Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Membuka Hati Pemimpin

Banyak orang menilai pemimpin sebagai sebuah kedudukan atau sebuah posisi semata yang penuh dengan kenyamanan dan fasilitas serba mewah. Akibatnya banyak orang yang mengincar bahkan ambisi merebut posisi sebagai pemimpin "tempat duduk emas" dengan berbagai cara yang tidak fair dan bersifat spekulatif. Banyak di antara mereka memaksakan diri dengan prinsip "pokoknya nanti kalau aku duduk menjadi pemimpin" semua tim dan kawan-kawan yang telah bekerja keras membantu saya akan merasakan imbal jasa. Akibatnya banyak pengikut di sekitarnya tercebur di dalam sistem yang dibangun dengan filosofi dan pemahaman yang keliru, sehingga lahirlah manajemen asal bapak senang (ABS).

Idealnya seorang pemimpin harus menyadari bahwa setiap kata dan langkahnya akan memberikan pengaruh yang kuat kepada orang lain. Oleh karena itu, dia harus sudah mampu mendengarkan harapan dari suara hati orang lain. Semakin mempelajari kepribadiannya, ajaran dan nasehatnya, maka terasa semua begitu alami dan menjunjung tinggi harkat manusia. Namun tentu saja hal ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang telah berpikiran dan berhati jernih. Yaitu pemimpin yang abadi cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan seiring dengan perkembangan waktu.

Baca Juga:  Kartu Prakerja untuk Pengangguran

Ketika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka pemimpin yang telah dikaruniai hati, akan mampu mendeteksi hal tersebut dan tetap berpedoman pada doktrin kepemimpinan sejati.

Membutakan Mata Hati
Para teoritisi manajemen menyatakan satu pemahaman bahwa sumber daya manusia, adalah penentu bagi perkembangan ekonomi maupun social. Pertanyaannya mengapa peran penting sumber daya manusia (SDM) masih sebatas wacana, yang sangat mudah dikonstruksikan tetapi sangat sulit direalisasikan. Di sinilah pentingnya figure seorang pemimpin yang bertugas mengembangkan human capital dalam organisasi. Pemimpin yang dicari bawahan, adalah pemimpin yang memiliki tiga elemen dasar yaitu: Pertama, memiliki kemampuan, artinya tingkat kemampuan pemimpin harus lebih tinggi dari yang dipimpin. Sehingga  pemimpin harus selalu mencari dan meng-update ilmu pengetahuan untuk menunjang tugas sahari-hari. Kedua, mempunyai karakter  kuat, artinya bahwa karakter pemimpin ditujukan pada tabiat dan perilaku positif tercermin dalam sikap dan perilaku keseharian.

Ketiga, peduli kepada orang lain.  Adaptasi, kolaborasi dan kerja sama antara pemimpin dengan yang dipimpin harus sinergis sehingga apa yang menjadi cita-cita pemimpin dalam organisasi bisa tercapai.

Baca Juga:  The Winner Will Be Human Immunity

Tipe pemimpin seperti inilah yang dianggap mampu mengembangkan  modal manusia (human capital), sehingga karyawan secara sukarela memiliki keterikatan dengan organisasi. Pemimpin diharapkan dapat  memberikan inspirasi kepada bawahannya, sehingga karyawan merasakan adanya sinergi antara pikiran, hati dan tubuh secara seimbang. Hal yang sering terjadi, duduknya seseorang menjadi pemimpin sering memunculkan perilaku yang mengganggu sinergitas,  semangat, kebesaran, kultus individu yang  mengarah pada hal-hal yang negative. Situasi dan kondisi seperti ini yang bisa membutakan mata hati dari kebenaran seorang pemimpin.

Pemimpin yang berhasil bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan memiliki integritas, komitmen, dan konsistensi, serta yang paling terpenting adalah harus memiliki kejernihan hati yang mampu membuka mata hati dari kebenaran sejati.

Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran, kalau senang , senangnya tidak membawanya pada kebatilan, ketika mampu membalas  ia memaafkannya. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan pada suara hati yang  akan menghasilkan orang-orang sukses dan bintang-bintang kinerja. Semoga Anda menjadi pemimpin bintang.***

Banyak orang menilai pemimpin sebagai sebuah kedudukan atau sebuah posisi semata yang penuh dengan kenyamanan dan fasilitas serba mewah. Akibatnya banyak orang yang mengincar bahkan ambisi merebut posisi sebagai pemimpin "tempat duduk emas" dengan berbagai cara yang tidak fair dan bersifat spekulatif. Banyak di antara mereka memaksakan diri dengan prinsip "pokoknya nanti kalau aku duduk menjadi pemimpin" semua tim dan kawan-kawan yang telah bekerja keras membantu saya akan merasakan imbal jasa. Akibatnya banyak pengikut di sekitarnya tercebur di dalam sistem yang dibangun dengan filosofi dan pemahaman yang keliru, sehingga lahirlah manajemen asal bapak senang (ABS).

Idealnya seorang pemimpin harus menyadari bahwa setiap kata dan langkahnya akan memberikan pengaruh yang kuat kepada orang lain. Oleh karena itu, dia harus sudah mampu mendengarkan harapan dari suara hati orang lain. Semakin mempelajari kepribadiannya, ajaran dan nasehatnya, maka terasa semua begitu alami dan menjunjung tinggi harkat manusia. Namun tentu saja hal ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang telah berpikiran dan berhati jernih. Yaitu pemimpin yang abadi cara berpikir dan pengaruhnya akan terus berjalan seiring dengan perkembangan waktu.

- Advertisement -
Baca Juga:  Agar Bantuan Sosial Tak Lagi Dikorupsi

Ketika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka pemimpin yang telah dikaruniai hati, akan mampu mendeteksi hal tersebut dan tetap berpedoman pada doktrin kepemimpinan sejati.

Membutakan Mata Hati
Para teoritisi manajemen menyatakan satu pemahaman bahwa sumber daya manusia, adalah penentu bagi perkembangan ekonomi maupun social. Pertanyaannya mengapa peran penting sumber daya manusia (SDM) masih sebatas wacana, yang sangat mudah dikonstruksikan tetapi sangat sulit direalisasikan. Di sinilah pentingnya figure seorang pemimpin yang bertugas mengembangkan human capital dalam organisasi. Pemimpin yang dicari bawahan, adalah pemimpin yang memiliki tiga elemen dasar yaitu: Pertama, memiliki kemampuan, artinya tingkat kemampuan pemimpin harus lebih tinggi dari yang dipimpin. Sehingga  pemimpin harus selalu mencari dan meng-update ilmu pengetahuan untuk menunjang tugas sahari-hari. Kedua, mempunyai karakter  kuat, artinya bahwa karakter pemimpin ditujukan pada tabiat dan perilaku positif tercermin dalam sikap dan perilaku keseharian.

- Advertisement -

Ketiga, peduli kepada orang lain.  Adaptasi, kolaborasi dan kerja sama antara pemimpin dengan yang dipimpin harus sinergis sehingga apa yang menjadi cita-cita pemimpin dalam organisasi bisa tercapai.

Baca Juga:  Dampak Putusan PTUN Jakarta pada UIN Suska Riau

Tipe pemimpin seperti inilah yang dianggap mampu mengembangkan  modal manusia (human capital), sehingga karyawan secara sukarela memiliki keterikatan dengan organisasi. Pemimpin diharapkan dapat  memberikan inspirasi kepada bawahannya, sehingga karyawan merasakan adanya sinergi antara pikiran, hati dan tubuh secara seimbang. Hal yang sering terjadi, duduknya seseorang menjadi pemimpin sering memunculkan perilaku yang mengganggu sinergitas,  semangat, kebesaran, kultus individu yang  mengarah pada hal-hal yang negative. Situasi dan kondisi seperti ini yang bisa membutakan mata hati dari kebenaran seorang pemimpin.

Pemimpin yang berhasil bukanlah karena kekuasaannya, tetapi karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang lain. memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan memiliki integritas, komitmen, dan konsistensi, serta yang paling terpenting adalah harus memiliki kejernihan hati yang mampu membuka mata hati dari kebenaran sejati.

Kalau marah, marahnya tidak keluar dari kebenaran, kalau senang , senangnya tidak membawanya pada kebatilan, ketika mampu membalas  ia memaafkannya. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan pada suara hati yang  akan menghasilkan orang-orang sukses dan bintang-bintang kinerja. Semoga Anda menjadi pemimpin bintang.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari