PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Masyarakat yang tinggal di desa-desa Kecamatan Kampar Kiri dan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar, sebagiannya merupakan petani madu. Ada petani madu sialang ada juga petani madu kelulut. Sebagian masyarakat, terutama petani madu hutan, tidak begitu sulit untuk menjual madu-madu tersebut. Tapi untuk madu kelulut, agak sedikit sulit. Proses bertani madu kelulut juga lebih sulit dibandingkan dengan petani madu sialang.
Hal ini disampaikan tokoh pemuda Kampar Kiri, Dodi Rasyid Amin, saat bertemu dengan Kepala Balai Besar Sumber Daya Alam dan Konservasi (BBKSDA) Riau, Suharyono SH, MSi, MHum didampingi Kepala Bagian Tata Usaha (TU) Hartono SP MSi, Selasa (14/4) di kantornya.
Pertemuan itu dimaksudkan membahas rencana kerjasama pembinaan oleh BBKSDA terhadap petani madu di sana. Hal ini dikarenakan masyarakat atau petani yang tinggal di desa-desa tersebut berada dalam kawasan Suaka Margasatwa (SM) Rimbang Baling.
‘’Banyak petani madu di desa-desa yang berada dalam kawasan Rimbang Baling. Ada petani madu sialang, ada juga petani madu kelulut. Kalau madu kelulut agak susah menjualnya. Seminggu yang lalu, petani madu kelulut datang kepada saya dan minta dijualkan madunya. Saya juga belum berani karena harga madu kelulut lebih mahal dari madu sialang. Tapi kalau madu sialang, apalagi musim corona sekarang ini, banyak pedagang yang mengejar langsung ke desa-desa. Sayangnya belum ada lebel khusus, belum dikenal banyak orang tentang madu Rimbang Baling ini,’’ kata Dodi.
Dodi juga menyampaikan, seperti madu-madu yang lain, sebaiknya madu Rimbang Baling juga memiliki daya tarik sendiri, baik mulai kemasan hingga namanya. ‘’Kalau lagi musim madu, lumayan banyak. Ada beberapa desa yang memang ada pohon sialang tempat lebah madu hinggap seperti di Desa Gajah Betalut yang berada di dalam kawasan inti Rimbang Baling dan Desa Tanjung belit serta Desa Kuntu yang berada di daerah penyangga,’’ jelas Dodi lagi.
Sedangkan petani madu kelulut banyak di Desa Koto Lamo. Setidaknya ada satu kelompok petani yang terdiri dari 20 orang. Sebagiannya masih bertani dan menghasilkan madu tapi sulit menjual, sedangkan sebagian yang lain ada yang setengah jalan. ‘’Perlu perhatian dan binaan khusus dari pihak lain, termasuk BBKSDA karena SM Rimbang Baling ini merupakan wilayah kelola BBKSDA,’’ sambung Dodi.
Apa yang disampaikan Dodi disambut baik Suharyono. Bahkan Suharyono merencanakan kerjasama dan pembinaan terhadap petani-petani madu tersebut, mulai dari apa yang diperlukan oleh petani, khususnya petani madu kelulut, sampai pada pemasaran madunya nanti.(kun)