KAMPAR (RIAUPOS.CO) — Anggota DPRD Kampar Jamris menyeruput dalam-dalam rokok filternya saat menjejaki rakit sederhana di salah satu sungai di kawasan Kampar Kiri Hulu. Pria tambun dari Fraksi Partai Gerindra itu menjalani reses terakhir pada tahun ini sejak awal pekan ini. Sedikit gamang, namun pria berkumis tebal ini cukup menikmati menyeberang di atas rakit yang digerakkan tenaga manusia itu.
Senyum kecut tersungging dari wajahnya yang memang murah senyum itu. Dirinya selalu was-was menyiapkan jawaban saat turun ke daerah warga yang diwakilinya itu. Apalagi kalau ditanyai soal jembatan.
Sekitar lima tahun lalu, di posisi dirinya naik rakit itu, ada jembatan besi yang panjang dan menjulang. Namun jembatan itu runtuh dihantam air bah saat musim hujan besar. Sejak saat itu, jembatan itu tidak pernah lagi diperbaki.
"Jembatan ini hanya sebagian dari derita kami di Kampar Kiri Hulu ini. Ini juga perjuangan saya ketika cinan balik kampung atau saat masa reses seperti ini. Jembatan ini merupakan kewenangam provinsi, Kami di Kampar tidak bisa berbuat apa-apa selain sebatas mengusulkan. Sampai hari ini, walau terus diusulkan, kondisinya masih begini-begini saja," sebut Jamris.
Lokasi rakit itu berada di Desa Batu Sasak, desa dengan penduduk terpadat di Kecamatan Kampar Kiri Hulu setelah Desa Gema. Bedanya, jalan menuju Gema hampir mulus, musim hujan tidak mempengaruhi situasi lalu lintas orang dan barang.
Di desa ini, dan belasan desa lainnya jauh berbeda. Angin memang sama sepoi-sepoinya, hutan masih sama-sama alami, begitunya juga udaranya yang sama-sama sejuk dan segar yang berembus dari bukit-bukit yang menjulang.
Tapi nasib kedua desa besar di Kampar Kiri Hulu sangat terbalik bila sudah masuk November dan Desember. Jalan menuju Batu Sasak, yang dikenal sebagai jalur kuning, akan berubah jadi bubur. Makin hujan deras, jalan makin hancur. Ekonomi pun langsung terpukul. Karena arus barang dan orang akan tersendat berminggu-minggu kalau hujan deras menerpa.
"Masyarakat sudah tentu tahu bahwa jalan itu dan jembatan itu jalan provinsi, tapi mereka tahunya kami yang di sini. Saya pribadi sebagai putra daerah pasti tidak tinggal diam, diusulkan terus. Tapi sekarang tergantung yang punya kewenangan, serius apa tidak memperhatikan ini, punya niat memperbaiki keadaan apa tidak. Karena kewenangan saya sendiri terbatas," terangnya.
Selain jalan dan jembatan, memang untuk infrastruktur kelistrikan dan telekomunikasi mulai nampak titik terang. Saat ini, sejumlah desa yang berada di jalur kuning seperti Batu Sasak, sudah mulai didirikan tiang listrik.
Begitu juga dengan tower telekomunikasi juga sudah mulai dibangun. Namun, seperti yang disampaikan salah satu Kepala Dusun disana, Alfian, yang sangat mereka butuhkan saat ini adalah infrastruktur jalan dan jembatan.(end)