TELUKMERANTI (RIAUPOS.CO) — Kondisi cuaca yang telah memasuki musim kemarau, menyebabkan munculnya sebaran titik panas (hotspot) di Kabupaten Pelalawan. Bahkan, berdasarkan laporan BMKG Riau Stasiun Pekanbaru, 37 hotspot terpantau di Negeri Seiya Sekata ini pada Kamis (29/7).
Dari puluhan titik panas tersebut, tiga hotspot di antaranya berada pada level tinggi yang telah berubah menjadi titik api atau firespot yang tersebar di Kecamatan Teluk Meranti.
Alhasil, puluhan personel gabungan, khususnya dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan, dikerahkan ke lapangan untuk berjibaku memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ini.
"Ya, ada 37 hotspot terpantau di sejumlah kecamatan di Pelalawan. Di mana dari jumlah tersebut, 3 titik di antaranya berada pada level tinggi yang telah berubah menjadi firespot. Dan puluhan personel gabungan telah berada di lokasi untuk membantu tim rayonisasi kecamatan guna memadamkan titik api agar tidak meluas," terang Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPBD Pelalawan Drs H Abu Bakar FE MAp kepada Riaupos.co, Kamis (29/7) via selulernya.
Diungkapkan Kepala Satpol PP dan Damkar Pelalawan ini, tiga titik api tersebut tersebar di Kecamatan Teluk Meranti. Tepatnya di Desa Pulau Muda. Di lokasi ini, setidaknya diperkirakan ada sekitar 3 hektare lebih lahan kebun kelapa sawit milik masyarakat setempat, hangus dilalap sijago merah dampak karhutla tersebut.
"Dan hingga saat ini, tim gabungan TNI/Polri, Satpol PP dan Damkar, BPBD, perusahaan dan masyarakat setempat, masih bekerja keras untuk memadamkan api agar tidak meluas," bebernya seraya menyebutkan Tim Satreskrim Polres Pelalawan masih melakukan penyelidikan penyebab kebakaran lahan tersebut.
Ditambahkan mantan Sekretaris DPRD Pelalawan, titik api di Desa Pulau Muda tersebut diketahui muncul sejak dua hari lalu, tepatnya Selasa (27/7) sore. Sehingga tim gabungan Satgas Karhutla Pelalawan, telah berjibaku memadamkan api agar tidak meluas. Namun, kondisi cuaca yang cukup ekstream, menyebabkan api yang membakar lahan gambut dengan kedalaman lebih dari lima meter ini, cukup sulit dipadamkan. Apalagi, upaya pemadaman api hanya dilakukan via darat saja. Sedangkan sejauh ini, upaya pemadaman api via udara atau water booming, masih belum dilakukan.
"Sejauh ini pemadaman api dilakukan via darat saja atau belum ada upaya pemadaman melalui water booming. Pasalnya, pemadaman titik api ini tidak ada kendala. Khususnya pasokan air yang masih memadai di lokasi. Paling, kendala kita hanya akses jalan darat yang cukup sulit dilintasi kendaraan bermotor," ujarnya.
Ditambakan Abu Bakar, dengan munculnya titik api di Negeri Amanah ini, maka Pemkab Pelalawan telah menetapkan status siaga Karhutla hingga akhir Oktober 2021 mendatang. Untuk itu, pihaknya meminta seluruh unsur elemen masyarakat di Negeri Amanah ini dapat waspada terhadap potensi karhutla. Terutama tidak melakukan pembakaran saat membuka lahan untuk dijadikan lahan perkebunan dan pertanian. Pasalnya, berdasarkan prakiraan cuaca, kemarau kering akan melanda Pelalawan hingga 1 bulan ke depan. Artinya, curah hujan sangat minim, sehingga potensi-potensi karhutla akan terus intens dipantau tim Satgas Karhutla Pelalawan yang telah disiagakan untuk melakukan penanggulangan karhutla sedini mungkin.
Laporan: Muhammad Amin Amran (Pangkalankerinci)
Editor: Rinaldi