Minggu, 7 Juli 2024

Dinamika: Rekrutmen Pejabat Publik

Proses assessment pejabat publik sebagai pekerjaan yang sangat sulit, rumit, melelahkan dan menegangkan,  baik bagi tim pelaksana yang telah diamanahkan untuk melakukan proses asesmen maupun bagi pemerintah dalam hal ini kepala daerah. Ada kesan dari masyarakat bahwa proses asesmen hanya semacam sandiwara, sekadar memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan yang dipersyaratkan; karena sejatinya pejabat yang akan diangkat sudah berada digenggaman pemegang kendali kekuasaan.

Pertanyaannya, apakah tidak boleh orang-orang yang masih memiliki hubungan darah atau memiliki hubungan kekerabatan diangkat menjadi pejabat publik? Jika pemegang kendali kekuasaan dengan sengaja mengangkangi aturan dan prosedur yang telah ditetapkan, dengan mengangkat dan  menempatkan sanak saudara serta kerabat dekat pada posisi-posisi strategis yang penuh dengan rekayasa, untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya maka sang pemimpin tersebut cepat atau lambat akan menghadapi permasalahan dan bahkan tinggal menunggu kejatuhan.

- Advertisement -

Banyak pertanyaan kontradiktif dari pihak tertentu yang berbeda kacamata dalam menanggapi proses suksesi pejabat beberapa waktu lalu. Yang pasti mereka yang diangkat menjadi pejabat benar-benar orang pilihan yang telah melewati tahapan dan proses seleksi yang cukup ketat. Mereka dinilai memiliki kemampuan menterjemahkan visi dan misi organisasi, Mereka bukan orang yang pandainya hanya ngomong, tetapi hasil karya nyata dalam bentuk prestasi kerja. Mereka yang terpilih bukan sebagai pejabat karbitan, dan bukan pejabat orderan, melainkan sebagai pejabat berjati diri yang bersih dari segala urusan dan kepentingan  politik praktis.  Mereka yang terpilih tidak dilahirkan dari sebuah hubungan gelap antara kepentingan individu dengan kepentingan pemegang kekuasaan. Mereka yang terpilih bukan disebabkan karena berada dalam lingkaran orang-orang yang “disenangi yang  setia “menemani” ke mana pun pemimpin pergi, akan tetapi mereka hadir dan berasal dari lingkaran orang-orang yang kreatif dan inovatif dalam mengemban tugas dan amanah.

Baca Juga:  Virus Corona Wuhan

Pejabat Berkarakter
Sebagai pejabat yang baru saja dilantik, tentunya harus bekerja keras dan harus banyak belajar,  harus menjalaninya dari hari ke hari, Menumbuhkan kebiasaan yang baik, dan mengembangkannya hingga menjadi karakter. Ada beberapa hal yang perlu dipedomani oleh seorang pejabat yang berkarakter. Pertama, kepemimpinan tidak dapat dikarbit, tetapi harus dijalani tahap demi tahap, janganlah ambisius untuk cepat ingin naik jabatan. Semua harus berproses, belajarlah dari pengalaman orang lain yang telah berproses dan mampu meraih kesuksesan. Kedua, sebagai seorang pemimpin janganlah sering mengeluh, baik tentang pekerjaannya maupun  tentang perilaku karyawannya. Hadapi pekerjaan dengan profesional dan jalankan semua prosedur pekerjaan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Itu sebabnya hal terburuk yang  dilakukan seorang pemimpin adalah manakala ia mengeluh. Ketiga, lakukan potret diri, jangan pernah beranggapan seolah-olah dirinya yang paling benar dan paling mengetahui; yang lainnya dianggap salah. Kepemimpinan adalah sikap, tindakan, prilaku, kebiasaan dan karakter kita sendiri. Proses mencapai kepemimpinan tersebut tentu tak mudah. Anda harus membayar “harganya”.  

Baca Juga:  Covid-19 dan Ancaman Stunting

Keempat, ingatlah bahwa diri kita sekarang ini berstatus sebagai pemimpin yang  menjadi teladan dan panutan. Keputusannya berdampak besar,  suaranya  selalu didengar, semua orang akan menyoroti apa yang diputuskan oleh pemimpin. Kelima, kepemimpinan adalah sesuatu yang tumbuh dari dalam, karena itu pisahkan kepemimpinan dari segala yang ada di luar kita seperti pangkat, jabatan, kedudukan dan sebagainya.

- Advertisement -

Pemimpin yang ideal dan professional adalah pemimpin yang mau dan mampu menjalankan wewenang kepemimpinannya dengan mendasarkan diri pada prinsip 3 N (nalar, naluri  dan nurani).  Pemimpin yang mengutamakan prinsip tersebut, setiap tindakan dan perilakunya lebih mengedepankan asas obyektifitas, keadilan serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bermoral dan bermartabat.

Dalam kepemimpinan, yang dapat bertahan hidup bukanlah mereka yang paling kuat, bukan pula yang paling cerdas, tetapi yang mampu melakukan adaptasi diri dengan kondisi lingkungannya.  Sadar atau tidak, warisan yang ingin ditinggalkan oleh pemimpin adalah regenerasi kepemimpinan bintang yang hebat. Semoga.***

Proses assessment pejabat publik sebagai pekerjaan yang sangat sulit, rumit, melelahkan dan menegangkan,  baik bagi tim pelaksana yang telah diamanahkan untuk melakukan proses asesmen maupun bagi pemerintah dalam hal ini kepala daerah. Ada kesan dari masyarakat bahwa proses asesmen hanya semacam sandiwara, sekadar memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan yang dipersyaratkan; karena sejatinya pejabat yang akan diangkat sudah berada digenggaman pemegang kendali kekuasaan.

Pertanyaannya, apakah tidak boleh orang-orang yang masih memiliki hubungan darah atau memiliki hubungan kekerabatan diangkat menjadi pejabat publik? Jika pemegang kendali kekuasaan dengan sengaja mengangkangi aturan dan prosedur yang telah ditetapkan, dengan mengangkat dan  menempatkan sanak saudara serta kerabat dekat pada posisi-posisi strategis yang penuh dengan rekayasa, untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya maka sang pemimpin tersebut cepat atau lambat akan menghadapi permasalahan dan bahkan tinggal menunggu kejatuhan.

Banyak pertanyaan kontradiktif dari pihak tertentu yang berbeda kacamata dalam menanggapi proses suksesi pejabat beberapa waktu lalu. Yang pasti mereka yang diangkat menjadi pejabat benar-benar orang pilihan yang telah melewati tahapan dan proses seleksi yang cukup ketat. Mereka dinilai memiliki kemampuan menterjemahkan visi dan misi organisasi, Mereka bukan orang yang pandainya hanya ngomong, tetapi hasil karya nyata dalam bentuk prestasi kerja. Mereka yang terpilih bukan sebagai pejabat karbitan, dan bukan pejabat orderan, melainkan sebagai pejabat berjati diri yang bersih dari segala urusan dan kepentingan  politik praktis.  Mereka yang terpilih tidak dilahirkan dari sebuah hubungan gelap antara kepentingan individu dengan kepentingan pemegang kekuasaan. Mereka yang terpilih bukan disebabkan karena berada dalam lingkaran orang-orang yang “disenangi yang  setia “menemani” ke mana pun pemimpin pergi, akan tetapi mereka hadir dan berasal dari lingkaran orang-orang yang kreatif dan inovatif dalam mengemban tugas dan amanah.

Baca Juga:  Covid-19 dan Ancaman Stunting

Pejabat Berkarakter
Sebagai pejabat yang baru saja dilantik, tentunya harus bekerja keras dan harus banyak belajar,  harus menjalaninya dari hari ke hari, Menumbuhkan kebiasaan yang baik, dan mengembangkannya hingga menjadi karakter. Ada beberapa hal yang perlu dipedomani oleh seorang pejabat yang berkarakter. Pertama, kepemimpinan tidak dapat dikarbit, tetapi harus dijalani tahap demi tahap, janganlah ambisius untuk cepat ingin naik jabatan. Semua harus berproses, belajarlah dari pengalaman orang lain yang telah berproses dan mampu meraih kesuksesan. Kedua, sebagai seorang pemimpin janganlah sering mengeluh, baik tentang pekerjaannya maupun  tentang perilaku karyawannya. Hadapi pekerjaan dengan profesional dan jalankan semua prosedur pekerjaan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Itu sebabnya hal terburuk yang  dilakukan seorang pemimpin adalah manakala ia mengeluh. Ketiga, lakukan potret diri, jangan pernah beranggapan seolah-olah dirinya yang paling benar dan paling mengetahui; yang lainnya dianggap salah. Kepemimpinan adalah sikap, tindakan, prilaku, kebiasaan dan karakter kita sendiri. Proses mencapai kepemimpinan tersebut tentu tak mudah. Anda harus membayar “harganya”.  

Baca Juga:  Tetap Prokes Hadapi Virus Varian Delta

Keempat, ingatlah bahwa diri kita sekarang ini berstatus sebagai pemimpin yang  menjadi teladan dan panutan. Keputusannya berdampak besar,  suaranya  selalu didengar, semua orang akan menyoroti apa yang diputuskan oleh pemimpin. Kelima, kepemimpinan adalah sesuatu yang tumbuh dari dalam, karena itu pisahkan kepemimpinan dari segala yang ada di luar kita seperti pangkat, jabatan, kedudukan dan sebagainya.

Pemimpin yang ideal dan professional adalah pemimpin yang mau dan mampu menjalankan wewenang kepemimpinannya dengan mendasarkan diri pada prinsip 3 N (nalar, naluri  dan nurani).  Pemimpin yang mengutamakan prinsip tersebut, setiap tindakan dan perilakunya lebih mengedepankan asas obyektifitas, keadilan serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bermoral dan bermartabat.

Dalam kepemimpinan, yang dapat bertahan hidup bukanlah mereka yang paling kuat, bukan pula yang paling cerdas, tetapi yang mampu melakukan adaptasi diri dengan kondisi lingkungannya.  Sadar atau tidak, warisan yang ingin ditinggalkan oleh pemimpin adalah regenerasi kepemimpinan bintang yang hebat. Semoga.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari