PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Pemerintah mengembalikan harga jual minyak goreng (migor) kemasan sesuai harga pasar. Dampaknya sejumlah produk minyak goreng di pasar tradisional di Pekanbaru mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Pantauan Riau Pos, Rabu (16/3) di Pasar Pagi Dupa harga jual minyak goreng kemasan ukuran 2 liter mencapai Rp40.000 dibandingkan beberapa hari sebelumnya berkisar Rp35.000-Rp36.000 per dua liter. Hal ini membuat sejumlah pedagang dan pembeli mengeluhkan harga jual yang kembali tidak mampu dijangkau masyarakat.
Salah seorang pedagang, Maya mengaku, naiknya harga jual minyak goreng kemasan ukuran 2 liter tersebut terjadi karena stok yang mereka miliki sudah kosong, dan belum dikirim oleh pihak distributor. Sehingga banyak pedagang yang harus mencari sendiri dengan modal yang cukup tinggi. Sedangkan keperluan migor cukup tinggi dan selalu ditanyakan masyarakat.
"Jangan tanya lagi kalau soal harga. Kami saja yang jual sudah pusing karena modalnya tinggi, apalagi masyarakat yang beli. Kami cuma ada beberapa stok saja. Kalau ada yang laku, syukur. Kalau pun tidak, ya biar jadi pajangan saja di depan toko," katanya.
Dirinya berharap harga minyak goreng kemasan bisa kembali murah dan dengan stok yang melimpah. Sehingga masyarakat dan pedagang bisa sama-sama mendapatkan keuntungan.
"Kami maunya ya harga murah dan stok banyak. Kalau sekarang ya mending mahal saja, daripada tak ada stok seperti ini," tuturnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang minyak goreng curah atau eceran, Ridho mengaku harga minyak goreng curah juga masih mengalami kenaikan, yaitu berkisar Rp15.000-Rp17.000 per kilogram. Hal ini juga dikarenakan stok minyak goreng curah yang ada sedikit, dan harga modal yang harus ditanggung oleh para pedagang cukup tinggi.
"Kami cuma ambil untung Rp1.000 per kilogramnya. Makanya harga jual mahal. Kalau stoknya banyak sudah pasti murah lagi," ucapnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli, Santi mengeluhkan harga minyak goreng kemasan dan curah yang kini masih cukup tinggi. Bahkan di sejumlah ritel di Kota Pekanbaru, banyak yang tidak lagi menjual minyak goreng kemasan karena kehabisan stok. Sehingga mau tidak mau dirinya terpaksa menggunakan migor curah yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional seharga Rp15.000 per kilogram.
Dirinya berharap harga minyak goreng kemasan maupun curah bisa kembali stabil ke harga yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Sehingga seluruh masyarakat bisa menikmati minyak goreng tanpa harus mencari ke sana kemari. "Mau masak pakai apa kita kalau tak ada minyak. Ya, terpaksalah beli walaupun mahal. Seharusnya pemerintah bisa ambil kebijaksanaan yang pro terhadap masyarakat, bukan malah membuat masyarakat menjadi kesulitan seperti sekarang ini," tegasnya.
Riau Dijatah 2 Ribu Ton Migor Curah per Pekan
Untuk memenuhi keperluan minyak goreng di Riau, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberikan jatah 2 ribu ton minyak goreng curah per pekan yang didistribusikan ke seluruh wilayah Riau.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (Disperindagkop UKM) Provinsi Riau M Taufiq OH mengatakan, minyak goreng tersebut nantinya akan didistribusikan melalui pasar tradisional yang ada.
"Dari Kemendag, Riau mendapatkan jatah minyak goreng curah 2 ribu ton per pekan. Minyak goreng ini harus dijual sesuai harga eceran tertinggi (HET)," kata Taufiq.
Lebih lanjut dikatakannya, bahwa HET minyak goreng curah kepada pedagang adalah Rp10.500 per liter dan Rp11.500 per liter ke pembeli. Harga tersebut masih sama dengan yang sudah ditetapkan pemerintah sebelumnya.
"Untuk pendistribusiannya, sudah ada dua perusahaan yang ditunjuk. Mobil tangki minyak curah yang ditunjuk kementerian ada di Dumai, dan saat ini sudah mulai dikirimkan," ujarnya.
Dijelaskan Taufiq, pihaknya secara berkala akan memantau distribusi minyak goreng curah tersebut. Jika nantinya masih terjadi kekurangan, maka pihaknya akan mengajukan penambahan kuota kembali.
"Jadi kalau belum sepekan sudah habis, maka kami akan melakukan pengajuan penambahan kuota lagi," sebutnya.
Pada Rabu (16/3) pagi, Disperindagkop Usaha Kecil Mikro (UKM) Riau, bersama instansi terkait melakukan sidak ke pasar tradisional dan distributor minyak goreng di Pekanbaru, untuk memastikan stok bahan pokok. Dua pasar yang disidak yakni Pasar Cik Puan dan Pasar Pagi Arengka dan distributor di Jalan Garuda Sakti. Pada sidak tersebut pihaknya juga didampingi tim Satgas Pangan Polda Riau, Bulog Riau, Bank Indonesia, Satpol PP serta unsur terkait lainnya.
"Kami melakukan sidak untuk memastikan ketersediaan bahan pokok, terutama jelang Ramadan," kata Taufiq.
Dari hasil sidak kedua pasar tersebut, pihaknya mendapati bahan pokok seperti minyak goreng jumlahnya mulai terbatas. Jika pun tersedia, jumlahnya tidak banyak.
"Informasi dari pedagang, minyak goreng terakhir masuk tiga hari lalu. Dengan waktu yang tidak terlalu lama, langsung habis. Sementara di distributor, stoknya tersedia dan tinggal didistribusikan," ujarnya.
Selain minyak goreng, pihaknya juga mengecek harga daging sapi. Untuk harga daging sapi, saat ini juga mulai mengalami kenaikan.
"Harga daging sapi naik mulai dari Rp5 ribu, sehingga saat ini daging sapi dijual dengan harha Rp140 per kg," sebutnya.
Siang harinya, ratusan mahasiswa dari beberapa universitas di Riau, melakukan aksi demontrasi di depan Kantor Gubernur Riau. Massa saat itu menuntut pemerintah untuk memberantas mafia minyak di Riau, yang telah menyebabkan kelangkaan minyak goreng di Riau.
Koordinator lapangan, Jimy Saputra mengatakan, Riau adalah produsen minyak goreng dan juga minyak bumi. Namun nyatanya, saat ini di Riau terjadi kelangkaan minyak goreng.
"Kami minta pemerintah mengusut tuntas mafia minyak di Riau yang sudah menyebabkan kelangkaan," katanya.
Selain itu, pihaknya juga meminta agar Satgas Pangan Riau dievaluasi, karena dianggap tidak mampu menjaga dan mengantisipasi kelangkaan minyak goreng di Riau.
"Pecat ASN yang terlibat dalam mafia minyak di Riau. Jika setelah aksi ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah, kami akan melakukan aksi lanjutan dengan massa yang lebih banyak," ujarnya.