SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) — Suasana di Kantor Unit Layanan Pelanggan (ULP) PLN Selatpanjang mendadak tegang pada Jumat (24/10) malam.
Usai salat magrib, warga Kecamatan Tebingtinggi berbondong-bondong mendatangi kantor PLN di Jalan Yos Sudarso. Jumlah mereka terus bertambah, dipicu oleh kekecewaan mendalam terhadap pemadaman bergilir yang kerap terjadi tanpa jadwal pasti.
Pemadaman yang tak menentu membuat warga kehilangan kesabaran. Hampir setiap hari listrik padam, baik siang maupun malam.
“Anak-anak susah belajar, pedagang rugi, usaha kami terhenti. PLN harusnya tahu kami sudah cukup sabar!” teriak seorang warga yang disambut sorakan setuju dari massa lainnya.
Aparat kepolisian dan TNI segera turun tangan menenangkan situasi, dibantu sejumlah tokoh masyarakat seperti Hendrizal alias Bocang dan H Katan. Hendrizal bahkan masuk ke tengah kerumunan untuk meredam emosi warga.
“Kita datang ke sini bukan untuk rusuh. Suara kita akan lebih didengar kalau disampaikan dengan kepala dingin,” katanya.
Berkat kesigapan aparat, situasi mulai terkendali sekitar pukul 20.07 WIB.
PLN Dumai Minta Maaf, Janji Krisis Listrik Segera Berakhir
Manajer UP3 PLN Dumai Manihar Hutajulu langsung merespons cepat aksi tersebut. Ia menyampaikan permohonan maaf terbuka kepada seluruh warga Kepulauan Meranti atas ketidaknyamanan yang terjadi.
“Kami mohon maaf sebesar-besarnya. Bukan niat kami membiarkan Meranti dalam kegelapan. Ini murni akibat gangguan teknis yang terjadi beruntun,” ujarnya lewat sambungan telepon, Jumat (24/10) malam.
Manihar menjelaskan, tiga unit mesin pembangkit sewaan yang menjadi tulang punggung pasokan listrik di Meranti rusak hampir bersamaan dalam sepekan terakhir. Akibatnya, daya listrik turun drastis dan PLN terpaksa menerapkan pemadaman bergilir.
Namun, ia menegaskan bahwa langkah perbaikan sudah dijalankan. Suku cadang mesin rusak telah dikirim dari luar negeri dan dijadwalkan tiba di Batam sebelum diteruskan ke Meranti. Selain itu, enam unit mesin baru sedang dalam proses pengiriman dari Jakarta.
“Target kami, dalam sepuluh hari ke depan daya listrik kembali stabil, bahkan bisa surplus,” tegasnya optimistis.
PLN juga berkomitmen memberikan informasi terbuka agar masyarakat tidak merasa ditinggalkan dalam ketidakpastian.
“Kami paham masyarakat lelah. Tapi percayalah, tim kami bekerja siang dan malam. Kami tidak ingin janji kosong, kami ingin hasil nyata,” tutup Manihar.
Pemkab Meranti dan PLN Duduk Bersama
Keesokan harinya, Sabtu (25/10), Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti langsung menggelar rapat koordinasi lintas unsur di Aula Kantor Bupati.
Rapat dipimpin Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Sudandri, mewakili Bupati. Suasana sempat tegang, namun akhirnya menghasilkan kesepakatan konkret.
Manajer ULP PLN Selatpanjang, Dalie Priasmoro, menyampaikan permohonan maaf terbuka dan menjelaskan bahwa tiga unit mesin pembangkit utama rusak, menyebabkan pasokan daya anjlok ke 7,8 MW dari kebutuhan normal 11–13,5 MW.
“Kami sudah pesan spare part dari luar negeri. Dalam 10 hari, kami targetkan listrik kembali normal,” ujarnya.
Namun, masyarakat meminta komitmen tertulis dari PLN agar tidak sekadar janji.
“Kami butuh kepastian, bukan janji manis,” tegas tokoh masyarakat Hendrizal alias Bocang.
Akhirnya, rapat menghasilkan empat poin kesepakatan bersama:
PLN menargetkan pemulihan maksimal dalam 10 hari (25 Oktober–3 November 2025).
PLN wajib membuka informasi pemadaman secara transparan.
Sistem pemadaman diatur ulang menjadi pola 12 jam per hari, bergilir tiap 6 jam.
Akan ada pertemuan lanjutan dengan PLN tingkat provinsi dan pusat.
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam Notulen Komitmen Bersama, ditandatangani oleh perwakilan Pemkab Meranti, PLN, dan para tokoh masyarakat.
“Rapat ini bukan formalitas. Ini bentuk keseriusan pemerintah daerah mengawal langsung persoalan listrik di Meranti,” ujar Sudandri menegaskan.



