JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pedasnya harga cabai memicu naiknya inflasi pada awal tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat cabai merah sebagai kontributor utama angka inflasi Januari yang mencapai 0,39 persen. Januari tahun lalu, angka inflasi tercatat 0,32 persen.
"Cabai merah memberikan andil inflasi 0,13 persen dan cabai rawit memberikan andil inflasi 0,05 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Senin (3/2).
Selain cabai, komoditas lain yang menyumbang inflasi juga berasal dari kelompok makanan. Yakni, ikan segar dan minyak goreng. Masing-masing berkontribusi 0,04 persen terhadap inflasi.
"Rokok memberikan andil 0,06 persen dan beberapa sayuran 0,01 persen," katanya.
Namun, ada juga komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi. Di antaranya, daging ayam ras yang berkontribusi 0,03 persen dan telur ayam ras yang andilnya 0,01 persen.
Kelompok lain yang memberikan andil tinggi adalah perawatan pribadi dan jasa lain. Nilainya 0,46 persen dengan kontribusi 0,03 persen. Suhariyanto memerinci, kenaikan harga emas dan perhiasan menjadi penyebab inflasi kelompok tersebut. Kenaikan itu terjadi di 58 kota. Termasuk di Lombok yang naik 5 persen.
"Karena ada kenaikan harga emas di level internasional," tambahnya.
Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, inflasi Januari bersifat musiman. Menurut dia, inflasi lebih banyak disebabkan curah hujan yang tinggi. Akibatnya, panen dan distribusi logistik terganggu.
Dia optimistis inflasi sepanjang 2020 akan terjaga pada level 3,1 persen sesuai dengan target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Mengenai kenaikan harga rokok yang juga menyumbang inflasi, Ani menanggapinya dengan santai.
"Ya enggak apa-apa, seperti biasa. Itu adalah seasonal saja," jelasnya.
Sumber: Jawapos.co
Editor: Rinaldi