Rabu, 11 Desember 2024

Riau Lumbung Ikan dan Energi

RIAUPOS.CO – Riau memiliki peran ganda sebagai salah satu “lumbung ikan dan energi” yang penting bagi Indonesia, karena wilayah Riau berbatasan dengan Selat Melaka dan Laut Cina Selatan, serta memiliki sungai-sungai besar yang kaya akan potensi sumber daya ikan. Perairan pesisir Riau menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan, Termasuk ikan pelagis dan ikan karang, yang menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat lokal, terutama yang tinggal di sepanjang garis pantai dan sungai-sungai besar.

Nelayan tradisional dan nelayan kecil mengandalkan perikanan sebagai sumber pendapatan keluarga. Hasil tangkapan ikan dan hasil perikanan lainnya diperdagangkan di pasar lokal maupun pasar regional, memberikan kontribusi penting bagi perekonomian lokal dan regional. Selain itu, hutan bakau yang melimpah di sepanjang pantai Riau juga memberikan lingkungan yang penting bagi reproduksi dan perlindungan ikan. Sehingga menjadikan Riau sebagai lumbung ikan yang berkontribusi pada produktivitas perikanan Indonesia.

Selanjutnya, daratan Riau memiliki sumber daya energi yang beragam, terutama minyak dan gas bumi seperti pada lapangan migas Blok Rokan, Blok CPP, Blok Malacca Straits, Blok Siak, Blok Kampar, Blok Lirik, Blok Langgak, Blok Mahato, Blok Bentu dan Blok Selat Panjang. Selain potensi migas tersebut, Riau juga memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, seperti energi matahari, biomassa dan biogas.

Potensi sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun memberikan kesempatan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sedangkan, lahan yang subur dari tanaman kelapa sawit di Riau juga memberikan potensi sumber energi terbarukan untuk pengembangan bahan bakar nabati (biofuel). Limbah perkebunan sawit baik yang padat dan cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBiomassa) atau pembangkit tenaga biogas (PLTBiogas).

Kemudian energi air dapat dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) baik skala mini/mikro (PLTMH) maupun skala besar seperti PLTA Koto Panjang. Jika memungkinkan secara teknis dan ekonomis panas bumi, energi angin maupun energi laut lainnya dapat dikembangkan.

Dengan demikian, Riau memainkan peran yang signifikan sebagai lumbung ikan dan lumbung energi yang penting bagi Indonesia, yakni menyediakan sumber daya alam yang berharga dalam mendukung keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Lumbung ikan adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu tempat atau wilayah yang kaya akan sumber daya ikan. Istilah ini sering kali digunakan dalam konteks konservasi dan pengelolaan sumber daya perikanan.

Sebuah lumbung ikan biasanya merupakan ekosistem perairan yang sehat dan produktif yang menyediakan habitat yang ideal bagi berbagai jenis ikan dan organisme akuatik lainnya. Lumbung ikan ini penting karena menyediakan sumber daya ikan yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat dan berkontribusi pada keanekaragaman hayati di perairan tersebut.

Baca Juga:  Transformasi Birokrasi: Harga Mati

Pada tahun 2023, target produksi perikanan Provinsi Riau dari perikanan tangkapan laut sebesar 152.105,79 ton dan realisasi sebesar 139.671,17 ton atau mencapai 91,83 persen. Capaian produksi perikanan tangkap laut ini berpengaruh terhadap pendapatan usaha perikanan tangkap. Pendapatan usaha perikanan tangkap memberikan gambaran tentang dinamika tingkat kesejahteraan nelayan.

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan digunakan nilai tukar nelayan (NTN). NTN merupakan alat ukur kesejahteraan nelayan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima oleh nelayan dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Realisasi NTN Provinsi Riau sebesar 105,18, apabila dibandingkan dengan target tahun 2023 sebesar 112 telah mencapai 93,91 persen. Secara rata-rata NTN Provinsi Riau tumbuh positif sebesar 0.62 persen selama tahun 2022-2023, sehingga meningkat dari senilai 104,53 pada tahun 2022 menjadi 105,18 pada tahun 2023.

Sementara target produksi perikanan budidaya sebesar 126.344,73 ton dan realisasi 122.356,95 ton atau mencapai 96,84 persen. Capaian produksi perikanan budidaya berpengaruh terhadap Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI). NTPI merupakan angka indek antara indeks harga yang diterima oleh pembudidaya ikan (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh pembudidaya ikan (Ib). Nilai tukar lebih besar dari 100 berarti pembudidaya mengalami surplus kenaikan harga produksi lebih tinggi dibanding kenaikan harga konsumsi, nilai tukar sama dengan 100 berarti pembudidaya mengalami impas kenaikan harga produksi sama dengan kenaikan harga konsumsi dan nilai tukar lebih kecil dari 100 berarti pembudidaya mengalami defisit kenaikan harga produksi lebih kecil daripada kenaikan harga konsumsi. Pada tahun 2023, target NTPI Provinsi Riau sebesar 112 dan realisasi sebesar 101,37 atau mencapai 90,51 persen. Secara rata-rata NTPI Provinsi Riau tumbuh positif sebesar 2,70 persen selama tahun 2022-2023, sehingga meningkat dari senilai 98,63 pada tahun 2022 menjadi 101,37 pada tahun 2023. (DKP Provinsi Riau, 2024)

Lumbung energi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah atau ekosistem yang memiliki tingkat produksi energi yang tinggi atau memiliki potensi besar untuk menghasilkan energi. Dalam konteks lumbung energi, Riau merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di tengah pulau Sumatera, memiliki potensi besar dalam menyediakan berbagai sumber daya energi.

Pertama, Sumber daya energi fosil, Riau sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian dan menyediakan sumber daya energi yang penting bagi Indonesia sebesar 27,74 persen dengan total lifting minyak bumi pada tahun 2023 mencapai 67.939.776,08 barel dan gas bumi sebesar 29.331.159,61 MMBTU (Ditjen Migas, 2023).

Kedua, Dalam penyediaan bahan bakar nabati (biodiesel), Riau berkonstribusi cukup besar mencapai 38,49 persen atau 3,336,302 Kiloliter dari total kebutuhan nasional mandatori B30 (Kepmen Menteri ESDM Nomor 252.K/10/MEM/2020), karena Riau memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia seluas 2.489.957 Ha dengan jumlah produksi tandan buah sawit (TBS) sebesar 8.235.040 ton (Riau Dalam Angka 2023) dan jumlah pabrik kelapa sawit (PKS) 261 unit, dengan kapasitas produksi mencapai 11.660 ton/jam.

Baca Juga:  Komisi IV DPRD Riau Evaluasi Kegiatan DLHK Tahun Anggaran 2024

Ketiga, Selain potensi migas dan bahan bakar nabati, Riau memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) lainnya yang cukup besar diantaranya, energi air (mini/micro hydro) sebesar 961,84 MW, baru dimanfaatkan sekitar 12 persen atau 114,27 MW seperti PLTA Koto Panjang dan PLTMH tersebar dibeberapa daerah.

Saling Sinergi

Untuk mewujudkan Riau sebagai lumbung ikan dan energi yang tangguh dan berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah strategis yang terintegrasi dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diambil. Pertama, Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Menerapkan kebijakan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, termasuk penetapan kuota penangkapan yang berbasis ilmiah atau penangkapan ikan terukur, pengawasan yang ketat terhadap praktik penangkapan ikan yang merusak, dan perlindungan terhadap habitat-habitat penting seperti hutan bakau dan terumbu karang.

Kedua, Konservasi lingkungan dan habitat. Memperkuat perlindungan terhadap habitat-habitat penting seperti hutan bakau, terumbu karang, dan sungai, melalui pembentukan kawasan konservasi, penegakan hukum yang ketat terhadap aktivitas ilegal, dan kampanye penyuluhan masyarakat tentang pentingnya konservasi lingkungan.

Ketiga, Pemberdayaan masyarakat lokal. Melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam dan pemanfaatan energi, serta memberikan pelatihan dan dukungan untuk mengembangkan keterampilan dan usaha yang berkelanjutan di sektor perikanan dan energy terbarukan. Mendorong koperasi dan asosiasi nelayan serta petani untuk meningkatkan daya saing mereka dalam pasar lokal maupun regional, dan memfasilitasi akses mereka ke pasar yang lebih luas.

Keempat, pengembangan energi terbarukan. Mendorong investasi dalam pembangunan infrastruktur dan teknologi untuk energi terbarukan, seperti tenaga surya atau turbin angin untuk memenuhi sebagian kebutuhan energi pabrik produksi pakan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Kelima, Pemanfaatan limbah perikanan sebagai sumber energi. Limbah perikanan seperti sisa ikan dan kerang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas atau bahan bakar lainnya melalui proses biogasifikasi atau pirolisis, yang dapat digunakan untuk memasok energi bagi komunitas nelayan atau instalasi perikanan.

Dengan mengambil langkah-langkah strategis dan terintegrasi, Riau dapat mewujudkan sebagai lumbung ikan dan energi yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat dan lingkungan. Sinergi antara usaha perikanan dan energi dapat membuka peluang baru untuk inovasi dan pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan yang bijaksana terhadap lumbung ikan dan ekosistem perairan secara keseluruhan juga berkontribusi pada efisiensi penggunaan energi.***

Oleh: Rudy H Saleh, ASN Pemerintah Provinsi Riau

RIAUPOS.CO – Riau memiliki peran ganda sebagai salah satu “lumbung ikan dan energi” yang penting bagi Indonesia, karena wilayah Riau berbatasan dengan Selat Melaka dan Laut Cina Selatan, serta memiliki sungai-sungai besar yang kaya akan potensi sumber daya ikan. Perairan pesisir Riau menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan, Termasuk ikan pelagis dan ikan karang, yang menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat lokal, terutama yang tinggal di sepanjang garis pantai dan sungai-sungai besar.

Nelayan tradisional dan nelayan kecil mengandalkan perikanan sebagai sumber pendapatan keluarga. Hasil tangkapan ikan dan hasil perikanan lainnya diperdagangkan di pasar lokal maupun pasar regional, memberikan kontribusi penting bagi perekonomian lokal dan regional. Selain itu, hutan bakau yang melimpah di sepanjang pantai Riau juga memberikan lingkungan yang penting bagi reproduksi dan perlindungan ikan. Sehingga menjadikan Riau sebagai lumbung ikan yang berkontribusi pada produktivitas perikanan Indonesia.

- Advertisement -

Selanjutnya, daratan Riau memiliki sumber daya energi yang beragam, terutama minyak dan gas bumi seperti pada lapangan migas Blok Rokan, Blok CPP, Blok Malacca Straits, Blok Siak, Blok Kampar, Blok Lirik, Blok Langgak, Blok Mahato, Blok Bentu dan Blok Selat Panjang. Selain potensi migas tersebut, Riau juga memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, seperti energi matahari, biomassa dan biogas.

Potensi sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun memberikan kesempatan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sedangkan, lahan yang subur dari tanaman kelapa sawit di Riau juga memberikan potensi sumber energi terbarukan untuk pengembangan bahan bakar nabati (biofuel). Limbah perkebunan sawit baik yang padat dan cair dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBiomassa) atau pembangkit tenaga biogas (PLTBiogas).

- Advertisement -

Kemudian energi air dapat dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) baik skala mini/mikro (PLTMH) maupun skala besar seperti PLTA Koto Panjang. Jika memungkinkan secara teknis dan ekonomis panas bumi, energi angin maupun energi laut lainnya dapat dikembangkan.

Dengan demikian, Riau memainkan peran yang signifikan sebagai lumbung ikan dan lumbung energi yang penting bagi Indonesia, yakni menyediakan sumber daya alam yang berharga dalam mendukung keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Lumbung ikan adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu tempat atau wilayah yang kaya akan sumber daya ikan. Istilah ini sering kali digunakan dalam konteks konservasi dan pengelolaan sumber daya perikanan.

Sebuah lumbung ikan biasanya merupakan ekosistem perairan yang sehat dan produktif yang menyediakan habitat yang ideal bagi berbagai jenis ikan dan organisme akuatik lainnya. Lumbung ikan ini penting karena menyediakan sumber daya ikan yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat dan berkontribusi pada keanekaragaman hayati di perairan tersebut.

Baca Juga:  Meraih Bonus Demografi

Pada tahun 2023, target produksi perikanan Provinsi Riau dari perikanan tangkapan laut sebesar 152.105,79 ton dan realisasi sebesar 139.671,17 ton atau mencapai 91,83 persen. Capaian produksi perikanan tangkap laut ini berpengaruh terhadap pendapatan usaha perikanan tangkap. Pendapatan usaha perikanan tangkap memberikan gambaran tentang dinamika tingkat kesejahteraan nelayan.

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan digunakan nilai tukar nelayan (NTN). NTN merupakan alat ukur kesejahteraan nelayan yang diperoleh dari perbandingan besarnya harga yang diterima oleh nelayan dengan harga yang dibayarkan oleh nelayan. Realisasi NTN Provinsi Riau sebesar 105,18, apabila dibandingkan dengan target tahun 2023 sebesar 112 telah mencapai 93,91 persen. Secara rata-rata NTN Provinsi Riau tumbuh positif sebesar 0.62 persen selama tahun 2022-2023, sehingga meningkat dari senilai 104,53 pada tahun 2022 menjadi 105,18 pada tahun 2023.

Sementara target produksi perikanan budidaya sebesar 126.344,73 ton dan realisasi 122.356,95 ton atau mencapai 96,84 persen. Capaian produksi perikanan budidaya berpengaruh terhadap Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI). NTPI merupakan angka indek antara indeks harga yang diterima oleh pembudidaya ikan (It) terhadap indeks harga yang dibayar oleh pembudidaya ikan (Ib). Nilai tukar lebih besar dari 100 berarti pembudidaya mengalami surplus kenaikan harga produksi lebih tinggi dibanding kenaikan harga konsumsi, nilai tukar sama dengan 100 berarti pembudidaya mengalami impas kenaikan harga produksi sama dengan kenaikan harga konsumsi dan nilai tukar lebih kecil dari 100 berarti pembudidaya mengalami defisit kenaikan harga produksi lebih kecil daripada kenaikan harga konsumsi. Pada tahun 2023, target NTPI Provinsi Riau sebesar 112 dan realisasi sebesar 101,37 atau mencapai 90,51 persen. Secara rata-rata NTPI Provinsi Riau tumbuh positif sebesar 2,70 persen selama tahun 2022-2023, sehingga meningkat dari senilai 98,63 pada tahun 2022 menjadi 101,37 pada tahun 2023. (DKP Provinsi Riau, 2024)

Lumbung energi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah atau ekosistem yang memiliki tingkat produksi energi yang tinggi atau memiliki potensi besar untuk menghasilkan energi. Dalam konteks lumbung energi, Riau merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di tengah pulau Sumatera, memiliki potensi besar dalam menyediakan berbagai sumber daya energi.

Pertama, Sumber daya energi fosil, Riau sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian dan menyediakan sumber daya energi yang penting bagi Indonesia sebesar 27,74 persen dengan total lifting minyak bumi pada tahun 2023 mencapai 67.939.776,08 barel dan gas bumi sebesar 29.331.159,61 MMBTU (Ditjen Migas, 2023).

Kedua, Dalam penyediaan bahan bakar nabati (biodiesel), Riau berkonstribusi cukup besar mencapai 38,49 persen atau 3,336,302 Kiloliter dari total kebutuhan nasional mandatori B30 (Kepmen Menteri ESDM Nomor 252.K/10/MEM/2020), karena Riau memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia seluas 2.489.957 Ha dengan jumlah produksi tandan buah sawit (TBS) sebesar 8.235.040 ton (Riau Dalam Angka 2023) dan jumlah pabrik kelapa sawit (PKS) 261 unit, dengan kapasitas produksi mencapai 11.660 ton/jam.

Baca Juga:  Soliditas TNI-Polri Jadikan Riau Lebih Baik

Ketiga, Selain potensi migas dan bahan bakar nabati, Riau memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) lainnya yang cukup besar diantaranya, energi air (mini/micro hydro) sebesar 961,84 MW, baru dimanfaatkan sekitar 12 persen atau 114,27 MW seperti PLTA Koto Panjang dan PLTMH tersebar dibeberapa daerah.

Saling Sinergi

Untuk mewujudkan Riau sebagai lumbung ikan dan energi yang tangguh dan berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah strategis yang terintegrasi dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa langkah strategis yang dapat diambil. Pertama, Pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Menerapkan kebijakan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, termasuk penetapan kuota penangkapan yang berbasis ilmiah atau penangkapan ikan terukur, pengawasan yang ketat terhadap praktik penangkapan ikan yang merusak, dan perlindungan terhadap habitat-habitat penting seperti hutan bakau dan terumbu karang.

Kedua, Konservasi lingkungan dan habitat. Memperkuat perlindungan terhadap habitat-habitat penting seperti hutan bakau, terumbu karang, dan sungai, melalui pembentukan kawasan konservasi, penegakan hukum yang ketat terhadap aktivitas ilegal, dan kampanye penyuluhan masyarakat tentang pentingnya konservasi lingkungan.

Ketiga, Pemberdayaan masyarakat lokal. Melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan sumber daya alam dan pemanfaatan energi, serta memberikan pelatihan dan dukungan untuk mengembangkan keterampilan dan usaha yang berkelanjutan di sektor perikanan dan energy terbarukan. Mendorong koperasi dan asosiasi nelayan serta petani untuk meningkatkan daya saing mereka dalam pasar lokal maupun regional, dan memfasilitasi akses mereka ke pasar yang lebih luas.

Keempat, pengembangan energi terbarukan. Mendorong investasi dalam pembangunan infrastruktur dan teknologi untuk energi terbarukan, seperti tenaga surya atau turbin angin untuk memenuhi sebagian kebutuhan energi pabrik produksi pakan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Kelima, Pemanfaatan limbah perikanan sebagai sumber energi. Limbah perikanan seperti sisa ikan dan kerang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas atau bahan bakar lainnya melalui proses biogasifikasi atau pirolisis, yang dapat digunakan untuk memasok energi bagi komunitas nelayan atau instalasi perikanan.

Dengan mengambil langkah-langkah strategis dan terintegrasi, Riau dapat mewujudkan sebagai lumbung ikan dan energi yang berkelanjutan, memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat dan lingkungan. Sinergi antara usaha perikanan dan energi dapat membuka peluang baru untuk inovasi dan pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan yang bijaksana terhadap lumbung ikan dan ekosistem perairan secara keseluruhan juga berkontribusi pada efisiensi penggunaan energi.***

Oleh: Rudy H Saleh, ASN Pemerintah Provinsi Riau

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari