BERANGSUR sirna wabah corona beralih tiba musim pilkada. Setiap orang berjibaku melawan pandemi Covid -19 yang asal muasalnya terjadi di Kota Wuhan Cina.
Meski masih bergelayut bencana menyeramkan kegiatan rutin dan agenda baik person maupun pemeritahan tetap berjalan. Kini new normal membebaskan kekangan melegakan beban yang membuat aktifitas kehidupan nyaris sekarat.
Pemerintah dan DPR secara resmi sepakat melanjutkan agenda pilkada yang tertunda. Tabuhan gong kontestasi terdengar seksi. Partai politik, politisi, bakal calon kepala daerah terpantik bergairah merebut tahta . Pilkada tahun 2020 merupakan penyelenggaraan gelombang ke empat dan akan digelar di 270 daerah.
Rincian daerah yang akan menggelar pilkada yakni 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Khusus Provinsi Riau akan diikuti 9 kabupaten/kota yang menyelenggarakan pilkada serentak. Bengkalis, Siak, Dumai, Meranti, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Pelalawan, Kuansing dan Indragiri Hulu.
Meski alam berselimut corona pilkada tetap menjadi gawean primadona. Baliho dan poster bakal calon dengan beraneka slogan berserak ‘ayak’ di jantung kota sampai ceruk desa.
Kompetesi balon sangat ketat bukan saja bagaimana menambat ‘perahu’ tapi juga trik dan intrik merangkul pada tataran bersaing sehat di internal partai politik.
Setiap partai politik punya strategi dan perhitungan menurut sudut pandang masing masing. Membangun koalisi gampang gampang susah. Jika ada kesamaan kepentingan politik semuanya didapat dengan mudah langsung deal.
Jangan amalkan menempuh jalan susah nanti tak bisa tidur malam, hindari cara picik dan licik. Bijaklah seperti kata bijak “terangkan lampu sendiri jangan padamkan lampu orangâ€. Tidak zaman lagi menekan lawan dengan isu murahan nanti berbalik jadi bumerang.
Sejujurnya tidak sedikit koalisi terbangun tersebab timing politik yang tepat. Politik memanglah sangat unik dan menarik. Meski pada prinsipnya kompetensi berebut kekuasaan ternyata masih banyak sisi manusiawi dan campur tangan kekuatan Ilahi membuat balon mudah mendapatkan dukungan dan berkoalisi. Kalau sudah saatnya barang itu tak akan kemana.
Gesekan politik sekeras apapun runtuh tatkala bersentuhan dengan persahabatan, satu tujuan dan kepentingan. Banyak kisah bacalon mendapat dukungan bukan karena faktor kesamaan aliran politik atau kekuatan finansial tetapi justeru dukungan berasal dari jaringan non partai bahkan bisa dari kubu yang dulunya lawan sekarang kawan.
Sejatinya disebalik pilkada serentak tidak hanya memilih pasangan kepala daerah tetapi juga uji coba pertarungan antar parpol untuk mempersiapkan raihan suara pada lima tahun mendatang yaitu pesta pemilu serentak 2024. Dari sinilah persaingan baru terasa ketat dan tak jarang beda sikap dan pilihan.
Diketahui desain pemilu 2024 akan memilih Presiden, DPD RI, DPR RI, Gubernur, Bupati/ Walikota, DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota. Genderang persaingan antar bacalon mengikuti irama rentak gendang. Baleho, Bilboard, spanduk untuk ‘jual diri’ dengan motto menjadi yang terbaik merata se Indonesia. Ramalan, ocehan terkait pilkada ramai diperbincangkan hampir semua lapak warung aren dan kedai kopi.
Prediksi dan realita politik jelas berbeda. Lembaga Survey juga tidak sama dengan ramalan politik kedai kopi. Yang jelas pilkada membuat semua orang terutama penggemar panggung politik malahan senang pura pura jadi bingung. Jangan heran jika musim pilkada adu klaim dukungan merajalela. Satu parpol dengan modal 1 kursi bisa keluar rekomendasi sampai sepuluh nama.
Apalagi dari 9 kabupaten/ kota di Riau tidak ada satupun parpol yang mencukupi kursi atau suara bisa mengusung calon sendiri. Saling klaim dukungan merupakan produk dan pemantiknya juga dari parpol sendiri. Masing masing partai sampai menelorkan lebih dari 2 atau 3 kader dengan bekal surat rekomendasi untuk mencari pasangan dengan bibit, bobot dan bebet ujungnya diputuskan oleh pengurus parpol pusat di Jakarta.
Alur politik ibarat aliran sungai molek tapi berkelok dan berliku. Maka siapapun bacalon persiapkan stamina agar kuat mengarungi sekaligua menikmatinya. Jangan lupa biasakan senam geleng geleng kepala tapi ingat jangan pusing kepala.***