SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) – Puluhan titik api yang tersebar di Kepulauan Meranti telah padam setelah diguyur hujan, Sabtu (30/3). Walaupun demikian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Meranti masih menyiagakan sejumlah personel di lokasi kejadian.
Kabar baik ini disampaikan oleh Sekretaris BPBD Kepulauan Meranti Eko Setiawan saat hubungi Riau Pos, Ahad (31/3). “Setelah hujan kemarin, puluhan titik panas dan titik api di Meranti sirna. Beberapa petugas di lapangan belum kami tarik. Mereka akan pulang setelah memastikan titik api benar-benar padam,” ujarnya.
Eko Merinci, total lahan yang terbakar dampak bencana tersebut sejak Februari 2024 tidak kurang 152 hektare. Untuk itu, dirinya berharap kepada masyarakat setempat dapat menjaga lingkungan atau tempat tinggal selalu aman dari aktivitas yang berpotensi kebakaran.
Hal ini menindaklanjuti prakiraan cuaca yang dirilis oleh BMKG, bahwa Kepulauan Meranti masih masih menghadapi kemarau panjang hingga beberapa bulan ke depan. “Masih kemarau dalam beberepa bulan ke depan. Makanya kita berharap masyarakat dapat berhati-hati,” bebernya.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau telah mengusulkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ke pemerintah pusat. Kegiatan TMC untuk membuat hujan buatan tersebut akan dilaksanakan pekan ini. “Informasi awal yang kami terima, untuk pelaksanaan TMC di Riau dijadwalkan awal atau pertengahan April,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edy Afrizal melalui Kabid Kedaruratan BPBD Riau, Jim Ghofur, Jumat (29/3) pekan lalu.
TMC memang sangat diperlukan untuk membantu menurunkan hujan buatan di Riau. Sebab sejak beberapa pekan terakhir ini cuaca di Riau cukup kering dan minim curah hujan. Kondisi ini sangat rawan terjadinya kebakaram hutan dan lahan (karhutla).
“Cuaca di Riau memang cukup kering dan panas sejak beberapa hari terakhir. Curah hujan sangat minim. Jadi kita memang sangat memerlukan TMC untuk membasahi lahan-lahan di Riau. Khususnya lahan gambut,” ujarnya.
Sementara untuk pengajuan bantuan helikopter patroli dan water bombing yang diusulkan Pemprov Riau ke pemerintah pusat hingga saat ini belum dikirim ke Riau. “Masih diproses administrasinya karena untuk pengoperasian heli ini kan panjang prosesnya. Beberapa unit itu didatangkan dari luar negeri, operatornya juga dari luar. Jadi izin-izinnya banyak yang harus dilengkapi,” katanya.
Jim mengatakan, hingga saat ini jumlah daerah di Riau yang berstatus Siaga Darurat Karhutla terus bertambah. Terbaru, Kabupaten Kepulauan Meranti yang menetapkan status tersebut. “Jadi total sudah empat daerah di Riau yang sudah menetapkan Status Siaga Darurat Karhutla,” sebutnya.
Sebelumnya ada tiga kabupaten kota yang sudah duluan menetapkan Status Siaga Darurat Karhutla. Yakni Dumai, Bengkalis, dan Siak. “Akan menyusul Pelalawan, saat ini sedang dalam pembahasan untuk penetapan Status Siaga Darurat Karhutla,” ujarnya.(wir)