelah ada kejadian ledakan itu, pengurus PPI Lebanon langsung meng-absen anggota satu persatu. Dan dipastikan seluruhnya dalam keadaan aman. Ariq mengatakan anggota PPI Lebanon ada 65 orang. Selain di Beirut ada juga yang kuliah di kawasan utara Lebanon seperti di Tripoli.

Berdasar data dari KBRI Lebanon dari total 1.447 WNI yang berada di negara tersebut, 1.234 di antaranya merupakan personel TNI. Mereka adalah prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda untuk United Nation Interim Forces in Lebanon (UNIFIL). Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) Mayjen TNI Victor H Simatupang memastikan bahwa tidak ada satupun prajurit TNI menjadi korban. Menurut Victor saat kejadian tidak ada anak buahnya yang berada di Pelabuhan Beirut.

"Kondisi satgas dalam keadaan aman," kata jenderal bintang dua TNI AD tersebut.

Meski begitu, ada dua kendaraan operasional milik Kontingen Garuda yang rusak. Sebab, kedua kendaraan tersebut parkir di Pelabuhan Beirut. Dia menyebut, kendaraan operasional itu merupakan bagian dari KRI Sultan Hasanuddin-366. Beruntung, saat ledakan terjadi kapal perang milik TNI AL tersebut tengah sandar di Turki.  KRI Sultan Hasanuddin-366, lanjut Viktor, juga merupakan bagian dari satgas TNI yang ditugaskan untuk UNIFIL. Kapal tersebut sandar di Turki bergantian dengan kapal perang milik Bangladesh.

"Kapal satgas MTF (UNIFIL) yang sedang sandar di Pelabuhan Beirut dari kapal perang Bangladesh," bebernya.

Tidak hanya memastikan seluruh prajurit TNI di Lebanon dalam keadaan aman, Victor juga menyampaikan bahwa jajarannya sudah bergerak untuk ikut membantu petugas di Lebanon.  "Kami Satgas Hospital Level 2 telah berangkat dari Naqoura untuk membantu penanganan akibat ledakan tersebut," terang abituren Akademi Militer (Akmil) 1986 itu.

Dalam keterangan resmi, Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Tohari menuturkan, pihaknya belum mengantongi keterangan resmi dari otoritas setempat penyebab ledakan dahsyat itu. Namun, menurut beberapa sumber menganalisa ledakan tersebut akibat adanya bahan-bahan mudah meledak dan terbakar dalam volume besar yang disimpan di hangar pelabuhan.

"Ada info berasal dari sodium nitrat. Bubuk putih yang digunakan untuk pengawet makanan dan bisa meledak bila kena api," kata Hajriyanto.(tau/wan/syn/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Sehari setelah ledakan besar di Pelabuhan Beirut (Marfa’ Beirut), warga kota di sekitar wilayah pesisir laut mediterania tersebut mulai berbenah dan membersihkan puing-puing kaca yang pecah karena gelombang kejut dari ledakan yang terjadi pada, Selasa sore (4/8).

Hamid Hodir, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Lebanon, bercerita pada saat ledakan yang terjadi pada Selasa sore, sekitar pukul 18.02 waktu setempat tersebut mula-mula dirasakan dengan suara dentuman keras yang diikuti dengan getaran mirip gempa bumi.

Warga Kota Beirut yang mayoritas tinggal di bangunan-bangunan apartemen bertingkat pun terkejut. Termasuk Hamid yang tinggal di distrik Mar Ilyas (Mar Elias), Beirut, sekitar 4 kilometer dari lokasi kejadian.

"Ledakannya begitu dahsyat. Saya yang jaraknya 4 kilometer merasakan guncangan yang kuat seperti gempa kemudian disusul embusan angin yang begitu kuat," tutur Hamid pada Jawa Pos (JPG), kemarin (5/8).

Getaran mirip gempa bumi yang disusul oleh gelombang kejut tersebut, kata Hamid, memecahkan kaca-kaca bangunan apartemen maupun gedung-gedung pusat perbelanjaan.

"Di telinga terasa mendengung," tambahnya.  

Hamid menuturkan, pascaledakan pemerintah Lebanon melalui Kementerian Kesehatan segera memerintahkan rumah-rumah sakit yang terdekat dari lokasi kejadian untuk segera mempersiapkan diri untuk menerima korban.

"Menteri kesehatan meminta jalanan dikosongkan. Tolong dikosongkan agar lalu lintas ambulans dari RS yang mengangkut korban bisa berjalan dengan lancar," katanya.

Hamid sebagai Ketua PCINU langsung mengeluarkan imbauan agar para warga Nahdliyyin di Beirut untuk tidak keluar rumah terlebih dahulu. Hal itu mengingat informasi resmi dari pemerintah bahwa sumber ledakan berasal dari 2.750 ton bahan kimia amonium nitrat.

"Karena pascaledakan asapnya kan merah pekat. Kita nggak tahu mengandung bahan kimia apa. Jadi khawatir demi kesehatan, kami minta warga untuk tidak keluar rumah dulu. Kalau terpaksa keluar, pakai masker," tuturnya.

Perdana Menteri Hassan Diab kata Hamid juga terlihat sangat marah. Dia mengatakan akan mencari siapa yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Hamid mengatakan, bahwa kerusakan terparah ada di radius 1-2 kilometer dari lokasi kejadian.

"Banyak jatuh korban jiwa di 1 kilometer tersebut," jelasnya.

Sejauh ini belum ada warga Nahdliyyin yang dilaporkan terluka karena ledakan. Lokasi ledakan di Marfa’ Beirut, kata Hamid, adalah pelabuhan terbesar di Lebanon. Di situ banyak menjadi tempat bersandar kapal-kapal dan merupakan pusar perdagangan serta ekspor impor yang sibuk. Di pelabuhan itu juga tempat bersandar kapal kontingen Indonesia KRI Sultan Hasanuddin yang menjalankan tugas perdamaian sebagain tentara UNIFIL.

"Dekat sekali dengan lokasi itu. Alhamdulillah info terakhir, KRI sedang berlayar ke Mersin, Turki. Jadi selamat," ujarnya.

Hamid menuturkan masih banyak pemukiman di dekat lokasi ledakan dalam radius 1 kilometer. Sepanjang pantai pelabuhan juga banyak berjejer restoran dan kafe-kafe yang memanfaatkan keindahan laut mediterania.

"Banyak kafe pinggir laut, restoran menghadap ke laut, tempat kongkow. Karena memang lautnya tenang dan indah," jelasnya.

Per kemarin (5/8), kata Hamid, warga Beirut sudah mulai beraktivitas normal dan membersihkan puing-puing serta pecahan kaca. Masjid Nasional Lebanon Muhammad Al Amin juga dilaporkan mengalami kerusakan dan pecah kaca. Lampu-lampu dalam masjid juga hancur.

"Pengurus masjid mengajak pada seluruh warga bisa membantu membersihkan. Daerah saya jauhnya 4 kilometer, kaca-kaca juga pecah. Baik apartemen, pusat perbelanjaan, toko-toko kan biasanya banyak menggunakan kaca. Sekarang mulai dibersihkan, lalu lintas juga sudah mulai normal," tutur Hamid.

Ledakan di Beirut ikut menghebohkan sekretariat Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon yang berjarak sekitar 5 km dari lokasi ledakan. Tepatnya di distrik Qornish Mazra’a, Beirut. Juru Bicara PPI Lebanon Ariq Fadhlur Cahyanto mengatakan saat kejadian dia bersama belasan rekannya sedang berada di lantai sekretariat PPI Lebanon. Saat itu mereka berkumpul ramai-ramai membuat sate setelah pemotongan hewan Iduladha.

"Kami di lantai lima," katanya kemarin.

Ariq menjelaskan saat itu tidak terdengar suara ledakan. Sebab mereka sedang asyik mengobrol satu sama lain. Tiba-tiba terasa guncangan seperti gempa. Dengan kekuatan yang cukup besar. Bahkan dia merasakan gedung apartemen seperti miring. Semula mereka mengira guncangan itu adalah gempa. Mereka pun bergegas turun untuk menyelamatkan diri. Tetapi ternyata guncangan itu dipicu ledakan di pelabuhan Beirut. Mahasiswa di Jinan University Lebanon itu menuturkan sebelum ledakan besar itu tidak terasa apa-apa.

"Bangunan di sini banyak apartemen," katanya.

Sehingga dia tidak bisa melihat langsung ke arah pelabuhan. Dia hanya mendapatkan kabar ada kepulan asap akibat ledakan pertama. Ledakan pertama itu kecil dan tidak sampai terasa di markas PPI Lebanon. Setelah hari semakin gelap, Ariq mengatakan asap yang mengepul terlihat dari apartemen mereka. Asap tebal mengepul berwarna jingga. Setelah ada kejadian ledakan itu, pengurus PPI Lebanon langsung meng-absen anggota satu persatu. Dan dipastikan seluruhnya dalam keadaan aman. Ariq mengatakan anggota PPI Lebanon ada 65 orang. Selain di Beirut ada juga yang kuliah di kawasan utara Lebanon seperti di Tripoli.

Berdasar data dari KBRI Lebanon dari total 1.447 WNI yang berada di negara tersebut, 1.234 di antaranya merupakan personel TNI. Mereka adalah prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda untuk United Nation Interim Forces in Lebanon (UNIFIL). Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) Mayjen TNI Victor H Simatupang memastikan bahwa tidak ada satupun prajurit TNI menjadi korban. Menurut Victor saat kejadian tidak ada anak buahnya yang berada di Pelabuhan Beirut.

"Kondisi satgas dalam keadaan aman," kata jenderal bintang dua TNI AD tersebut.

Meski begitu, ada dua kendaraan operasional milik Kontingen Garuda yang rusak. Sebab, kedua kendaraan tersebut parkir di Pelabuhan Beirut. Dia menyebut, kendaraan operasional itu merupakan bagian dari KRI Sultan Hasanuddin-366. Beruntung, saat ledakan terjadi kapal perang milik TNI AL tersebut tengah sandar di Turki.  KRI Sultan Hasanuddin-366, lanjut Viktor, juga merupakan bagian dari satgas TNI yang ditugaskan untuk UNIFIL. Kapal tersebut sandar di Turki bergantian dengan kapal perang milik Bangladesh.

"Kapal satgas MTF (UNIFIL) yang sedang sandar di Pelabuhan Beirut dari kapal perang Bangladesh," bebernya.

Tidak hanya memastikan seluruh prajurit TNI di Lebanon dalam keadaan aman, Victor juga menyampaikan bahwa jajarannya sudah bergerak untuk ikut membantu petugas di Lebanon.  "Kami Satgas Hospital Level 2 telah berangkat dari Naqoura untuk membantu penanganan akibat ledakan tersebut," terang abituren Akademi Militer (Akmil) 1986 itu.

Dalam keterangan resmi, Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Tohari menuturkan, pihaknya belum mengantongi keterangan resmi dari otoritas setempat penyebab ledakan dahsyat itu. Namun, menurut beberapa sumber menganalisa ledakan tersebut akibat adanya bahan-bahan mudah meledak dan terbakar dalam volume besar yang disimpan di hangar pelabuhan.

"Ada info berasal dari sodium nitrat. Bubuk putih yang digunakan untuk pengawet makanan dan bisa meledak bila kena api," kata Hajriyanto.(tau/wan/syn/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya