BUKITTINGGI (RIAUPOS.CO) – Aliran air Ngarai Sianok kembali meluap secara tiba-tiba, Senin (3/6). Kejadian sekitar pukul 15.00 WIB ini sontak membuat warga panik. Pasalnya air dengan cepat merendam sejumlah rumah warga di Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi.
Titik lokasi ini berada persis di sekitar jembatan di perbatasan Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam. Luapan air di lokasi ini merupakan kali keempat dalam satu tahun ini. Selain menerjang wilayah di Bukittinggi, luapan air ini juga menerjang Jorong Lambah Nagari Sianok Anam Suku, Kecamatan Ampek Koto, Kabupaten Agam.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Meskipun begitu, luapan Ngarai Sianok ini berdampak terhadap tujuh rumah dan 14 kepala keluarga di Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi.
Di Jorong Lambah Nagari Sianok Anam Suku, Kecamatan Ampek Koto Kabupaten Agam, luapan Ngarai Sianok ini berdampak pada enam bangunan yang terdiri dari tiga rumah, tiga kafe, restoran dengan lima KK terdampak.
Pantauan Padang Ekspres (RPG) di kedua lokasi ini, air telah surut pukul 15.30 WIB. Luapan air ini menyisakan sedimentasi berupa lumpur berpasir yang masuk ke rumah dan warung milik warga. Ketinggian sedimentasi mencapai 30 hingga 50 sentimeter (cm). Selain itu, material sedimentasi juga tampak menutupi area terbuka di sekitar lokasi.
Warga tampak sibuk membersihkan rumah dan perabotan serta sejumlah barang yang masih bisa diselamatkan. “Tidak ada hujan, tiba-tiba air dari batang Sianok meluap dan langsung besar tadi (kemarin, red). Kejadiannya sekitar pukul 15.00 WIB, tidak sampai setengah jam air kembali surut,” ujar Muhammad Boni, salah seorang warga Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguak Panjang, Kota Bukittinggi, Senin (3/6).
Ia menyebutkan, saat kejadian dirinya tengah berkumpul bersama keluarga dan segera menyelamatkan diri. “Karena air langsung besar, jadi kami buru-buru ke luar dan tidak sempat menyelamatkan apapun. Tinggi air sempat sedada orang dewasa atau sekitar 120 sentimeter (1,2 meter),” tambahnya.
Setelah air menyusut, luapan air menyisakan material berupa lumpur dan pasir yang mengendap dengan ketinggian mencapai 30 sentimeter. “Kalau keluarga semua selamat. Yang terdampak tentu di dalam rumah sekarang, ada endapan pasir. Perabotan-perabotan serta perlengkapan rumah tangga terendam,” ucapnya.
Ia menilai, kejadian ini lebih besar dari kejadian tiga kali luapan air sebelumnya. Menurutnya sungai ini mesti dikeruk dan dilakukan pelebaran untuk menekan potensi luapan air susulan. “Di beberapa titik di sepanjang aliran air dibangun semacam penghalang aliran air. Jadi menurut saya kalau itu dibongkar aliran air lebih lancar dan tidak menahan aliran air. Selain itu tentu kami berharap ada pengerukan dan pelebaran aliran air,” tuturnya.
Rumah Berada di Buffer Zone
Sementara itu Komandan Kodim 0304/Agam, Letkol Arm Bayu Ardhitya Nugroho menyebutkan, area bibir aliran air Ngarai Sianok ini tidak layak untuk menjadi hunian. “Kalau kita lihat di tepi kanan ataupun kiri aliran air bukan lagi tempat yang layak untuk menjadi area hunian atau area usaha. Artinya area ini masih berada di buffer zone. Kita bersama harus memikirkan untuk ke depannya karena ini sudah kejadian keempat kalinya,” sebutnya.
Menanggapi bencana ini, Letkol Arm Bayu Ardhitya Nugroho akan segera dilakukan normalisasi aliran air dan relokasi. “Terkait penyebab, kami sudah melakukan pengecekan ke arah Nagari Koto Tuo, tidak ada peningkatan debit air. Untuk sementara kita menyimpulkan terjadi penyumbatan aliran air di antara Koto Tuo dan lokasi ini. Kemudian di sana terjadi hujan dan menyebabkan air meluap,” tuturnya.
Masih di lokasi yang sama, Camat Guguak Panjang Yelrizon, menyebutkan, kejadian ini berdampak pada tujuh rumah dan 14 kepala keluarga. “Luapan air ini berdampak pada tujuh rumah dengan 14 kepala keluarga. Untuk saat ini semua warga yang terdampak sudah kita ungsikan ke rumah kerabat mereka yang berada di posisi yang lebih aman,” sebutnya.
Untuk penangan berikutnya, Yelrizon menyebutkan pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak. “Kita akan berkoordinasi dengan pemerintah kota dan Balai Wilayah Sungai V Sumatera Barat karena aliran air ini berada di bawah otoritas BWS V Sumatera Barat,” ucapnya.
Agam juga Terdampak
Di sisi lain, luapan Ngarai Sianok juga menyebabkan sejumlah bangunan dan rumah warga terdampak di Jorong Lambah, Nagari Sianok Anam Suku Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam. “Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun, ada enam bangunan terdampak yakni tiga rumah dan tiga kafe/restro,’’ uajr Bupati Agam Andri Warman saat diwawancarai di lokasi kejadian, Senin (3/6).
‘’Kemudian ada lima kepala keluarga (KK) dengan 20 jiwa yang terdampak. Untuk total kerugian tentu masih dihitung dan dampak terbesar adalah terhambatnya aktivitas ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Bupati Agam juga menyebutkan langkah selanjutnya, pihaknya akan melakukan pendataan dan koordinasi dengan sejumlah pihak, termasuk pihak pemerintah provinsi. “Agam saat ini masih berada dalam masa tanggap darurat bencana aliran lahar dingin dan banjir bandang. Kami akan memasukan kejadian ini dalam kategori tanggap darurat tersebut,” sebutnya.
Pada kesempatan ini, untuk normalisasi dan kemungkinan relokasi akan didata kemudian dikaji dan akan diteruskan ke sejumlah pihak terkait. “Kami terus melakukan pendataan. Nanti setelah data terkumpul akan kami rapatkan pada Rabu depan. Lalu hasil rapat tersebut akan diteruskan ke provinsi, baik untuk kemungkinan relokasi dan normalisasi,” sebutnya.
Sementara itu, Wali Nagari Sianok Anam Suku Eric Joulians menyebutkan, saat ini pihaknya telah melakukan sosialisasi kepada warga untuk relokasi. “Terhadap lima kepala keluarga yang terdampak di Jorong Lambah, kita telah melakukan sosialisasi untuk relokasi dan potensi bencana susulan. Kami sudah berupaya untuk mengajak warga agar bersedia,” sebutnya.
Terkait kondisi aliran sungai, saat ini menurutnya telah terjadi pendangkalan dan diharapkan segera dilakukan normalisasi.(r/rpg)