BENGKALIS (RIAUPOS.CO) – Guna mempertahankan tradisi, sebanyak 19 grup gasing dari empat kecamatan di Kabupaten Bengkalis ikut ambil bagian dalam Lomba Gasing Tradisional yang digelar di Lapangan Futsal Jalan KHA Rasyid, Desa Pedekik, Kamis (24/7).
Peserta terdiri dari 15 tim dari Kecamatan Bengkalis, 3 tim dari Kecamatan Bantan, serta masing-masing 1 tim dari Kecamatan Siak Kecil dan Kecamatan Rupat. Keikutsertaan lintas wilayah ini menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam menjaga dan melestarikan permainan tradisional Melayu yang kian jarang ditemui di tengah gempuran permainan modern.
Bahkan sejak pagi, arena perlombaan gasing dipadati ratusan warga yang ingin menyaksikan aksi para pemain gasing, yang mempertontonkan kekuatan dan kelincahan dalam mengadu ketahanan putaran gasing di atas tanah. Suasana penuh semangat dan kekeluargaan menyelimuti jalannya perlombaan.
Adi Putra, salah seorang warga Desa Pedekik, Kecamatan Bengkalis mengaku, senang bisa menyaksikan langsung lomba gasing tahun ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini perlu terus digalakkan agar generasi muda mengenal dan mencintai permainan tradisional daerahnya.
”Dulu kami main gasing hampir setiap sore. Sekarang jarang terlihat, makanya saya senang sekali bisa melihat anak-anak muda sekarang ikut main lagi. Harapannya ini bisa rutin digelar tidak hanya pada Hari Jadi Bengkalis saja tetapi bisa dilaksanakan pada event lainnya,” jelas Adi.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui kegiatan ini mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga warisan budaya. Lomba gasing menjadi bagian penting dari upaya pelestarian permainan anak negeri, sekaligus mempererat tali silaturahmi antarwarga dalam suasana penuh kebersamaan.
Sedangkan Asisten I Setdakab Bengkalis Andris Wasono menekankan, pentingnya melestarikan permainan rakyat seperti gasing yang sarat akan nilai-nilai budaya dan filosofi kehidupan masyarakat Melayu.
”Permainan gasing bukan sekadar hiburan, tetapi mencerminkan nilai ketangkasan, ketelitian, dan sportivitas. Ini adalah bagian dari warisan budaya yang harus kita jaga bersama. Jangan sampai permainan rakyat seperti ini hilang ditelan zaman dan tergantikan oleh budaya digital yang melupakan akar identitas,” jelas Andris.
Ia juga mengajak seluruh unsur masyarakat, mulai dari orang tua, guru, tokoh adat, hingga pemangku kebijakan, untuk mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda, baik melalui lomba di sekolah, lingkungan tempat tinggal, maupun dalam perayaan-perayaan adat dan budaya.
”Kegiatan ini bukan hanya ajang kompetisi, tapi juga bentuk nyata pelestarian budaya dan pembentukan karakter anak-anak melalui permainan yang mendidik dan menyenangkan. Kita berharap tumbuh rasa bangga di kalangan generasi muda untuk mencintai budaya sendiri. Gasing bukan sekadar permainan, tetapi simbol kearifan lokal yang harus terus dikenalkan dan dijaga,” ujarnya.(ksm)