RIYADH (RIAUPOS.CO) – HUJAN lebat memicu banjir bandang melanda Arab Saudi. Kondisi itu membuat pihak berwenang Arab Saudi menutup sekolah-sekolah di beberapa wilayah.
Dilansir dari AFPTV, rekaman video menunjukkan mobil-mobil terendam dan berjuang melewati genangan di wilayah tengah Qassim. Wilayah itu menjadi salah satu daerah yang terkena dampak banjir paling parah. ’’Hujan terus berlanjut selama tujuh jam dari sore hingga menjelang tengah malam dalam jumlah yang sangat besar,’’ kata Mohammed, seorang warga Mesir di Buraidah, ibu kota Qassim.
Dia menceritakan, air menumpuk hingga ketinggian lebih dari 10 cm di depan rumahnya. Hal itu menghalanginya keluar ke jalan. ’’Suara guntur terdengar keras dan kilat menyinari kota,’’ jelas Mohammed.
Pusat meteorologi nasional mengeluarkan peringatan merah untuk Qassim dan wilayah lain termasuk provinsi timur di Teluk, ibu kota Riyadh. Kondisi yang sama juga dilakukan untuk provinsi Medina yang berbatasan dengan Laut Merah.
’’Ada potensi hujan lebat disertai angin kencang, kurangnya jarak pandang horizontal, hujan es, hujan lebat, dan petir,’’ jelas badan tersebut.
Sekolah-sekolah di Riyadh juga membatalkan pengajaran tatap muka dan memindahkan kelas secara online. Departemen Pendidikan Madinah memposting gambar di platform X yang memperlihatkan pekerja pemeliharaan sedang memperbaiki unit listrik dan AC serta membersihkan genangan air dari sekolah.
Pada Rabu malam, tampak genangan air di jalan-jalan Riyadh. Namun lalu lintas tidak terganggu secara signifikan.
Banjir menjadi kejadian tahunan di Jeddah yang notabene adalah kota pelabuhan di pesisir Laut Merah. Penduduk setempat telah lama mengeluhkan buruknya infrastruktur. Pada 2009 silam, banjir menewaskan 123 orang di sana. Dua tahun kemudian, 10 orang tewas.(dee/bay)
Laporan JPG, Riyadh
RIYADH (RIAUPOS.CO) – HUJAN lebat memicu banjir bandang melanda Arab Saudi. Kondisi itu membuat pihak berwenang Arab Saudi menutup sekolah-sekolah di beberapa wilayah.
Dilansir dari AFPTV, rekaman video menunjukkan mobil-mobil terendam dan berjuang melewati genangan di wilayah tengah Qassim. Wilayah itu menjadi salah satu daerah yang terkena dampak banjir paling parah. ’’Hujan terus berlanjut selama tujuh jam dari sore hingga menjelang tengah malam dalam jumlah yang sangat besar,’’ kata Mohammed, seorang warga Mesir di Buraidah, ibu kota Qassim.
- Advertisement -
Dia menceritakan, air menumpuk hingga ketinggian lebih dari 10 cm di depan rumahnya. Hal itu menghalanginya keluar ke jalan. ’’Suara guntur terdengar keras dan kilat menyinari kota,’’ jelas Mohammed.
Pusat meteorologi nasional mengeluarkan peringatan merah untuk Qassim dan wilayah lain termasuk provinsi timur di Teluk, ibu kota Riyadh. Kondisi yang sama juga dilakukan untuk provinsi Medina yang berbatasan dengan Laut Merah.
- Advertisement -
’’Ada potensi hujan lebat disertai angin kencang, kurangnya jarak pandang horizontal, hujan es, hujan lebat, dan petir,’’ jelas badan tersebut.
Sekolah-sekolah di Riyadh juga membatalkan pengajaran tatap muka dan memindahkan kelas secara online. Departemen Pendidikan Madinah memposting gambar di platform X yang memperlihatkan pekerja pemeliharaan sedang memperbaiki unit listrik dan AC serta membersihkan genangan air dari sekolah.
Pada Rabu malam, tampak genangan air di jalan-jalan Riyadh. Namun lalu lintas tidak terganggu secara signifikan.
Banjir menjadi kejadian tahunan di Jeddah yang notabene adalah kota pelabuhan di pesisir Laut Merah. Penduduk setempat telah lama mengeluhkan buruknya infrastruktur. Pada 2009 silam, banjir menewaskan 123 orang di sana. Dua tahun kemudian, 10 orang tewas.(dee/bay)
Laporan JPG, Riyadh