JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Komunikasi politik yang dilakukan belakangan ini oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam dua hari terakhir dinilai strategis, menyusul posisi Airlangga merupakan pimpinan dari partai besar dengan kursi terbanyak kedua di DPR.
Dalam situasi politik di Indonesia yang sangat dinamis saat ini, Arya Fernandes, Head of Department of Politics and Social Change at Centre for Strategic and International Studies (CSIS), menilai komunikasi lintas partai ini harus menjadi agenda politik yang konsisten bagi Airlangga.
Diketahui sebelumnya Ketua Umum Golkar Airlangga bertemu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Klaten, kemudian Airlangga juga olahraga pagi bareng Muhaimin Iskandar di Jakarta Sabtu pagi kemarin.
“Semakin sering mereka bertemu, maka di tingkat pemilih, di bawah, juga semakin baik dan tidak terpolarisasi. Masyarakat melihat mereka bisa berkomunikasi, meski suatu saat juga berkompetisi,” kata Arya, Ahad (26/9/2021).
Situasi politik di Indonesia saat ini belum jelas menunjukkan siapa saja yang akan mendapatkan dukungan dari partai politik untuk maju dalam pemilihan presiden mendatang.
Dalam kondisi seperti itu, Arya menilai bahwa komunikasi politik imenjadi sangat strategis untuk dilakukan.
“Terutama, komunikasi lintas partai,” kata Arya.
Menurut Arya, langkah Airlangga tersebut ditujukan Pertama,untuk membaca kemungkinan-kemungkinan membentuk koalisi. Kedua, mencari chemistry di antara tokoh-tokoh tersebut. Ketiga, mencari kesamaan platform, pandangan dan kebijakan.
Golkar sendiri dalam agenda Pilpres 2024 nanti memang diuntungkan, karena memiliki kira-kira 14 persen kursi di DPR, sehingga hanya butuh sisa 6 persen untuk mencalonkan presiden.
Hal ini membuat Golkar dan Airlangga sebagai partai dan figur yang seksi, karena memiliki posisi tawar yang sangat tinggi.
“Airlangga saya kira punya peluang untuk bisa maju dan bertemu banyak tokoh,” kata Arya.
Dalam hitungan politik, saat ini waktunya sudah sangat dekat untuk mulai membuat strategi dan program menuju 2024, sehingga sangat wajar jika aktivitas politik dari tokoh seperti Airlangga ini mulai ditingkatkan.
“Saat ini waktu yang ideal dan pas untuk melakukan mobilisasi politik, seperti yang dilakukan Airlangga. Semakin dini, calon itu melakukan sosialisasi politik ke publik, maka semakin baik pula bagi masyarakat,” tutur Arya.
Pasalnya, masyarakat menjadi tahu apa program dari Airlangga yang ingin maju di Pilpres 2024 nanti.
Selain itu, memberikan kesempatan bagi Menko Perekonomian RI ini untuk bertemu dengan banyak orang dan menjalin komunikasi politik. Bahkan, sangat potensial untuk terus meningkatkan elektabilitasnya melalui sosialisasi.
Di 2024, Arya melihat faktor partai menjadi sangat penting. Apalagi tidak ada calon petahana, karena Presiden Joko Widodo secara konstitusi tidak bisa dicalonkan lagi, karena sudah dua periode.
Selain itu, tokoh-tokoh populer, umumnya tidak memiliki dukungan partai yang secara tegas mendukung mereka. Misalnya, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan atau Ridwan Kamil.
Sementara itu, tokoh yang benar-benar dominan dengan memiliki elektabilitas di atas 30 persen juga tidak ada.
Faktor-faktor itu membuat posisi partai sangat strategis.
Arya sendiri menilai Ganjar masih menunggu peluang untuk dicalonkan oleh PDIP. Namun, jika tidak ada kepastian atau lama didapatkan, tidak tertutup kemungkinan Ganjar bisa nyebrang atau pindah ke partai lain.
Hal ini membuat komunikasi dengan Airlangga pantas dimaknai untuk berkoalisi di Pilpres 2024, tanpa harus mempertimbangkan dukungan PDIP melainkan bisa dengan partai lain.
Editor: Eka G Putra