terduga imigran dari Bangladesh dan Rohingya (Myanmar) membayar Rp172 juta kepada agen asal Indonesia yang memfasilitasi mereka agar bisa masuk ke wilayah Australia
Setelah sempat membuat kegaduhan lantaran membangun gubuk di trotoar badan Jalan Datuk Wan Abdul Jamal, Kecamatan Bukit Raya, kini sebanyak 150 pengungsi Rohingya yang masuk ke Pekanbaru secara ilegal tersebut kini membangun perkampungan kecil di dekat lahan kosong tepatnya disamping Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru.
Ratusan pengungsi Rohingya tak lagi tinggal di gubuk-gubuk di atas trotoar Jalan Wan Abdul Jamal, Kecamatan Bukit Raya. Kini mereka tinggal di lahan kosong yang ada di dekat Rudenim tepatnya di belakang Bandar Serai. Mereka mendirikan gubuk sama halnya saat tinggal di trotoar beberapa bulan terakhir.
Anggota DPRD Kota Pekanbaru Ruslan Tarigan menyoroti keberadaan tenda-tenda yang didirikan dan ditinggali pengungsi Rohingya di Kota Pekanbaru. Selain merusak pemandangan, keberadaan mereka di pinggir jalan juga menyimpan risiko. Baik bagi diri mereka sendiri maupun risiko konflik dengan masyarakat.
Seratusan pengungsi asal Rohingya masih bertahan hidup di atas trotoar Jalan Datuk Wan Abdul Jamal, Kecamatan Bukit Raya, Mereka kerap meminta bantuan kepada pengendara yang melintas untuk memenuhi keperluan hidup mereka seperti makan. Pemko Pekanbaru sendiri mengaku tidak bisa memberikan bantuan kepada para pengungsi.
Beberapa bulan terakhir para pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Kota Pekanbaru. Hal ini membuat masyarakat Kota Bertuah cemas karena para pengungsi banyak yang berusaha meminta pertolongan dari masyarakat. Namun akibat keterbatasan bahasa, banyak masyarakat yang malah bingung ingin memberikan bantuan.