BURIRAM (RIAUPOS.CO) — Di pentas sepakbola dunia ada Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang menjadi patron banyak pemain sepakbola. Di MotoGP ada sosok protagonis lainnya yang selalu bisa melewati setiap rintangan. Dia adalah Marc Marquez "alien" balap motor yang kembali menancapkan dominasinya di kelas premier.
Dia memastikan gelar musim 2019 ketika tersisa empat seri berikutnya. Kemenangan di GP Thailand, Ahad (6/10) sekaligus menempatkan dia sebagai kolektor delapan gelar juara dunia. Namun, perjalanan Marquez di Buriram tidak berlangsung mulus. Drama selama akhir pekan yang terjadi di Sirkuit Buriram seperti membawa rider Repsol Honda tersebut naik roller coaster. Naik-turun, dan menyajikan tontotan klimaks di akhir balapan.
Dia sempat kehilangan pole position saat sesi kualifikasi. Tetapi, Marquez memperlihatkan tekadnya untuk mengunci gelar musim ini lebih cepat. Sejak awal balapan, dia berduel ketet dengan pembalap rookie Fabio Quartararo dari Petronas Yamaha yang juga pole sitter di GP Thailand.
Emosi pemirsa kembali dibuat bergejolak ketika lap pamungkas berlangsung. Marquez dan Quartararo saling melakukan overtaking. Quartararo mengambil sisi dalam di tikungan terakhir. Dia berhasil mendahului Marquez, tetapi posisinya melebar. Situasi tersebut dimanfaatkan Marquez untuk menggeber RC213V dan finis terdepan di Buriram. Pembalap 26 tahun itu akhirnya membuat jarak 0,171 detik dari sang rookie.
Tambahan 25 poin membuat Marquez leading 110 poin dari pesaing terdekat Andrea Dovizioso yang kemarin meraup 10 poin hasil dari finis keempat. Dengan begitu, apapun hasil dari empat seri tersisa, pembalap Spanyol itu tidak akan tergoyahkan di puncak klasemen.
Marquez melakukan selebrasi dengan bermain biliar. Dia menyodok bola nomor 8 yang menyimbolkan gelar kedelapan yang pernah dia raih di balap motor dunia. Sejak pertama kali naik kelas ke MotoGP, Marquez akan selalu mengenang musim 2015. Penampilannya tidak stabil kala itu. Gaya membalapnya yang terlalu agresif berdampak pada sering jatuh. Lalu membuatnya finis ketiga musim itu.
Setelahnya, Marquez selalu tampil impresif dan sukses menyapu gelar empat musim terakhir. Kelemahan saya (saat itu) adalah konsistensi.
"Ini sangat berarti buat kami, tentang bagaimana kami bekerja sama dengan semua kru," katanya sebagaimana dikutip Crash.
Terlepas dari apa yang dia tampilkan musim ini, Marquez memberikan kredit positif kepada Quartararo. Tetapi dia tidak menyangka sang rookie bakal tampil impresif musim ini. Gaya membalapnya mengingatkan Marquez kepada sosok Jorge Lorenzo ketika melalui musim terbaiknya bersama Yamaha.
"Dia tidak diperhitungkan siapapun di awal musim. Lalu perlahan dan bertahap dia mulai cepat," terangnya.
"Tetapi yang terpenting yakni dalam beberapa balapan, Ducati, Suzuki dan Yamaha bisa menang, tetapi kami selalu berada di sana," sebut pembalap 26 tahun tersebut.
Dua pekan lagi, balapan menyambangi Sirkuit Twin Ring Motegi, Jepang. Musim ini sudah berakhir buat semuanya. Namun, Marquez berupaya memanfaatkan momentum kemenangan untuk kembali ke podium, merayakan untuk kedua kalinya gelar musim ini di kandang Honda.
Sumber : Jawa Pos
Editor : Rinaldi