RENGAT (RIAUPOS.CO) – Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) melakukan revitalisasi bahasa daerah. Ini merupakan program Merdeka Belajar yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Program ini adalah bentuk kerisauan dan kepedulian pemerintah terhadap bahasa daerah di bawah ancaman kepunahan. Data UNESCO, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir telah ada 200 bahasa di dunia yang punah. Sedangkan di Indonesia sudah ada 11 bahasa yang punah.
Hal itu disampaikan Kepala BBPR, Toha Machsum MAg, saat memberikan sambutan di hadapan 66 peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) di Pematangreba, Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau, Selasa (14/5/2024) lalu. Menurut Toha, acara ini merupakan program prioritas yang dilaksanakan secara nasional oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemristek Dikti sejak tahun 2023.
“Khusus untuk Riau, kami baru melaksanakan kegiatan RBD tahun 2024, dengan melibatkan dinas pendidikan dan sejumlah pihak di masing-masing wilayah sasaran,” kata Toha dalam siaran pers yang diterima Riaupos.co, Sabtu (18/5/2024)
Inhu merupakan daerah pertama yang melaksanakan Bimtek Guru Utama RBD dari 4 daerah yang menjadi target pelaksanaan RBD pada tahun 2024 ini di Riau. Tiga daerah lain yang menjadi target pelaksanaan RBD adalah Kabupaten Kampar, Kepulauan Meranti, dan Kota Dumai.
Kondisi vitalitas bahasa daerah di Indonesia, menurut Toha, ada dalam berapa kondisi, yaitu, kondisi aman, rentan, mengalami kemunduran, terancam punah, kritis, dan punah. Khusus untuk yang terancam punah mayoritas penutur berusia 20 tahun ke atas dan generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri dengan bahasa daerah. Sedangkan untuk kondisi kritis, penuturnya hanya kelompok masyarakat berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit.
Toha menekankan bahwa mandat pelindungan bahasa dan sastra di Indonesia ada pada UU No 24 tahun 2009, pasal 41 ayat (1), (2), dan (3). Pelindungan bahasa dan sastra Indonesia dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh lembaga kebahasaan. Tantangan pelindungan bahasa daerah ada pada sikap bahasa penutur jati, migrasi dan mobilitas tinggi, kawin silang/campur antaretnis, dan globalisasi yang mengarah ke monolingualisme.
“Inilah salah satu tujuan kegiatan RBD, dengan harapan para guru bisa mengimbaskan ke guru lain, siswa, dan keluarga, sehingga bahasa daerah tetap terjaga. Kegiatan RBD akan bermuara pada Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional. RBD difokuskan melalui kegiatan bersastra, yaitu pidato, arab melayu, cerpen, mendongeng, komedi tunggal, bersyair, dan berpuisi. Semua mata sajian dalam Bimtek ini akan dilombakan dan semuanya berbasis bahasa melayu Riau,” jelas mantan Kepala Balai Bahasa Papua dan Bali ini.
Toha menyadari bahwa sikap dalam pengunaan bahasa tidak dapat diintervensi dan tidak dapat dicegah, maka sikap bahasa penutur jati bisa diintervensi, dicegah, dan diubah dengan program revitalisasi bahasa daerah dengan sasaran prioritas anak usia SD dan SMP yang saat ini dilakukan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Acara yang berlangsung selama empat hari, 14-17 Mei 2024 ini dibuka oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Inhu, yang diwakili oleh Kasi Pendidikan Dasar, Dr Anto Arfan. Dalam materinya, “Revitalisasi, Upaya Memperlambat Kepunahan Bahasa Daerah di Inhu”, Anto mengimbau agar peserta bisa menyerap semua materi dalam bimtek hingga guru bisa mengimbaskan ke guru, siswa, keluarga, dan masyarakat sekitar. Hingga target pelestarian bahasa daerah melalui RBD dapat tercapai.
“Mari tunjukkan bahwa Inhu bisa melaksanakan program RBD dengan baik hingga Inhu bisa mengutus siswa sampai ke FTBI tingkat nasional,” kata Anto.
Pemateri lain dalam kegiatan ini adalah Asma SPd, Illa Nafilah SPd, Evelyne Tunugraha STh, dan Idawati SPd MA.