PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Titik api belum benar-benar habis. Di Pekanbaru, upaya pemadaman masih berlangsung hingga kemarin. Meski demikian, secara keseluruhan titik panas alias hot spot sudah menurun drastis.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, teknologi modifikasi cuaca kini bakal dimanfaatkan untuk mencegah banjir.
Sebagaimana diketahui, menjelang akhir tahun, curah hujan di sejumlah daerah meningkat drastis. Kepala BPPT Hammam Riza menuturkan bahwa TMC tidak hanya bermanfaat untuk mengatasi karhutla.
"Tetapi, juga bisa untuk mengatasi kekeringan, mencegah banjir, serta mengatasi waduk kering," kata dia di kantor BPPT, Jumat (4/10).
Khusus untuk urusan karhutla, dia bersyukur hujan sudah mulai turun. BPPT mencatat selama misi hujan buatan, hujan yang turun mencapai 3 miliar kubik.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yudi Anantasena lantas menjelaskan lebih terperinci skenario teknologi modifikasi cuaca untuk mencegah banjir.
"Pada prinsipnya kurang lebih sama dengan teknologi modifikasi cuaca di tempat karhutla," tuturnya.
Yudi menjelaskan, untuk mencegah banjir, awan dimodifikasi sehingga tidak sampai terjadi hujan di titik tertentu. Misalnya, ada pergerakan awan dari selatan menuju DKI Jakarta. Maka, sebelum sampai di langit ibu kota, awan itu ditaburi garam supaya hujan turun lebih awal.
"Intinya, kita memindahkan potensi hujannya. Hujannya dijatuhkan dahulu," katanya. Namun, dia menegaskan bahwa teknologi modifikasi cuaca untuk kekeringan maupun pencegahan banjir tetap menunggu permintaan dari pemerintah daerah (pemda).
Plh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, sampai saat ini belum ada permintaan dari pemda. Baik itu untuk mengatasi bencana alam kekeringan maupun pencegahan banjir. Penanganan bencana kekeringan dilakukan dengan pengiriman air ke permukiman penduduk.
>>Berita selengkapnya baca Riau Pos hari ini.
Laporan : Tim Riau Pos
Editor : Rinaldi