Ramadan telah mencapai setengahnya yakni 15 Ramadan. Kita perlu melakukan introspeksi diri. Dalam bahasa agama disebut muhasabah. Muhasabah diri untuk mengakui kesalahan dan dosa adalah sikap yang terpuji. Sebelum dihisab amalan di hari akhir nanti, mari kita menghitung-hitung diri. Pintu ampunan masih terbuka lebar bagi yang mau memperbaiki diri. Gantilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, agar hidup tak menyesali. Coba bayangkan lama kehidupan di dunia ini.
Hidup di dunia hanya singkat saja, jika kita menyadari. Jika mengaca batas usia Nabi Muhammad maka usianya hanya mencapai 63 tahun. Bersiap dirilah, kita sebagai umatnya usia yang akan memasuki usia 60 tahun. Jadi, ingat tuk persipan diri ini, apa bekal kita nanti?
Berbeda dengan usia umat nabi-nabi sebelumnya. Kita adalah umat terakhir nabi akhir zaman, diberi keistimewaan yang luar biasa.
Umur umat Muhammad singkat, namun ada amalan yang dikerjakan timbangan kebaikannnya melebihi umat sebelumnya. Hanya di bulan mulia inilah, pintu kebaikan itu terbuka. Pada 10 hari terakhir nanti pintu itu dibuka dengan hadirnya malam lailatur qodar. Satu malam ganjil bulan ramadhan hadirnya yang lebih baik daripada seribu bulan.
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al Qadr ayat 3). Syekh Abdul Halim Mahmud dalam Syahr Ramadhan menghitung seribu bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan. Jika kita mampu mendapatkan satu malam itu, maka amalan kebaikan kita sama dengan 83 tahun. Andaikan tahun ini anugerah itu hadir untuk kita semua, maka tabungan kebaikan mencapai 83 tahun.
Sungguh itu tawaran istimewa yang dijanjika hanya untuk umat Rasulullah SAW. Keistimewaan itu diberikan bagi khusus hambanya yang mau mencari malam kemuliaan yang lebih baik dari 1000 bulan. Langkahnya! 10 hari pertama bulan Ramadan telah kita lewati. Saat ini, kita memasuki 10 hari kedua bulan Ramadan, sebagai persiapan tuk memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan ini.
Berbekal takwa tuk menguatkan diri mencari bulan mulia tahun ini. Jika, kita mampu mendapatkannya akan menambah tabungan kebaikan buat diri, bukan untuk siapa-siapa. Tak maukah Anda? Punya tabungan kebaikan sampai usia 83 tahun. Nikmat yang dijanjikan pada bulan Ramadan, yang tidak dimiliki oleh umat-umat sebelumnya. Bersiap diri isi Ramadan 10 hari kedua dengan amalan yang dicintai Allah dan rasulnya.
Masih ada kesempatan membuka pintu ampunan-Nya. Perbanyaklah introspeksi diri atau muhasabah diri mohon ampunan-Nya. Buka pintu ampunan ini, raihlah sehingga akan memudahkan menggapai malam kemuliaan di akhir Ramadan tahun ini. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melaksanakan salat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni,” (HR Bukhari).
Andai usia kita melebihi 63 tahun, itu hanya bonus yang diberi agar mampu menambah bekal tuk akhirat nanti. Coba renungkan! Banyak orang yang tutup usia, usianya masih muda-mudi. Oleh karena, di bulan yang suci ini kita mampu berbenah diri. Mencari bekal akhirat itu hanya bisa di dunia yang kita tempati. Jika, ajal telah dijanji dan tiba untuk kita detik ini maka batas hidup tak bisa diperpanjang lagi. Ingat ini! Masalah ajal itu urusan sang ilahi Rabbi, kita sebagai hambanya tinggal siap-siap diri.
Pintu ampunan terbuka bagi siapa yang mengubah diri. Ingat, hidup di dunia ini hanya sekejab. Satu hari di akhirat sama dengan 1.000 tahun di dunia. Jika umur kita hanya 60 tahun, sungguh umur hidupmu hanya satu setengah jam saja atau setara dengan 90 menit. Sungguh, alangkah pendeknya waktu dunia tempat berpijak ini.
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47). Gunakan waktu yang singkat untuk mencari amal yang terbaik. Sehingga, ujian yang singkat di dunia akan digantikan surga yang kita impikan. Jangan sampai di dunia menderita dan di akhirat sengsara.
Jaga ladang kesabaran, saat ujian atau masalah dunia bergelimangan untuk ditukar dengan surga yang dijanjikan. Oleh karena itu, iman tetap terjaga dan dipertahankan hingga akhir kehidupan. Jangan sampai ada penyesalan nanti, saat hari perhitungan itu tiba.***