PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kesibukan yang padat membuat kaum urban begitu dinamis dan tak mempunyai waktu. Mereka bahkan tak punya waktu untuk pergi ke dokter saat mengalami kondisi sakit. Jika hanya flu, cukup dengan minum obat umum atau menggunakan gadget atau aplikasi kesehatan.
Tak heran saat ini semakin banyak aplikasi kesehatan yang mempertemukan pasien dengan dokter hanya lewat genggaman. Obatnya pun bisa dikirim dengan layanan pengiriman online. Dunia yang semakin sibuk, membuat pasien saat ini ingin konsultasi lebih praktis dengan aplikasi kesehatan yang menggunakan Artificial Intelligence (AI).
Ini sejalan dengan salah satu jurnal kesehatan survei tahun 2018. Dokter Profesional dari Prixa, dr Kafi Khaibar Lubis menjelaskan, tren kaum urban untuk menjangkau akses kesehatan saat ini sudah bergeser.
Mereka sudah lebih cepat mengetahui diagnosa dengan menggunakan aplikasi kesehatan. Bahkan sebanyak 50 persen kaum urban sudah mengecek informasi seputar penyakit yang mereka rasakan sebelum pergi ke dokter.
“Masyarakat perkotaan bergeser 50 persen menggunakan informasi teknologi untuk mencari tahu tentang penyakitnya sebelum pergi ke dokter. Mereka periksa sendiri, mengatasi sendiri. Makanya teknologi sekarang lebih laku karena masyarakat tak punya waktu ke dokter,” ungkapnya.
Tapi sebenarnya, meski hanya berkonsultasi lewat aplikasi, dokter tetap melakukan penegakkan diagnosis pada pasien dengan 3 tahap. Pertama adalah tanya jawab atau wawancara seputar gejala penyakit. Kedua, pemeriksaan fisik. Ketiga, pemeriksaan laboratorium dan cek darah.
“Nah dari tanya jawab pasien saja, sebanyak 70-80 persen keluhan pasien bisa teratasi hanya dari tahap pertama saja. Dengar cerita keluhan pasien saja, sudah bisa memangkas diagnosa sebelum sampai kepada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,” jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/11).
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Kesibukan yang padat membuat kaum urban begitu dinamis dan tak mempunyai waktu. Mereka bahkan tak punya waktu untuk pergi ke dokter saat mengalami kondisi sakit. Jika hanya flu, cukup dengan minum obat umum atau menggunakan gadget atau aplikasi kesehatan.
Tak heran saat ini semakin banyak aplikasi kesehatan yang mempertemukan pasien dengan dokter hanya lewat genggaman. Obatnya pun bisa dikirim dengan layanan pengiriman online. Dunia yang semakin sibuk, membuat pasien saat ini ingin konsultasi lebih praktis dengan aplikasi kesehatan yang menggunakan Artificial Intelligence (AI).
- Advertisement -
Ini sejalan dengan salah satu jurnal kesehatan survei tahun 2018. Dokter Profesional dari Prixa, dr Kafi Khaibar Lubis menjelaskan, tren kaum urban untuk menjangkau akses kesehatan saat ini sudah bergeser.
Mereka sudah lebih cepat mengetahui diagnosa dengan menggunakan aplikasi kesehatan. Bahkan sebanyak 50 persen kaum urban sudah mengecek informasi seputar penyakit yang mereka rasakan sebelum pergi ke dokter.
- Advertisement -
“Masyarakat perkotaan bergeser 50 persen menggunakan informasi teknologi untuk mencari tahu tentang penyakitnya sebelum pergi ke dokter. Mereka periksa sendiri, mengatasi sendiri. Makanya teknologi sekarang lebih laku karena masyarakat tak punya waktu ke dokter,” ungkapnya.
Tapi sebenarnya, meski hanya berkonsultasi lewat aplikasi, dokter tetap melakukan penegakkan diagnosis pada pasien dengan 3 tahap. Pertama adalah tanya jawab atau wawancara seputar gejala penyakit. Kedua, pemeriksaan fisik. Ketiga, pemeriksaan laboratorium dan cek darah.
“Nah dari tanya jawab pasien saja, sebanyak 70-80 persen keluhan pasien bisa teratasi hanya dari tahap pertama saja. Dengar cerita keluhan pasien saja, sudah bisa memangkas diagnosa sebelum sampai kepada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,” jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/11).
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman