TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) – Sejak sepekan ini, masyarakat Rambahan Kecamatan Logas Tanah Darat dibuat terkejut. Tiba-tiba air yang mengaliri Sungai Batang Pangean berubah warna, berubah menjadi hitam pekat.
Air berwarna hitam itu diduga dampak dari kebun Akasia yang ada di hulu sungai tersebut tengah dipanen salah satu perusahaan yang ada di kawasan tersebut.
Melihat pencemaran tersebut, Kepala Desa (Kades) Rambahan, Ali Nasri SPd berang. Ia tidak menerima sungai yang setiap hari dijadikan masyarakatnya untuk mandi, mencuci, bermain dan sebagainya di sungai tersebut tercemar seperti ini.
"Sekarang Sungai Tangian (Batang Pangean,red) airnya hitam. Padahal sungai itu kebutuhan bagi kami. Sekarang tak bisa lagi dimanfaatkan," kata Kepala Desa Ali Nasri kepada wartawan, Rabu (5/8/2020).
Meski airnya kini berubah warna hitam. Namun sejumlah anak-anak di desanya tetap saja ingin mandi di air yang diduga tercemar akibat panen akasia itu. Ia berharap agar pencemaran ini tidak berlangsung lama.
"Kalau setiap hari seperti ini, ya teraniaya juga kami. Saya minta ini tidak dibiarkan. Harus ada solusi. Ini telah kami sampaikan kepada instansi terkait. Kasihan masyarakat. Tak bisa dibiarkan," katanya.
Laporan: Juprison (Telukkuantan)
Editor: Eka G Putra
TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO) – Sejak sepekan ini, masyarakat Rambahan Kecamatan Logas Tanah Darat dibuat terkejut. Tiba-tiba air yang mengaliri Sungai Batang Pangean berubah warna, berubah menjadi hitam pekat.
Air berwarna hitam itu diduga dampak dari kebun Akasia yang ada di hulu sungai tersebut tengah dipanen salah satu perusahaan yang ada di kawasan tersebut.
- Advertisement -
Melihat pencemaran tersebut, Kepala Desa (Kades) Rambahan, Ali Nasri SPd berang. Ia tidak menerima sungai yang setiap hari dijadikan masyarakatnya untuk mandi, mencuci, bermain dan sebagainya di sungai tersebut tercemar seperti ini.
"Sekarang Sungai Tangian (Batang Pangean,red) airnya hitam. Padahal sungai itu kebutuhan bagi kami. Sekarang tak bisa lagi dimanfaatkan," kata Kepala Desa Ali Nasri kepada wartawan, Rabu (5/8/2020).
- Advertisement -
Meski airnya kini berubah warna hitam. Namun sejumlah anak-anak di desanya tetap saja ingin mandi di air yang diduga tercemar akibat panen akasia itu. Ia berharap agar pencemaran ini tidak berlangsung lama.
"Kalau setiap hari seperti ini, ya teraniaya juga kami. Saya minta ini tidak dibiarkan. Harus ada solusi. Ini telah kami sampaikan kepada instansi terkait. Kasihan masyarakat. Tak bisa dibiarkan," katanya.
Laporan: Juprison (Telukkuantan)
Editor: Eka G Putra