PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Naiknya harga minyak goreng Minyakita atau minyak subsidi pemerintah mulai berdampak pada usaha masyarakat. Salah satunya adalah pedagang gorengan dan pedagang sembako.
Safrizal, seorang penjual gorengan yang sudah lima tahun berjualan di tepian Jalan HR Soebrantas mengatakan, kenaikan harga Minyakita yang ia rasakan cukup mahal memaksa dirinya mencari cara agar tetap bisa berjualan gorengan.
”Saya menaikkan harga gorengan yang awalnya dari Rp1.000 untuk satu gorengan, sekarang menjadi 4 gorengan Rp5.000. Sedangkan goreng pisang yang semula Rp2.000 untuk satu gorengan, sekarang menjadi Rp5.000 dapat dua gorengan pisang,” ujarnya, Rabu (10/7).
Safrizal bercerita, bahwa ia memiliki tiga orang anak. Ia memiliki usaha berjualan gorengan serta kedai kecil-kecilan yang merupakan usaha utama Safrizal dan istri.
Dari hasil berjualan itulah Safrizal menafkahi keluarga kecilnya. Bapak tiga orang anak ini juga berharap agar harga minyak goreng tidak terus-menerus mengalami kenaikan.
”Jika perlu segera turun agar harga gorengan pun bisa stabil, jangan apa-apa naik, turun nggak bisa,” katanya.
Tidak hanya Safrizal yang mengalami dampak dari kenaikan harga minyak goreng ini. Namun juga bagi para pedagang minyak goreng kemasan.
”Iya, ada dampaknya. Biasanya itu banyak yang beli Minyakita. Sekarang larinya ke minyak curah,” ungkap Apni, pedagang di Pasar Selasa Panam atau Pasar Simpang Baru.
Ia mengaku, minyak curah juga mengalami kenaikan harga. ”Sama juga seperti Minyakita harganya Rp17.000. Bedanya lebih banyak sedikit isinya dari Minyakita. Minyakita cuma dapat satu liter, nah kalau minyak curah apat satu kilo. Artinya lebih dari satu liter,” sambungnya.
Begitu pula dengan yang dirasakan oleh Rozan Mutari, pemilik toko sembako di pasar tradisional yang lainnya. ”Sangat signifikan dampaknya, karna kan naik naik terus harganya, jadi penjualan pun juga berpengaruh,” katanya.
Rozan juga menceritakan modal yang ia keluarkan untuk satu liter Minyakita seharga Rp15.500 dan dijual kembali seharga Rp17.000.
Sementara naiknya harga minyak goreng menjadi atensi Pemko Pekanbaru. Pemko mengaku akan meningkatkan koordinasi kepada Pemerintah Provinsi Riau yakni lebih terhadap pemenuhan minyak goreng untuk pasar lokal mengingat banyak pabrik kelapa sawit di daerah Riau.
”Untuk mengantisipasi kenaikan minyak goreng curah, kami sudah berkoordinasi dengan Disperindagko UKM Riau. Mudah-mudahan menjadi atensi,” ungkap Asisten II Setko Pekanbaru Ingot Ahmad Hutasuhut.
Ia mengakui konsumsi minyak goreng paling banyak di Kota Pekanbaru dibandingkan sebelas kabupaten dan kota lainnya di Riau.
Di Riau, ada beberapa pabrik kelapa sawit (PKS) yang ditunjuk melalui Domestic Market Obligation atau kewajiban pasok ke dalam negeri. Untuk menjamin pemenuhan keperluan minyak goreng di pasar lokal.
”Mudah-mudahan, gubernur bisa memberikan atensi. Karena, Pekanbaru tak memiliki produsen minyak goreng. Sebaliknya, konsumen minyak goreng banyak di Pekanbaru,” sambungnya.
Adapun sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan menaikkan harga eceran tertinggi (HET) Minyakita. Harga Minyakita dari Rp14.000 naik menjadi Rp15.700 per liter.(yls)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Kota