Rabu, 9 April 2025
spot_img

Manuver Paloh, Dia Ingin NasDem Begini

JAKARTA – Pengamat politik Dedi Kurnia menilai manuver Ketum Partai NasDem Surya Paloh akhir-akhir ini bentuk perlawanan terhadap dominasi PDI Perjuangan.

Menurut Dedi, Ketua Umum NasDem Surya Paloh ingin menunjukkan kepada PDIP bahwa dia punya kekuatan politik yang setara dengan partai banteng mulut putih itu di koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

“NasDem itu tidak punya wewenang berlebih di Jokowi. Karena secara struktur, Jokowi adalah kader PDIP. Tetapi dalam hitung-hitungan di parlemen, NasDem menginginkan dominasi mereka itu lebih kuat dan dianggap setara dengan PDIP. Maka itu kemudian terjadi diskusi-diskusi dengan mitra koalisi, tentu, selain PDIP,” kata Dedi kepada JPNN.com, Kamis (25/7).

Dedi juga melihat Gerindra ingin masuk dalam barisan koalisi Jokowi-Ma’ruf, asal partai besutan Prabowo Subianto itu diberikan kursi Ketua MPR RI.

Baca Juga:  Sembilan PAC Deklarasi Dorong Aidil Amri Maju

Nah, hal ini yang menjadi pertentangan dari Surya Paloh sehingga akhirnya bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartanto, dan Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, beberapa hari lalu.

“Sebetulnya yang mereka halangi ini. Jangan sampai kemudian porsi-porsi yang seharusnya diberikan kepada mitra koalisinya Jokowi dikurangi karena adanya anggota baru Gerindra,” kata Dedi.

Peneliti Politik Universitas Telkom Bandung ini menyebutkan Jokowi sebenarnya ingin Prabowo mendukung pemerintahannya. Pasalnya, kekuatan Gerindra lebih kuat di parlemen dibanding Demokrat dan PAN yang lebih dulu sudah memberi sinyal ingin bergabung dengan Jokowi.

Namun, Dedi merasakan Jokowi kurang puas karena PAN dan Demokrat tidak punya posisi tawar kuat karena kursi mereka di parlemen rendah.

Baca Juga:  Bawaslu Inhu Jadwalkan Ulang Pembacaan Putusan Sengketa Pilkada

“Yang jadi persoalan adalah Gerindra, dia punya suara besar sehingga punya bergaining power yang besar sehingga mau tidak mau NasDem jaga jarak. Jangan sampai kemudian nanti PDIP terlalu besar menguasai. Karena pertemuan dengan Gerindra ini juga sebagai penanda karena pertemuan itu di rumah Mega, mau tidak mau, Megawati sebagai sisi pengaturnya, yang mendominasi pertemuan. Nah, itu mungkin yang tidak diinginkan dari NasDem,” jelas dia. (tan)

Sumber: JPNN.com
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA – Pengamat politik Dedi Kurnia menilai manuver Ketum Partai NasDem Surya Paloh akhir-akhir ini bentuk perlawanan terhadap dominasi PDI Perjuangan.

Menurut Dedi, Ketua Umum NasDem Surya Paloh ingin menunjukkan kepada PDIP bahwa dia punya kekuatan politik yang setara dengan partai banteng mulut putih itu di koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

“NasDem itu tidak punya wewenang berlebih di Jokowi. Karena secara struktur, Jokowi adalah kader PDIP. Tetapi dalam hitung-hitungan di parlemen, NasDem menginginkan dominasi mereka itu lebih kuat dan dianggap setara dengan PDIP. Maka itu kemudian terjadi diskusi-diskusi dengan mitra koalisi, tentu, selain PDIP,” kata Dedi kepada JPNN.com, Kamis (25/7).

Dedi juga melihat Gerindra ingin masuk dalam barisan koalisi Jokowi-Ma’ruf, asal partai besutan Prabowo Subianto itu diberikan kursi Ketua MPR RI.

Baca Juga:  Istri Bupati Bengkalis Daftar ke PAN

Nah, hal ini yang menjadi pertentangan dari Surya Paloh sehingga akhirnya bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartanto, dan Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, beberapa hari lalu.

“Sebetulnya yang mereka halangi ini. Jangan sampai kemudian porsi-porsi yang seharusnya diberikan kepada mitra koalisinya Jokowi dikurangi karena adanya anggota baru Gerindra,” kata Dedi.

Peneliti Politik Universitas Telkom Bandung ini menyebutkan Jokowi sebenarnya ingin Prabowo mendukung pemerintahannya. Pasalnya, kekuatan Gerindra lebih kuat di parlemen dibanding Demokrat dan PAN yang lebih dulu sudah memberi sinyal ingin bergabung dengan Jokowi.

Namun, Dedi merasakan Jokowi kurang puas karena PAN dan Demokrat tidak punya posisi tawar kuat karena kursi mereka di parlemen rendah.

Baca Juga:  Kata Busro, Hampir Semua Partai Politik Membangun Oligarki

“Yang jadi persoalan adalah Gerindra, dia punya suara besar sehingga punya bergaining power yang besar sehingga mau tidak mau NasDem jaga jarak. Jangan sampai kemudian nanti PDIP terlalu besar menguasai. Karena pertemuan dengan Gerindra ini juga sebagai penanda karena pertemuan itu di rumah Mega, mau tidak mau, Megawati sebagai sisi pengaturnya, yang mendominasi pertemuan. Nah, itu mungkin yang tidak diinginkan dari NasDem,” jelas dia. (tan)

Sumber: JPNN.com
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Manuver Paloh, Dia Ingin NasDem Begini

JAKARTA – Pengamat politik Dedi Kurnia menilai manuver Ketum Partai NasDem Surya Paloh akhir-akhir ini bentuk perlawanan terhadap dominasi PDI Perjuangan.

Menurut Dedi, Ketua Umum NasDem Surya Paloh ingin menunjukkan kepada PDIP bahwa dia punya kekuatan politik yang setara dengan partai banteng mulut putih itu di koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

“NasDem itu tidak punya wewenang berlebih di Jokowi. Karena secara struktur, Jokowi adalah kader PDIP. Tetapi dalam hitung-hitungan di parlemen, NasDem menginginkan dominasi mereka itu lebih kuat dan dianggap setara dengan PDIP. Maka itu kemudian terjadi diskusi-diskusi dengan mitra koalisi, tentu, selain PDIP,” kata Dedi kepada JPNN.com, Kamis (25/7).

Dedi juga melihat Gerindra ingin masuk dalam barisan koalisi Jokowi-Ma’ruf, asal partai besutan Prabowo Subianto itu diberikan kursi Ketua MPR RI.

Baca Juga:  Jelang Akhir 2021, Partai Gelora Targetkan 1 Juta Kader

Nah, hal ini yang menjadi pertentangan dari Surya Paloh sehingga akhirnya bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartanto, dan Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, beberapa hari lalu.

“Sebetulnya yang mereka halangi ini. Jangan sampai kemudian porsi-porsi yang seharusnya diberikan kepada mitra koalisinya Jokowi dikurangi karena adanya anggota baru Gerindra,” kata Dedi.

Peneliti Politik Universitas Telkom Bandung ini menyebutkan Jokowi sebenarnya ingin Prabowo mendukung pemerintahannya. Pasalnya, kekuatan Gerindra lebih kuat di parlemen dibanding Demokrat dan PAN yang lebih dulu sudah memberi sinyal ingin bergabung dengan Jokowi.

Namun, Dedi merasakan Jokowi kurang puas karena PAN dan Demokrat tidak punya posisi tawar kuat karena kursi mereka di parlemen rendah.

Baca Juga:  Pendiri OPM: Cukup Melakukan Provokasi, Veronica Koman! 

“Yang jadi persoalan adalah Gerindra, dia punya suara besar sehingga punya bergaining power yang besar sehingga mau tidak mau NasDem jaga jarak. Jangan sampai kemudian nanti PDIP terlalu besar menguasai. Karena pertemuan dengan Gerindra ini juga sebagai penanda karena pertemuan itu di rumah Mega, mau tidak mau, Megawati sebagai sisi pengaturnya, yang mendominasi pertemuan. Nah, itu mungkin yang tidak diinginkan dari NasDem,” jelas dia. (tan)

Sumber: JPNN.com
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA – Pengamat politik Dedi Kurnia menilai manuver Ketum Partai NasDem Surya Paloh akhir-akhir ini bentuk perlawanan terhadap dominasi PDI Perjuangan.

Menurut Dedi, Ketua Umum NasDem Surya Paloh ingin menunjukkan kepada PDIP bahwa dia punya kekuatan politik yang setara dengan partai banteng mulut putih itu di koalisi pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin.

“NasDem itu tidak punya wewenang berlebih di Jokowi. Karena secara struktur, Jokowi adalah kader PDIP. Tetapi dalam hitung-hitungan di parlemen, NasDem menginginkan dominasi mereka itu lebih kuat dan dianggap setara dengan PDIP. Maka itu kemudian terjadi diskusi-diskusi dengan mitra koalisi, tentu, selain PDIP,” kata Dedi kepada JPNN.com, Kamis (25/7).

Dedi juga melihat Gerindra ingin masuk dalam barisan koalisi Jokowi-Ma’ruf, asal partai besutan Prabowo Subianto itu diberikan kursi Ketua MPR RI.

Baca Juga:  PPP Berpotensi Terlempar dari Senayan

Nah, hal ini yang menjadi pertentangan dari Surya Paloh sehingga akhirnya bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartanto, dan Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa, beberapa hari lalu.

“Sebetulnya yang mereka halangi ini. Jangan sampai kemudian porsi-porsi yang seharusnya diberikan kepada mitra koalisinya Jokowi dikurangi karena adanya anggota baru Gerindra,” kata Dedi.

Peneliti Politik Universitas Telkom Bandung ini menyebutkan Jokowi sebenarnya ingin Prabowo mendukung pemerintahannya. Pasalnya, kekuatan Gerindra lebih kuat di parlemen dibanding Demokrat dan PAN yang lebih dulu sudah memberi sinyal ingin bergabung dengan Jokowi.

Namun, Dedi merasakan Jokowi kurang puas karena PAN dan Demokrat tidak punya posisi tawar kuat karena kursi mereka di parlemen rendah.

Baca Juga:  DPD RI: Tunda Pilkada Serentak, Utamakan Nyawa Rakyat

“Yang jadi persoalan adalah Gerindra, dia punya suara besar sehingga punya bergaining power yang besar sehingga mau tidak mau NasDem jaga jarak. Jangan sampai kemudian nanti PDIP terlalu besar menguasai. Karena pertemuan dengan Gerindra ini juga sebagai penanda karena pertemuan itu di rumah Mega, mau tidak mau, Megawati sebagai sisi pengaturnya, yang mendominasi pertemuan. Nah, itu mungkin yang tidak diinginkan dari NasDem,” jelas dia. (tan)

Sumber: JPNN.com
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari