Fenomena kehidupan kunci dan gembok terkesan sangat santai dalam menjalankan tugasnya, sederhana dan harmonis. Kunci dan gembok hidup berdampingan menjalankan tugasnya masing-masing tetapi untuk tujuan yang sama dan dilakukan bersamaan. Gembok tidak bisa digunakan tanpa adanya kunci gembok dan kunci gembok tidak bisa digunakan tanpa adanya gembok, makanya selalu dibuat satu paket. Kunci dan gembok saling bekerjasama dengan baik, saling melengkapi dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai suatu tujuan.
Makna filosofis dari kunci dan gembok yang akan saya uraikan sebagai motivasi hidup untuk diri sendiri khususnya, dan siapa saja yang sudi membaca tulisan ini, adalah sikap saling menghomati dan saling menghargai kita dengan sesama. Setiap kita diciptakan oleh pencipta dengan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda. Bakat adalah kemampuan bawaan yang ada pada diri kita, yang diharapkan diasah, dikembangkan dan disalurkan pada tempatnya dengan harapan akan mendatangkan manfa’at bagi diri seseorang, dan juga orang lain.
Setiap kita memiliki kelebihan dan kekurangan. Diharapkan dengan adanya kekurangan dan kelebihan, bisa bekerjasama dengan saling mengisi dan saling melengkapi. Semua ini akan terwujud jika adanya sikap saling memahami sifat, karakter, situasi kondisi masing-masing, adanya saling menghargai dan menghormati, saling membantu, saling bekerja sama, dan saling menasehati, dengan koridor yang benar. Di sini sebagai pengikatnya adalah sikap “saling”. Saling bermakna sama-sama melakukan hal yang sama, saling memahami, saling menghargai dan saling menghormati…. Jika hal ini dilakukan dengan semestinya maka yang terjadi adalah akan terciptanya kerukunan, kedamaian, keharmonisan, terhindarnya kesalahfahaman yang bisa menimbulkan permusuhan, perseteruan, sakit hati, kecewa, dan mungkin dendam, dan akan bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik lagi.
Jangan sombong dengan kelebihan diri dan mencari-cari bahkan mencela dan menghardik kekurangan orang lain. Jika mencari kekurangan dengan tujuan untuk memberikan masukan , kritikan atau membantu memperbaiki kekurangan orang lain karena Allah itu bagus dan mendapat pahala, tetapi jika tujuan mencari kekurangan, kesalahan orang lain dengan tujuan menjatukan, mempermalukan, merugikan, membuat seseorang terluka, down dalam hidup, sungguh itu termasuk perbuatan tercela dan akan mendapat imbalan dosa dari-Nya Allah Azza wa Jalla.
Dalam Al-Qur’an Surat al-Hujarat ayat 11 dinyatakan yang artinya ,“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki meremehkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang diremehkan itu lebih baik dari mereka, dan janganlah pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik, dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan janganlah memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “(QS Al-Hujarat: 11)
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian merendah hingga tidak ada seorangpun meremehkan orang lain dan bersikap sombong kepada orang lain”. (HR. Muslim)
Jangan perbedaan status, perbedaan kelas sosial, ekonomi, ilmu, ras, dan harta kekayaan, disiplin ilmu, perbedaan pandangan dan pendapat menjadikan perdebatan yang berujung permusuhan, celaan, cacian, menjatuhkan harga diri dan lain-lainnya… Karena apa, siapa dan bagaimanapun status kita di dunia ini statusnya sama di hadapan Allah. Yang dilihat dan dinilai oleh Allah adalah iman dan taqwa kita.***
Nuratika SPd I, Guru PAI SMAN 3 Bengkalis
———————————