PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sejumlah titik api yang menyebabkan karhutla di Pelalawan kembali meluas. Seperti yang terjadi di Desa Mak Teduh Kecamatan Kerumutan, Ahad (25/8) pagi. Kobaran api tampak terlihat membakar sejumlah lahan, baik lahan yang ditumbuhi pohon akasia serta lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat.
Warga yang melihat karhutla tersebut pun berupaya melakukan pemadaman menggunakan peralatan seadanya agar api tidak meluas. Bahkan, mereka melaporkan kejadian tersebut kepada tim satgas terpadu karhutla Pelalawan.
"Ya, Ahad (25/8) sekitar pukul 09.00 WIB, saya mendapat informasi dari keluarga di Desa Mak Teduh, Kecamatan Kerumutan kembali terjadinya karhutla di desa tersebut. Kobaran api terlihat membakar belasan hektare lahan. Ini menyebabkan kembali memburuknya kualitas udara akibat kabut asap yang tampak semakin parah dan pekat," terang salah seorang tokoh Pemuda Pelalawan Dedi Azwandi kepada Riaupos.co, kemarin.
Ditambahkannya, di lokasi kejadian, api tampak sangat besar dan memanjang. Belasan warga yang melihat kejadian tersebut pun tampak melakukan upaya pemadaman dengan peralatan seadanya. Namun, kondisi rumput ilang dan semak belukar yang telah mengering di lahan gambut tersebut serta tiupan yang yang cukup kencang, menyebabkan api cepat membesar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan Drs Hadi Penandio MSi mengatakan, Ahad (25/8) kembali ditemukan 20 titik panas (hot spot) di Pelalawan yang terpantau satelit. Di mana dari jumlah tersebut, 15 titik panas di antaranya dengan level confidence yang diperkirakan merupakan titik api. Akibat karhutla tersebut, saat ini jarak pandang di Pelalawan 3 kilometer.
"Saat ini masih ditemukan sejumlah titik api yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pelalawan seperti di Desa Segamai, Desa Gambut Mutiara dan Kelurahan Teluk Meranti Kecamatan Teluk Meranti. Desa Merbau Kecamatan Bunut dan di Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui, tepatnya di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)," ujarnya.(amn)
Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini
Editor Rinaldi
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Sejumlah titik api yang menyebabkan karhutla di Pelalawan kembali meluas. Seperti yang terjadi di Desa Mak Teduh Kecamatan Kerumutan, Ahad (25/8) pagi. Kobaran api tampak terlihat membakar sejumlah lahan, baik lahan yang ditumbuhi pohon akasia serta lahan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat.
Warga yang melihat karhutla tersebut pun berupaya melakukan pemadaman menggunakan peralatan seadanya agar api tidak meluas. Bahkan, mereka melaporkan kejadian tersebut kepada tim satgas terpadu karhutla Pelalawan.
- Advertisement -
"Ya, Ahad (25/8) sekitar pukul 09.00 WIB, saya mendapat informasi dari keluarga di Desa Mak Teduh, Kecamatan Kerumutan kembali terjadinya karhutla di desa tersebut. Kobaran api terlihat membakar belasan hektare lahan. Ini menyebabkan kembali memburuknya kualitas udara akibat kabut asap yang tampak semakin parah dan pekat," terang salah seorang tokoh Pemuda Pelalawan Dedi Azwandi kepada Riaupos.co, kemarin.
Ditambahkannya, di lokasi kejadian, api tampak sangat besar dan memanjang. Belasan warga yang melihat kejadian tersebut pun tampak melakukan upaya pemadaman dengan peralatan seadanya. Namun, kondisi rumput ilang dan semak belukar yang telah mengering di lahan gambut tersebut serta tiupan yang yang cukup kencang, menyebabkan api cepat membesar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pelalawan Drs Hadi Penandio MSi mengatakan, Ahad (25/8) kembali ditemukan 20 titik panas (hot spot) di Pelalawan yang terpantau satelit. Di mana dari jumlah tersebut, 15 titik panas di antaranya dengan level confidence yang diperkirakan merupakan titik api. Akibat karhutla tersebut, saat ini jarak pandang di Pelalawan 3 kilometer.
- Advertisement -
"Saat ini masih ditemukan sejumlah titik api yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Pelalawan seperti di Desa Segamai, Desa Gambut Mutiara dan Kelurahan Teluk Meranti Kecamatan Teluk Meranti. Desa Merbau Kecamatan Bunut dan di Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui, tepatnya di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN)," ujarnya.(amn)
Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini
Editor Rinaldi