PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pasca satu tahun setelah Jamaah Islamiyah (JI) resmi membubarkan diri, sebanyak 71 mantan anggota JI wilayah Riau berkumpul untuk merefleksikan perjalanan transformasi ideologi mereka. Kegiatan bertema “Transformasi Ideologi: Jalan Menuju Wasatiyah.”
Acara refleksi ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Kasatgaswil Riau Kombes Pol. Sunadi, SIK, MH, Kasubdit Kamneg Ditintelkam Polda Riau Kompol Indra Lamhot Sihombing, SIK, MH Turut hadir pula para mantan petinggi JI seperti Parawijayanto (Eks Amir JI), Khoirul Anam (Eks Amir Tajhiz/Askary), Haidar (Eks Deputi Umum/Amir Alwi), Karso (Eks Kepala Sasana), dan Wiji Joko (Eks Kepala Hubungan Internasional).
Kasatgaswil Riau Kombes Pok Sunadi dalam sambutannya mengapresiasi kehadiran para mantan anggota JI dan menekankan pentingnya transformasi ideologi menuju moderasi.
“Kegiatan ini bertujuan mengajak para mantan anggota JI berkontribusi positif bagi bangsa melalui transformasi ideologi yang dapat membawa manfaat bagi NKRI,” ujarnya. Sunadi juga mengucapkan terima kasih kepada Parawijayanto dan rombongan yang hadir untuk memberikan materi serta berbagi pengalaman.
Mantan Pemipin Jemaah Islamiyah Parawijayanto saat memberikan paparan mengingatkan akan konsistensi dalam deklarasi pembubaran Jamaah Islamiyah dan komitmen kembali ke NKRI. “JI siap mengikuti hukum yang berlaku di Indonesia dan berkomitmen menjalankan ajaran Islam yang moderat sesuai dengan paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah,” tegasnya. Dia juga menekankan pentingnya pendidikan yang bebas dari paham ekstremisme dan menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan Densus 88 Anti Teror Polri.
Selanjutnya Mantan Deputi Umum JI Haidar, turut menjelaskan bahwa JI tidak lagi dianggap sebagai kelompok teroris di mata dunia dan menegaskan bahwa pihaknya telah berkomitmen untuk mengikuti kesepakatan dengan Densus 88 AT untuk membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.
Acara ini juga dimeriahkan dengan sesi tanya jawab yang membahas berbagai topik hangat, mulai dari pembubaran JI, hukum hormat bendera, hingga penerapan prinsip Al-Wala wal Barro. Salah satu pertanyaan penting yang muncul adalah terkait status organisasi Rumah Wasatiyah, yang dijelaskan bahwa Rumah Wasatiyah bukanlah organisasi formal, melainkan wadah untuk berbagi pengalaman dan membangun kepercayaan dalam masyarakat.
Peserta juga menanyakan tentang dampak nyata transformasi ideologi terhadap kehidupan beragama mereka. Para tokoh menjelaskan bahwa meskipun JI telah dibubarkan, transformasi menuju ideologi moderat tetap menjadi komitmen mereka untuk menjaga keutuhan NKRI dan menghindari potensi ancaman radikalisasi lebih lanjut.
Kegiatan ditutup dengan doa bersama dan sesi foto. Sebagai tindak lanjut, penyelenggara berencana melanjutkan program pembinaan berkelanjutan bagi mantan anggota JI melalui kegiatan diskusi, kajian keagamaan, serta pelatihan keterampilan. Penguatan pemahaman moderasi beragama (wasatiyah) akan terus dilakukan dengan melibatkan tokoh agama, akademisi, dan lembaga keagamaan seperti Muhammadiyah dan NU, agar para mantan anggota JI dapat lebih mudah berintegrasi dengan masyarakat dan berperan aktif dalam membangun bangsa.
Diharapkan kegiatan ini dapat mempercepat proses transformasi ideologi bagi para mantan anggota JI menuju kehidupan yang lebih damai, moderat, dan produktif dalam bingkai NKRI.
Laporan: Bayu Saputra (Pekanbaru)