Peraih Emas Porwil Harus Seleksi PON

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dua atlet bulutangkis Riau Rahmat Julio Rafli Ritonga dan Vincentius Suwarland sedang cemas. Beberapa hari belakangan pikirannya terganggu karena mendapat kabar diharuskan kembali mengikuti seleksi untuk menjadi wakil Riau pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua. Padahal keduanya merupakan peraih medali emas Porwil Sumatera 2019.

Rahmat dan Vincen sukses merebut medali emas ganda putra Porwil yang berlangsung di Bengkulu, September 2019. Pasangan ini mengalahkan ganda Riau lainnya Thoha Almuctarim dan Surifan Zega di babak puncak.

- Advertisement -

Rahmat mengaku sangat senang atas prestasinya itu, apalagi akan mewakili Riau di PON. Tapi belakangan kegembiraan itu berubah jadi kecemasan. Beredar kabar PBSI Riau akan menyeleksi kembali atlet yang akan memperkuat Riau di PON Papua.

"Anak kami bukan takut seleksi. Tapi yang jadi masalah, kenapa harus seleksi lagi? Padahal sudah ada prestasi. Emas Porwil dan meloloskan Riau ke PON," tanya ibu Rahmat, Evi Herlena Siregar.

- Advertisement -

Yang membuat Evi semakin bingung, tidak ada alasan yang kuat untuk menggelar seleksi lagi. Dari persyaratan semua terpenuhi. Apalagi prestasi, Rahmat dan Vincen sudah level nasional. Pernah masuk delapan besar pada Sirnas.

"Kami berharap untuk nomor ganda putra tidak usah seleksi lagi. Karena sudah ada hasil Porwil. Kalau tunggal silakan seleksi," harap Evi.

Orangtua Vincen, Eddy Suwarland juga berharap demikian. Sebab kekompakan pasangan Vincen-Rahmat sudah teruji. Sudah sering berpasangan di banyak kejuaraan. Itu dibuktikan pada Porwil lalu dengan mempersembahkan medali emas dan membuat Riau lolos ke PON. Ia khawatir, kalau bongkar pasang lagi akan merusak kekompakan pasangan.

"Anak saya (Vincen, red) saat ini masih latihan di PB Djarum. Sudah lama di sana, sejak 2015. Sekarang pikirannya juga terganggu gara-gara harus seleksi lagi," kata Edi di depan Ketua Umum KONI Riau H Emrizal Pakis, Rabu (22/1).

Sebab itu, ia berharap PBSI bisa bijak membina atlet Riau. Sangat disayangkan atlet Riau yang punya potensi tidak bisa maksimal, karena kebijakan PBSI yang tidak tepat.

Edi mengaku anaknya sangat senang bisa membela Riau. Sebab memang daerah asalnya. Padahal, ada yang memintanya turun memperkuat daerah lain. Seperti Banten dan Papua. Tapi demi kecintaan dengan daerahnya, ia memutuskan kembali ke Riau.

Usai mendengar keluh kesah atlet, Emrizal Pakis mengatakan, menampung semua keluhan tersebut. Ini menjadi dasar untuk melakukan pembicaraan dengan PBSI Riau. Tapi Pak Em, demikian biasa disapa, mengaku tidak bisa mengambil keputusan, karena wewenangya ada pada PBSI Riau.

"Masalah ini akan saya bicarakan dengan pengurus PBSI Riau. Mudah-mudahan ada jalan terbaik," kata Emrizal. Emrizal berpesan agar isu itu tidak mengganggu psikis dan semangat atlet. "Masih potensial. Terus latihan, jangan sampai patah semangat gara-gara ini," ujarnya.

Dalam pada itu, Ketua PBSI Riau Eri Zulhendrizal saat dihubungi Riau Pos mengatakan, seleksi memang harus dilakukan. Sebab ada delapan atlet yang ikut berjuang dan meloloskan Riau ke PON. Sementara PBSI Pusat sudah menetapkan Riau hanya boleh mengirim tiga atlet. Satu ganda dan satu tunggal.

Hal yang sama diutarakan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Riau Sandro Gazali. Ia menjelaskan, sesuai dengan peraturan yang sudah disepakati PBSI Pusat dan PBSI se-Sumatera, bahwa Pra-PON bulutangkis wilayah Sumatera disejalankan dengan Porwil yang berlangsung di Bengkulu 2019 lalu.

Pra-PON digelar lebih dulu, 3-5 September, dengan mempertandingkan nomor beregu, putra dan putri. Ini juga sekaligus sebagai penyisihan grup untuk Porwil. Daerah yang menduduki posisi juara dan runner-up grup dinyatakan lolos ke PON. Riau saat itu runner-up di bawah Sumatera Utara. Sesuai dengan aturan, juara grup berhak mengirim 5 atlet ke PON, semantara runner-up hanya tiga atlet.

"Nah, yang berjuang di Pra-PON ada delapan atlet. Semua berperan. Supaya adil, kami akan menyeleksi lagi kedelapan atlet ini, untuk mendapatkan tiga dari mereka," kata Sandro.

Mantan atlet ini juga mengatakan, peraih medali emas di Porwil tidak otomatis mewakil Riau. Sebab Pra-PON ada pada babak penyisihan grup. "Setelah lolos dari penyisihan, itu hanya untuk merebut medali Porwil," ujarnya.(zed)

Laporan Abdul Gapur, Pekanbaru

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Dua atlet bulutangkis Riau Rahmat Julio Rafli Ritonga dan Vincentius Suwarland sedang cemas. Beberapa hari belakangan pikirannya terganggu karena mendapat kabar diharuskan kembali mengikuti seleksi untuk menjadi wakil Riau pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua. Padahal keduanya merupakan peraih medali emas Porwil Sumatera 2019.

Rahmat dan Vincen sukses merebut medali emas ganda putra Porwil yang berlangsung di Bengkulu, September 2019. Pasangan ini mengalahkan ganda Riau lainnya Thoha Almuctarim dan Surifan Zega di babak puncak.

Rahmat mengaku sangat senang atas prestasinya itu, apalagi akan mewakili Riau di PON. Tapi belakangan kegembiraan itu berubah jadi kecemasan. Beredar kabar PBSI Riau akan menyeleksi kembali atlet yang akan memperkuat Riau di PON Papua.

"Anak kami bukan takut seleksi. Tapi yang jadi masalah, kenapa harus seleksi lagi? Padahal sudah ada prestasi. Emas Porwil dan meloloskan Riau ke PON," tanya ibu Rahmat, Evi Herlena Siregar.

Yang membuat Evi semakin bingung, tidak ada alasan yang kuat untuk menggelar seleksi lagi. Dari persyaratan semua terpenuhi. Apalagi prestasi, Rahmat dan Vincen sudah level nasional. Pernah masuk delapan besar pada Sirnas.

"Kami berharap untuk nomor ganda putra tidak usah seleksi lagi. Karena sudah ada hasil Porwil. Kalau tunggal silakan seleksi," harap Evi.

Orangtua Vincen, Eddy Suwarland juga berharap demikian. Sebab kekompakan pasangan Vincen-Rahmat sudah teruji. Sudah sering berpasangan di banyak kejuaraan. Itu dibuktikan pada Porwil lalu dengan mempersembahkan medali emas dan membuat Riau lolos ke PON. Ia khawatir, kalau bongkar pasang lagi akan merusak kekompakan pasangan.

"Anak saya (Vincen, red) saat ini masih latihan di PB Djarum. Sudah lama di sana, sejak 2015. Sekarang pikirannya juga terganggu gara-gara harus seleksi lagi," kata Edi di depan Ketua Umum KONI Riau H Emrizal Pakis, Rabu (22/1).

Sebab itu, ia berharap PBSI bisa bijak membina atlet Riau. Sangat disayangkan atlet Riau yang punya potensi tidak bisa maksimal, karena kebijakan PBSI yang tidak tepat.

Edi mengaku anaknya sangat senang bisa membela Riau. Sebab memang daerah asalnya. Padahal, ada yang memintanya turun memperkuat daerah lain. Seperti Banten dan Papua. Tapi demi kecintaan dengan daerahnya, ia memutuskan kembali ke Riau.

Usai mendengar keluh kesah atlet, Emrizal Pakis mengatakan, menampung semua keluhan tersebut. Ini menjadi dasar untuk melakukan pembicaraan dengan PBSI Riau. Tapi Pak Em, demikian biasa disapa, mengaku tidak bisa mengambil keputusan, karena wewenangya ada pada PBSI Riau.

"Masalah ini akan saya bicarakan dengan pengurus PBSI Riau. Mudah-mudahan ada jalan terbaik," kata Emrizal. Emrizal berpesan agar isu itu tidak mengganggu psikis dan semangat atlet. "Masih potensial. Terus latihan, jangan sampai patah semangat gara-gara ini," ujarnya.

Dalam pada itu, Ketua PBSI Riau Eri Zulhendrizal saat dihubungi Riau Pos mengatakan, seleksi memang harus dilakukan. Sebab ada delapan atlet yang ikut berjuang dan meloloskan Riau ke PON. Sementara PBSI Pusat sudah menetapkan Riau hanya boleh mengirim tiga atlet. Satu ganda dan satu tunggal.

Hal yang sama diutarakan Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PBSI Riau Sandro Gazali. Ia menjelaskan, sesuai dengan peraturan yang sudah disepakati PBSI Pusat dan PBSI se-Sumatera, bahwa Pra-PON bulutangkis wilayah Sumatera disejalankan dengan Porwil yang berlangsung di Bengkulu 2019 lalu.

Pra-PON digelar lebih dulu, 3-5 September, dengan mempertandingkan nomor beregu, putra dan putri. Ini juga sekaligus sebagai penyisihan grup untuk Porwil. Daerah yang menduduki posisi juara dan runner-up grup dinyatakan lolos ke PON. Riau saat itu runner-up di bawah Sumatera Utara. Sesuai dengan aturan, juara grup berhak mengirim 5 atlet ke PON, semantara runner-up hanya tiga atlet.

"Nah, yang berjuang di Pra-PON ada delapan atlet. Semua berperan. Supaya adil, kami akan menyeleksi lagi kedelapan atlet ini, untuk mendapatkan tiga dari mereka," kata Sandro.

Mantan atlet ini juga mengatakan, peraih medali emas di Porwil tidak otomatis mewakil Riau. Sebab Pra-PON ada pada babak penyisihan grup. "Setelah lolos dari penyisihan, itu hanya untuk merebut medali Porwil," ujarnya.(zed)

Laporan Abdul Gapur, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya