Jumat, 20 September 2024

Jangan Asal Makan, Penuhi Protein untuk ODP, PDP, dan Pasien Positif Covid-19

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dinyatakan positif Covid-19, bukanlah akhir segalanya. Jika kategorinya ringan, si sakit disarankan menjalani isolasi mandiri di rumah. Tetangga dan kerabat bisa mendukung dengan memberikan makanan sesuai kebutuhan nutrisi. Saatnya peduli sesama.

KINI, penduduk dunia dihadapkan pada musuh yang tak terlihat. Siapa pun bisa menjadi "korban" virus corona. Namun, tidak semua orang harus menjalani perawatan di rumah sakit. Orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), maupun mereka yang berstatus positif kategori ringan-sedang harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari.

Nah, selama itu, kebutuhan nutrisi perlu dipenuhi. Menurut Anna Maria Ariesta Putri SGz, tiga kelompok tersebut -yang tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid- disarankan menjaga pola makan tinggi kalori dan protein. "(Kebutuhan) kalori dan protein naik sebagai kompensasi karena ada infeksi. Jadi, tubuh punya amunisi yang cukup untuk memerangi virus," paparnya.

Ahli gizi yang berdinas di RS Katolik St Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya itu menegaskan, ada perhatian khusus dalam komposisi makanan yang dikonsumsi. Tak asal makan. Anna mencontohkan, penambahan kalori untuk tenaga kesehatan yang riskan terjangkit umumnya 10–15 persen. "Tapi, mereka yang punya komorbid tetap berpatokan pada diet masing-masing," tuturnya. Misalnya, PDP dengan diabetes tetap perlu mengontrol asupan gula.

- Advertisement -

Penyesuaian penambahan kalori juga bergantung pada berbagai faktor. Di antaranya, usia dan jenis kelamin. Anna menekankan, kebutuhan gizi mesti dipenuhi lewat pengaturan menu yang sehat dan seimbang. Jika makanan yang dikonsumsi mampu memenuhi kebutuhan itu, si sakit tak perlu lagi menambahkan suplemen.

Baca Juga:  Ayah Kiper Liverpool Meninggal Setelah Tenggelam di Danau

"Kecuali orang yang tiap hari berkontak (dengan PDP atau pasien positif Covid-19). Contohnya, keluarga pasien dan tenaga medis. Ada penambahan vitamin C 2.000–4.000 mg per hari," jelas alumnus Universitas Gadjah Mada Jogjakarta tersebut. Bagi yang ingin sekadar menjaga kondisi tubuh, tambahan vitamin C 500–1.000 mg sudah cukup.

- Advertisement -

Makanan yang dikonsumsi pun sebaiknya bervariasi. Misalnya, PDP laki-laki usia aktif (35–50 tahun) yang berpostur tinggi besar dan sehat membutuhkan 2.700 kalori selama masa penyembuhan. "Kebutuhan protein hingga 100 gram. Pemenuhannya harus bervariasi," ujar Anna. Bisa dengan menambahkan 1 potong telur dadar dan 1 potong daging semur saat sarapan. Diikuti selingan bubur kacang hijau dan lauk ayam di jadwal makan selanjutnya.

Selain menjaga asupan makanan, proses pemulihan perlu didukung pola hidup yang sehat. "Hindari stres, istirahat harus cukup. Dengan begitu, imunitas tubuh bisa naik," tambahnya.

Seputar Makanan Selama Pandemi Covid-19
Perlukah makanan yang dibeli lewat jasa pesan antar dipanaskan kembali?

Pemanasan sebaiknya hanya dilakukan sekali. Sebab, pemanasan berkali-kali bisa mengurangi kandungan gizi. Menghangatkan makanan bersantan secara berulang justru bisa mengubah kandungan lemak menjadi lemak jenuh yang tidak baik bagi tubuh. Sebaiknya, makanan dibeli dalam porsi sekali makan.

Di samping itu, ahli keamanan pangan Benjamin Chapman PhD dari North Carolina State University menjelaskan, pemanasan 3 menit dalam suhu 149 derajat Fahrenheit (65 derajat Celsius) mampu membunuh kuman patogen dalam makanan. Termasuk, merujuk riset pada 2004, virus SARS yang masih satu "keluarga" dengan virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan telur sebagai sumber protein selama pandemi. Apakah harus mengonsumsi telur setiap hari?

Baca Juga:  13 Calon Hakim Agung Akan Digali KY Soal Visi Misi hingga Keilmuan

Selain masa simpannya relatif panjang, protein dalam telur punya bioavailabilitas atau bisa diserap tubuh hingga 100 persen. Sama seperti susu. Namun, konsumsi telur sebaiknya tidak tiap hari. Selingi dengan sumber protein lain, baik hewani maupun nabati, agar kebutuhan nutrisi selain protein ikut terpenuhi.

Bolehkah mengonsumsi lauk frozen food?

Selama tidak ada penyakit penyerta, boleh saja. Namun, konsumsinya perlu dibatasi. Sebab, sangat mungkin makanan itu memiliki bahan tambahan yang dapat memengaruhi kualitas zat gizi yang masuk ke tubuh.

Bagaimana dengan konsumsi lalapan dan buah segar?

Untuk buah, cukup cuci dengan air mengalir hingga bersih. Jika perlu, rendam dengan larutan pembersih khusus, lalu bilas dan cuci bersih. Untuk lalapan, sebaiknya hindari karena tidak melalui proses pemasakan. Kecuali jika lalapan itu merupakan hasil kebun dan disiapkan sendiri di rumah.

Bila Demam

Ketika suhu tubuh di atas normal (>37 derajat Celsius), tiap kenaikan 1 derajat, energi dan cairan yang dibutuhkan juga naik. Berikut detailnya.
Kebutuhan energi naik 13 persen.
Kebutuhan cairan naik 3–5 ml/kg berat badan. Misalnya, orang berbobot 50 kg yang mengalami demam 38 derajat Celsius perlu tambahan cairan rata-rata 200 ml.

Cermat Siapkan Makanan

Cuci tangan sebelum dan sesudah memasak atau makan.
Segera keluarkan barang belanjaan. Bersihkan bahan makanan segar.
Bersihkan talenan yang digunakan untuk memotong.
Jika perlu, seka permukaan plastik belanja dan kemasan dengan cairan disinfektan sebelum memindahkan barang ke wadah lain.

Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Dinyatakan positif Covid-19, bukanlah akhir segalanya. Jika kategorinya ringan, si sakit disarankan menjalani isolasi mandiri di rumah. Tetangga dan kerabat bisa mendukung dengan memberikan makanan sesuai kebutuhan nutrisi. Saatnya peduli sesama.

KINI, penduduk dunia dihadapkan pada musuh yang tak terlihat. Siapa pun bisa menjadi "korban" virus corona. Namun, tidak semua orang harus menjalani perawatan di rumah sakit. Orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), maupun mereka yang berstatus positif kategori ringan-sedang harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari.

Nah, selama itu, kebutuhan nutrisi perlu dipenuhi. Menurut Anna Maria Ariesta Putri SGz, tiga kelompok tersebut -yang tidak memiliki penyakit penyerta atau komorbid- disarankan menjaga pola makan tinggi kalori dan protein. "(Kebutuhan) kalori dan protein naik sebagai kompensasi karena ada infeksi. Jadi, tubuh punya amunisi yang cukup untuk memerangi virus," paparnya.

Ahli gizi yang berdinas di RS Katolik St Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya itu menegaskan, ada perhatian khusus dalam komposisi makanan yang dikonsumsi. Tak asal makan. Anna mencontohkan, penambahan kalori untuk tenaga kesehatan yang riskan terjangkit umumnya 10–15 persen. "Tapi, mereka yang punya komorbid tetap berpatokan pada diet masing-masing," tuturnya. Misalnya, PDP dengan diabetes tetap perlu mengontrol asupan gula.

Penyesuaian penambahan kalori juga bergantung pada berbagai faktor. Di antaranya, usia dan jenis kelamin. Anna menekankan, kebutuhan gizi mesti dipenuhi lewat pengaturan menu yang sehat dan seimbang. Jika makanan yang dikonsumsi mampu memenuhi kebutuhan itu, si sakit tak perlu lagi menambahkan suplemen.

Baca Juga:  Jokowi Bicara Pancasila Setelah Dituduh Rocky Gerung di ILC

"Kecuali orang yang tiap hari berkontak (dengan PDP atau pasien positif Covid-19). Contohnya, keluarga pasien dan tenaga medis. Ada penambahan vitamin C 2.000–4.000 mg per hari," jelas alumnus Universitas Gadjah Mada Jogjakarta tersebut. Bagi yang ingin sekadar menjaga kondisi tubuh, tambahan vitamin C 500–1.000 mg sudah cukup.

Makanan yang dikonsumsi pun sebaiknya bervariasi. Misalnya, PDP laki-laki usia aktif (35–50 tahun) yang berpostur tinggi besar dan sehat membutuhkan 2.700 kalori selama masa penyembuhan. "Kebutuhan protein hingga 100 gram. Pemenuhannya harus bervariasi," ujar Anna. Bisa dengan menambahkan 1 potong telur dadar dan 1 potong daging semur saat sarapan. Diikuti selingan bubur kacang hijau dan lauk ayam di jadwal makan selanjutnya.

Selain menjaga asupan makanan, proses pemulihan perlu didukung pola hidup yang sehat. "Hindari stres, istirahat harus cukup. Dengan begitu, imunitas tubuh bisa naik," tambahnya.

Seputar Makanan Selama Pandemi Covid-19
Perlukah makanan yang dibeli lewat jasa pesan antar dipanaskan kembali?

Pemanasan sebaiknya hanya dilakukan sekali. Sebab, pemanasan berkali-kali bisa mengurangi kandungan gizi. Menghangatkan makanan bersantan secara berulang justru bisa mengubah kandungan lemak menjadi lemak jenuh yang tidak baik bagi tubuh. Sebaiknya, makanan dibeli dalam porsi sekali makan.

Di samping itu, ahli keamanan pangan Benjamin Chapman PhD dari North Carolina State University menjelaskan, pemanasan 3 menit dalam suhu 149 derajat Fahrenheit (65 derajat Celsius) mampu membunuh kuman patogen dalam makanan. Termasuk, merujuk riset pada 2004, virus SARS yang masih satu "keluarga" dengan virus corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan telur sebagai sumber protein selama pandemi. Apakah harus mengonsumsi telur setiap hari?

Baca Juga:  Harun Masiku Tak Kunjung Ditangkap, ICW Duga Ada Kekuatan Besar yang Melindungi

Selain masa simpannya relatif panjang, protein dalam telur punya bioavailabilitas atau bisa diserap tubuh hingga 100 persen. Sama seperti susu. Namun, konsumsi telur sebaiknya tidak tiap hari. Selingi dengan sumber protein lain, baik hewani maupun nabati, agar kebutuhan nutrisi selain protein ikut terpenuhi.

Bolehkah mengonsumsi lauk frozen food?

Selama tidak ada penyakit penyerta, boleh saja. Namun, konsumsinya perlu dibatasi. Sebab, sangat mungkin makanan itu memiliki bahan tambahan yang dapat memengaruhi kualitas zat gizi yang masuk ke tubuh.

Bagaimana dengan konsumsi lalapan dan buah segar?

Untuk buah, cukup cuci dengan air mengalir hingga bersih. Jika perlu, rendam dengan larutan pembersih khusus, lalu bilas dan cuci bersih. Untuk lalapan, sebaiknya hindari karena tidak melalui proses pemasakan. Kecuali jika lalapan itu merupakan hasil kebun dan disiapkan sendiri di rumah.

Bila Demam

Ketika suhu tubuh di atas normal (>37 derajat Celsius), tiap kenaikan 1 derajat, energi dan cairan yang dibutuhkan juga naik. Berikut detailnya.
Kebutuhan energi naik 13 persen.
Kebutuhan cairan naik 3–5 ml/kg berat badan. Misalnya, orang berbobot 50 kg yang mengalami demam 38 derajat Celsius perlu tambahan cairan rata-rata 200 ml.

Cermat Siapkan Makanan

Cuci tangan sebelum dan sesudah memasak atau makan.
Segera keluarkan barang belanjaan. Bersihkan bahan makanan segar.
Bersihkan talenan yang digunakan untuk memotong.
Jika perlu, seka permukaan plastik belanja dan kemasan dengan cairan disinfektan sebelum memindahkan barang ke wadah lain.

Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari