Jumat, 22 November 2024

Wujud Meraih Kemenangan

- Advertisement -

Kerinduan untuk mendapatkan kemenangan tentulah dambaan setiap muslim. Muslim sejati pasti ia akan berupaya keras dengan sungguh-sungguh menapaki jalan yang akan ditempuhnya. Meskipun terkadang sulit untuk tetap berada pada rel yang sudah ia buat, banyaknya godaan yang terlalu besar dihadapinya. Namun itu semua tidak menyurutkan untuk mendapatkan kemenangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bahkan di sisi lain, sebagian manusia juga ada yang kandas di tengah jalan dan tidak mendapatkan hakikat kemenangan tersebut. Bisa jadi karena dari ego yang ia miliki maupun dari hawa nafsunya sendiri. Perlu disadari bahwa ego dan nafsu merupakan musuh terbesar dalam dirinya, jika tidak bisa menempatkan dengan tepat. Ego dan nafsu jua yang harusnya disetir oleh dirinya bukan sebaliknya, ego itulah yang mengendalikannya sehingga tanpa disadari ia sudah dijadikan budak oleh egonya sendiri. Sehingga yang didapat bukanlah kemenangan namun kesengsaraan.

- Advertisement -

Perlu dipahami bahwa, kemenangan bukan hanya kita memenangkan dalam sebuah pertarungan yang mampu mengalahkan lawan, yang bisa mudah terdeteksi, akan menang atau akan kalah. Namun halnya sebuah kemenangan yang ingin diraih di bulan Ramadhan adalah kemenangan hakiki bukan semu.

Takwa Sebagai Spirit Kemenangan

Spirit kemenangan Ramadan pun terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 183,” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

- Advertisement -
Baca Juga:  Melaporkan Orang yang Sudah Meninggal Dunia

Takwa di sini bermakna, melaksanakan syariat Islam secara kafah. Dan yang terkandung dalam ayat diatas yang bermakna kemenangan hakiki yaitu;

Pertama, Ashiyam; al habsu artinya menahan. Bertarung dengan hawa nafsu. Bukan hanya berhasil tidak makan dan minum, melainkan juga nafsu hubungan seks dan nafsu memandang yang haram.

Kedua, artinya orang yang tadinya malas salat berjamaah di masjid setelah Ramadan ia rajin ke masjid. Orang yang tadinya tidak pernah membaca Alquran, selama Ramadhan selalu membacanya.

Demikian pula, orang yang tadinya kikir bersedekah setelah Ramadan mereka tertap dermawan. Orang yang tadinya tidak pernah bangun waktu fajar selama Ramadan selalu bangun fajar dan Salat Subuh tepat waktu. Orang yang tadinya mempertontonkan auratnya selama Ramadan menjadi wanita anggun di balik jilbab yang indah. Begitu juga setelah Ramadan terlihat solehahnya.

Ketiga, Jika selama Ramadan rajin membaca Alquran, maka setelah Ramadan seorang muslim membaca Alquran dalam sehari lebih dari satu juz. Rasulullah saw menerangkan bahwa pahala membaca Alquran hitungannya perhuruf. Setiap huruf satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat.

Keempat, jika pada bulan Ramadan rajin salat malam, maka setelah Ramadan tetap rajin salat malam, yakni Salat Tahajut dengan witirnya.

Baca Juga:  Keep Fighting KLB Malaria

Kelima, jika pada bulan Ramadan berpuasa penuh, maka setelah Ramadan berpuaa sunat, pada bulan Syawal ini ada puasa enam hari yang pahalanya sangat besar, seperti berpuasa selama setahun lamanya. Makanya sebagian masyarakat mereka tak lama setelah Idulfitri, mereka langsung berpuasa sunat enam hari.

Seseorang yang sedang berpuasa doanya mustajab. Karenanya ia lebih dekat kepada Allah Swt. Ketika ia dalam kondisi sangat dekat kepada Allah Swt maka doanya akan mudah diterima. Karena itu, Nabi saw. menganjurkan agar orang-orang yang sedamg berpuasa banyak-banyak berdoa. Para ulama mengatakan disunahkan bagi orang yang sedang berpuasa selalu mengucapkan zikir, memanjatkan doa, sepanjang hari selama berpuasa. Sebab puasa membuat pelakunya semakin dekat kepada Allah Swt. Doanya mustajab.

Rasulullah saw. bersabda,” orang-orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka. (HR Ibnu Majah,sanad hadis ini sahih). Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa Nabi saw. menjelang berbuka puasa selalu berdoa: “ Dzahabazh zhama’u wabtalatil ‘uruqu watsabatil ‘ajru insyaa Allahu taala. (dahaga telah pergi, kerongkongan telah basah, semoga Allah memberikan pahala). Tiga orang yang doanya tidak pernah ditolak: Pemimpin yang adil, seorang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, orang yang dizalimi. Semoga ***

 

Kerinduan untuk mendapatkan kemenangan tentulah dambaan setiap muslim. Muslim sejati pasti ia akan berupaya keras dengan sungguh-sungguh menapaki jalan yang akan ditempuhnya. Meskipun terkadang sulit untuk tetap berada pada rel yang sudah ia buat, banyaknya godaan yang terlalu besar dihadapinya. Namun itu semua tidak menyurutkan untuk mendapatkan kemenangan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bahkan di sisi lain, sebagian manusia juga ada yang kandas di tengah jalan dan tidak mendapatkan hakikat kemenangan tersebut. Bisa jadi karena dari ego yang ia miliki maupun dari hawa nafsunya sendiri. Perlu disadari bahwa ego dan nafsu merupakan musuh terbesar dalam dirinya, jika tidak bisa menempatkan dengan tepat. Ego dan nafsu jua yang harusnya disetir oleh dirinya bukan sebaliknya, ego itulah yang mengendalikannya sehingga tanpa disadari ia sudah dijadikan budak oleh egonya sendiri. Sehingga yang didapat bukanlah kemenangan namun kesengsaraan.

- Advertisement -

Perlu dipahami bahwa, kemenangan bukan hanya kita memenangkan dalam sebuah pertarungan yang mampu mengalahkan lawan, yang bisa mudah terdeteksi, akan menang atau akan kalah. Namun halnya sebuah kemenangan yang ingin diraih di bulan Ramadhan adalah kemenangan hakiki bukan semu.

Takwa Sebagai Spirit Kemenangan

- Advertisement -

Spirit kemenangan Ramadan pun terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 183,” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Baca Juga:  Ketika The Main Business Terdisrupsi

Takwa di sini bermakna, melaksanakan syariat Islam secara kafah. Dan yang terkandung dalam ayat diatas yang bermakna kemenangan hakiki yaitu;

Pertama, Ashiyam; al habsu artinya menahan. Bertarung dengan hawa nafsu. Bukan hanya berhasil tidak makan dan minum, melainkan juga nafsu hubungan seks dan nafsu memandang yang haram.

Kedua, artinya orang yang tadinya malas salat berjamaah di masjid setelah Ramadan ia rajin ke masjid. Orang yang tadinya tidak pernah membaca Alquran, selama Ramadhan selalu membacanya.

Demikian pula, orang yang tadinya kikir bersedekah setelah Ramadan mereka tertap dermawan. Orang yang tadinya tidak pernah bangun waktu fajar selama Ramadan selalu bangun fajar dan Salat Subuh tepat waktu. Orang yang tadinya mempertontonkan auratnya selama Ramadan menjadi wanita anggun di balik jilbab yang indah. Begitu juga setelah Ramadan terlihat solehahnya.

Ketiga, Jika selama Ramadan rajin membaca Alquran, maka setelah Ramadan seorang muslim membaca Alquran dalam sehari lebih dari satu juz. Rasulullah saw menerangkan bahwa pahala membaca Alquran hitungannya perhuruf. Setiap huruf satu kebaikan dilipat gandakan menjadi sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat.

Keempat, jika pada bulan Ramadan rajin salat malam, maka setelah Ramadan tetap rajin salat malam, yakni Salat Tahajut dengan witirnya.

Baca Juga:  Riau Bermarwah di Tengah Wabah

Kelima, jika pada bulan Ramadan berpuasa penuh, maka setelah Ramadan berpuaa sunat, pada bulan Syawal ini ada puasa enam hari yang pahalanya sangat besar, seperti berpuasa selama setahun lamanya. Makanya sebagian masyarakat mereka tak lama setelah Idulfitri, mereka langsung berpuasa sunat enam hari.

Seseorang yang sedang berpuasa doanya mustajab. Karenanya ia lebih dekat kepada Allah Swt. Ketika ia dalam kondisi sangat dekat kepada Allah Swt maka doanya akan mudah diterima. Karena itu, Nabi saw. menganjurkan agar orang-orang yang sedamg berpuasa banyak-banyak berdoa. Para ulama mengatakan disunahkan bagi orang yang sedang berpuasa selalu mengucapkan zikir, memanjatkan doa, sepanjang hari selama berpuasa. Sebab puasa membuat pelakunya semakin dekat kepada Allah Swt. Doanya mustajab.

Rasulullah saw. bersabda,” orang-orang yang berpuasa doanya tidak ditolak, terutama menjelang berbuka. (HR Ibnu Majah,sanad hadis ini sahih). Ibnu Umar ra meriwayatkan bahwa Nabi saw. menjelang berbuka puasa selalu berdoa: “ Dzahabazh zhama’u wabtalatil ‘uruqu watsabatil ‘ajru insyaa Allahu taala. (dahaga telah pergi, kerongkongan telah basah, semoga Allah memberikan pahala). Tiga orang yang doanya tidak pernah ditolak: Pemimpin yang adil, seorang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, orang yang dizalimi. Semoga ***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari