BANDA ACEH (RIAUPOS.CO) — PT PLN (Persero) menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Aceh karena pasokan listrik pascabencana banjir bandang dan tanah longsor hingga kini belum sepenuhnya pulih. Kondisi di lapangan yang berat membuat proses pemulihan mengalami sejumlah kendala.
Permohonan maaf tersebut disampaikan Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo dalam agenda laporan dan rapat koordinasi bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang digelar secara daring dari Banda Aceh, Selasa (9/12).
Sebelumnya, dalam kunjungan di Bireuen pada Ahad (7/12), Darmawan Prasodjo melaporkan kepada Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Presiden Prabowo Subianto bahwa pasokan listrik di Aceh ditargetkan menyala hingga 93 persen pada Ahad malam. Namun, kondisi di lapangan yang penuh tantangan menyebabkan target tersebut belum sepenuhnya tercapai.
“Setelah terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor, terdapat kerusakan yang sangat masif pada sistem kelistrikan di Aceh,” jelas Darmawan.
Ia mengungkapkan, kerusakan paling parah terjadi pada jaringan transmisi, khususnya di jalur Bireuen–Arun. Enam tower transmisi roboh akibat terjangan banjir bandang yang juga memperlebar badan sungai hingga ratusan meter. Akibatnya, pembangkit di Arun tidak dapat menyalurkan listrik ke Banda Aceh secara optimal sehingga terjadi pemadaman bergilir.
PLN sempat melakukan proses sinkronisasi sistem dari pembangkit Arun ke jaringan Aceh. Pada 8 Desember 2025, PLTMG Arun kembali menyuplai listrik ke gardu induk hingga wilayah Bireuen, Takengon, dan Samalanga. Namun, saat proses perluasan sinkronisasi menuju Sigli dan Banda Aceh, muncul kendala teknis sehingga penyaluran listrik harus dihentikan sementara.
Dalam upaya pemulihan, PLN mengerahkan langkah luar biasa, termasuk pengangkutan material berat melalui jalur udara karena akses darat terputus. Material perbaikan tower dengan bobot mencapai 35 ton terpaksa diangkut menggunakan helikopter secara bertahap.
Darmawan menegaskan, PLN tetap berkomitmen mempercepat pemulihan listrik meski menghadapi tantangan berat. Proses sinkronisasi sistem terus diupayakan secara bertahap dengan pengamanan yang lebih ketat guna mencegah gangguan lanjutan. (adv)



