Jumat, 22 November 2024

Refleksi Hari Santri 

- Advertisement -

Hari ini, tanggal 22 Oktober 2021, tepat 7 tahun sudah ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 tahun 2015. Penetapan istilah hari santri sendiri adalah merupakan bagian dari wujud penghormatan negara terhadap kontribusi nyata perjuangan santri dalam membela NKRI. 

Dalam catatan sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, ada beberapa rangkaian peristiwa yang kemudian menjadi asbab dari khittah perjuangan santri, terutama pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Indonesia memang telah resmi menyatakan kemerdekaannya, namun dalam realitanya, perlawanan terhadap penjajah belumlah usai, hal itu terjadi lantaran hadirnya Brigade 49 Divisi India tentara Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal AWS Mallaby, yang merupakan buah dari rencana agresi militer II Belanda. 

- Advertisement -

Jauh-jauh hari, sebelum pertempuran 10 November, Belanda bersama pasukan sekutu telah memasuki beberapa kota di Indonesia di antaranya adalah Jakarta dan Surabaya. Tujuannya untuk melucuti persenjataan tentara Jepang, membebaskan tawanan perang Jepang, serta keinginan untuk mengembalikan Indonesia agar tetap berada di bawah kekuasaan Belanda. Namun, tujuan agar Indonesia kembali di bawah kekuasaan Belanda tidaklah berjalan dengan semestinya, rencana Belanda dan pasukan sekutu mendapat respons perlawanan dari masyarakat sipil Surabaya. Perlawanan itu turut diikuti oleh seluruh elemen bangsa, seperti pemuda, kiai, santri termasuk juga warga NU. 
Fatwa Jihad KH Hasyim Asy’ari
Fatwa jihad memang memiliki kesan yang begitu dahsyat, sehingga tidak salah lagi apabila kaum santri menjadikannya sebagai landasan dalam menumbuhkan spirit membela NKRI. Dalam jurnal, "Nasionalisme Kaum Santri Menuju Indonesia Merdeka" karya Inggar Saputra, Presiden Soekarno sempat mengirimkan utusan untuk bertemu dan meminta pandangan KH Hasyim Asyari mengenai hukum membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kepada utusan tersebut dijelaskan pula bahwa umat Islam Indonesia wajib membela tanah airnya dari bahaya dan ancaman kekuataan asing. 

Baca Juga:  Menggenggam Waktu

Setelah kedatangan utusan Soekarno, KH Hasyim Asy’ari memanggil Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syamsuri, dan para kiai lainnya untuk mengumpulkan kiai se-Jawa dan Madura untuk bermusyawarah. Para kiai pun berkumpul dalam sidang Pleno Pengurus Besar pada 21-22 Oktober 1945 di kantor PBNU, Bubutan, Surabaya. 

Pertemuan itu dihadiri panglima Hizbullah, Zainul Arifin, setelah berdiskusi panjang lebar, para ulama ini menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad atau perang suci. Sehingga dirumuskanlah fatwa jihad yang dipelopori Hadharatussyekh KH Hasyim Asy’ari yang sampai saat ini lebih dikenal dengan "Resolusi Jihad" 22 Oktober 1945, sebelum pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. 

- Advertisement -

Di sinilah puncak perjuangan berawal, gelora  resolusi jihad segera menyebar begitu cepat dan menggetarkan hati rakyat Surabaya untuk melawan kolonialisme Inggris. Terutama bagi kaum santri yang ikut menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk memberikan kontribusi nyata dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa pertempuran 10 November pun tidak terlepas dari kobaran semangat resolusi jihad yang dikumandangkan di markas NU. 

Baca Juga:  Takut Birokrasi

Sebagai tanda teringat, saya ingin mengutip ringkasan fatwa Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, fatwa ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengobarkan semangat juang seluruh elemen bangsa untuk ikut berperang melawan penjajah. 

Spirit ini perlu dipertahankan, meskipun konteksnya tidak lagi dalam narasi melawan penjajah. Tapi paling tidak, cinta tanah air mesti tumbuh di sanubari setiap masyarakat Indonesia, lebih lebih lagi bagi elemen pemuda sebagai generasi penerus bangsa.

Oleh karenanya, sebagai generasi muda yang secara garis usia tergolong cukup jauh dari kekelaman peristiwa masa lalu tersebut, kita musti ingat, musti menyadari, bahwa memahami sejarah perjalanan berdirinya bangsa ini adalah bagian dari upaya meneguhkan kembali semangat nasionalisme. Terima kasih para pejuang. Terima kasih santri. Selamat Hari Santri Nasional.***
 

Hari ini, tanggal 22 Oktober 2021, tepat 7 tahun sudah ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 tahun 2015. Penetapan istilah hari santri sendiri adalah merupakan bagian dari wujud penghormatan negara terhadap kontribusi nyata perjuangan santri dalam membela NKRI. 

Dalam catatan sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, ada beberapa rangkaian peristiwa yang kemudian menjadi asbab dari khittah perjuangan santri, terutama pasca Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Indonesia memang telah resmi menyatakan kemerdekaannya, namun dalam realitanya, perlawanan terhadap penjajah belumlah usai, hal itu terjadi lantaran hadirnya Brigade 49 Divisi India tentara Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal AWS Mallaby, yang merupakan buah dari rencana agresi militer II Belanda. 

- Advertisement -

Jauh-jauh hari, sebelum pertempuran 10 November, Belanda bersama pasukan sekutu telah memasuki beberapa kota di Indonesia di antaranya adalah Jakarta dan Surabaya. Tujuannya untuk melucuti persenjataan tentara Jepang, membebaskan tawanan perang Jepang, serta keinginan untuk mengembalikan Indonesia agar tetap berada di bawah kekuasaan Belanda. Namun, tujuan agar Indonesia kembali di bawah kekuasaan Belanda tidaklah berjalan dengan semestinya, rencana Belanda dan pasukan sekutu mendapat respons perlawanan dari masyarakat sipil Surabaya. Perlawanan itu turut diikuti oleh seluruh elemen bangsa, seperti pemuda, kiai, santri termasuk juga warga NU. 
Fatwa Jihad KH Hasyim Asy’ari
Fatwa jihad memang memiliki kesan yang begitu dahsyat, sehingga tidak salah lagi apabila kaum santri menjadikannya sebagai landasan dalam menumbuhkan spirit membela NKRI. Dalam jurnal, "Nasionalisme Kaum Santri Menuju Indonesia Merdeka" karya Inggar Saputra, Presiden Soekarno sempat mengirimkan utusan untuk bertemu dan meminta pandangan KH Hasyim Asyari mengenai hukum membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kepada utusan tersebut dijelaskan pula bahwa umat Islam Indonesia wajib membela tanah airnya dari bahaya dan ancaman kekuataan asing. 

Baca Juga:  Muamalah Syariah, Negeri Berkah

Setelah kedatangan utusan Soekarno, KH Hasyim Asy’ari memanggil Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syamsuri, dan para kiai lainnya untuk mengumpulkan kiai se-Jawa dan Madura untuk bermusyawarah. Para kiai pun berkumpul dalam sidang Pleno Pengurus Besar pada 21-22 Oktober 1945 di kantor PBNU, Bubutan, Surabaya. 

- Advertisement -

Pertemuan itu dihadiri panglima Hizbullah, Zainul Arifin, setelah berdiskusi panjang lebar, para ulama ini menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad atau perang suci. Sehingga dirumuskanlah fatwa jihad yang dipelopori Hadharatussyekh KH Hasyim Asy’ari yang sampai saat ini lebih dikenal dengan "Resolusi Jihad" 22 Oktober 1945, sebelum pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. 

Di sinilah puncak perjuangan berawal, gelora  resolusi jihad segera menyebar begitu cepat dan menggetarkan hati rakyat Surabaya untuk melawan kolonialisme Inggris. Terutama bagi kaum santri yang ikut menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk memberikan kontribusi nyata dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa pertempuran 10 November pun tidak terlepas dari kobaran semangat resolusi jihad yang dikumandangkan di markas NU. 

Baca Juga:  Gajah, Tungau dan Semut

Sebagai tanda teringat, saya ingin mengutip ringkasan fatwa Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, fatwa ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengobarkan semangat juang seluruh elemen bangsa untuk ikut berperang melawan penjajah. 

Spirit ini perlu dipertahankan, meskipun konteksnya tidak lagi dalam narasi melawan penjajah. Tapi paling tidak, cinta tanah air mesti tumbuh di sanubari setiap masyarakat Indonesia, lebih lebih lagi bagi elemen pemuda sebagai generasi penerus bangsa.

Oleh karenanya, sebagai generasi muda yang secara garis usia tergolong cukup jauh dari kekelaman peristiwa masa lalu tersebut, kita musti ingat, musti menyadari, bahwa memahami sejarah perjalanan berdirinya bangsa ini adalah bagian dari upaya meneguhkan kembali semangat nasionalisme. Terima kasih para pejuang. Terima kasih santri. Selamat Hari Santri Nasional.***
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari