Kamis, 21 November 2024

Pemimpin (Jangan) Memasung Diri Sendiri

- Advertisement -

(RIAUPOS.CO) – Negeri kita rindu dengan pemimpin yang memiliki visi tersebut, akankah lahirnya pemimpin baru baik ditingkat pusat maupun daerah, mampu mengatasi problematika pembangunan? Atau sebaliknya para pemimpin yang telah mendapat kursi kekuasaan, akan menikmati aji mumpung dan cenderung menjaga jarak dengan rakyat.

Tahun 2024 merupakan tahun kebangkitan pemimpin-pemimpin baru yang dilahirkan melalui proses Pemilu dan Pemilukada pada berbagai daerah di seluruh wilayah kesatuan republik indonesia. Bagi yang mampu memenangkan kompetisi merebut suara hati rakyat tentunya pantas untuk bersyukur karena banyak sahabat lain yang tidak terpilih.

- Advertisement -

Namun yang menang jangan sombong dan yang kalah bermarwah, bersabar dan bisa mengambil hikmahnya. Lahirnya pemimpin baru diharapkan akan membawa corak dan warna yang baru pula, sehingga tidaklah salah anggapan masyarakat yang menyatakan pergantian pemimpin merupakan momentum yang tepat untuk melakukan pembenahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Setiap pergantian pemimpin akan selalu diikuti dengan pergantian pejabat dibawahnya, mulai dari pejabat tinggi sampai dengan pejabat terendah. Rakyat tidak terlalu berharap yang berlebihan, tetapi jangan disalah gunakan mandat yang telah diberikan oleh rakyatnya. Karena bisa saja rakyat akan mencabut mandat yang telah diberikan, jika ternyata pemimpin yang diberikan mandat tidak amanah.

Sungguh amat berat tugas seorang pemimpin, ia harus mempertanggungjawabkan mandat rakyatnya dan sekaligus juga harus mempertanggungjawabkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Namun dalam praktiknya masih terjadi pengangkatan jabatan didasarkan pada unsur kekerabatan dan persepahaman. Sehingga sang pemimpin telah dipasung dengan sistem politik yang diciptakannya sendiri.

- Advertisement -

Mereka bukannya tidak mampu mencari pejabat yang memiliki profesionalisme untuk menjalankan tugas sesuai dengan tuntutan jabatan; akan tetapi ia telah dipaksa oleh kondisi yang telah memenjara pola pemikiran dan idealisme dirinya sendiri. Ia terpaksa membagi-bagi jabatan, sesuai dengan kontrak politik yang telah dibuat jauh hari sebelumnya disaat mencari dukungan.

Jika tidak berhati-hati malapetaka besarpun akan terjadi, korupsi dan penyalahgunaan wewenang akan muncul pada semua lini; saraf takut dari para pemimpin tidak mereka miliki lagi. Seseorang boleh saja pintar, memiliki ketrampilan dan motivasi tinggi tetapi kalau secara etik dan moral tidak bisa dipercaya maka tidak layak disebut profesional, dan tidak layak tipe orang seperti ini diangkat sebagai pejabat publik.

Baca Juga:  Mengelola Rasa Suka dan Benci

Ibarat sebuah andong yang ditarik beberapa ekor kuda, kecepatannya sangat ditentukan oleh kuda yang paling lambat. Akankah negeri kita di manajemeni dengan manajemen andong? entahlah. Yang pasti nurani seorang pejabat akan terusik ketika mengangkat dan meunjuk pejabat yang tidak memiliki kompetensi dan profesionalisme.

Pemimpin mulia adalah pemimpin yang ideal dan profesional yang memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut. Pertama, menguasai pekerjaan. Ia mengetahui betul seluk beluk pekerjaannya, dan paham dengan apa yang harus dikerjakannya, sehingga menjadikan dirinya sebagai problem solver bukan trouble maker.

Kedua, mempunyai loyalitas kerja. Seorang profesional sejati memiliki prinsip bahwa apapun yang dikerjakannya bukanlah suatu beban tetapi merupakan panggilan hidup. Loyalitas akan memberikan daya kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik untuk pekerjaannya. Ia akan bekerja total apapun yang ia lakukan didasarkan rasa cinta.

Ketiga, mempunyai integritas. Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan menjadi prinsip dasar bagi seorang profesional. ia akan mampu membentuk kehidupan moral lebih baik. Tidak cukup hanya sekedar cerdas dan pintar, tetapi juga sisi mental.yang sekaligus mementukan kualitas hidupnya.

Keempat, mampu bekerja secara Tim . Seorang profesional dituntut untuk bisa bekerja sama dengan berbagai pihak. Ia akan membuka dirinya untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerjasama dan memberikan dirinya bagi siapa saja tanpa pandang bulu.
Kelima, memiliki visi, Seorang profesional harus memiliki visi dan pandangan yang jelas akan
masa depan. ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengerahkan pikiran, sikap dan perilakuknya. Ia memiliki tanggungjawab yang besar karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan dan sudah mempertimbangkan resiko yang akan diterimanya.

Baca Juga:  Refleksi Hari Santri 

Keenam, mempunyai komitmen yang kuat. Tidak akan mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesionalisme, Ia akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya. Ketujuh, mampu memotivasi, Dalam kondisi apapun seorang profesioanl tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya. Seburuk apapun kondisi dan situasinya ia harus bisa memotivasi dirinya dan juga orang-orang yang tergabung dalam tim kerjanya untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.

Kesuksesan pemimpin dapat diukur dari keberhasilannya dalam mendidik dan mengembangkan bawahannya, termasuk memikirkan regenerasi calon penggantinya. Di tangan pemimpin, organisasi akan dipertaruhkan, dimana denyut nadi organisasi ditentukan oleh pemimpin, termasuk maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, mati hidupnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam organisasi serta tercapai tidaknya tujuan organisasi.

Karenanya banyak pihak yang berharap agar setiap pergantian pemimpin mampu menata kembali system organisasi yang lebih dinamis, transparan, dengan mengedepankan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran dan memiliki kejernihan hati. Jika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka siapapun orangnya yang telah dikaruniai hati, akan mampu mendeteksi hal tersebut.

Prinsipnya adalah seorang pemimpin mampu mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Itulah yang disebut dengan pemimpin yang mulia. Kapan lahirnya seorang pemimpin mulia? Ketika seseorang pemimpin menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya.

Sebagai Bangsa yang merdeka dan berdaulat tentu kita bersepakat mengutamakan nilai-nilai kemuliaan dari para pemimpinnya. Bagaimana mengintegrasikan kematangan nilai-nilai kemuliaan? Diantaranya melalui lembaga pendidikan, meningkatkan keimanan, mengurangi konflik, melakukan penelitian dan pengkajian, meningkatkan pengetahuan agama dan cara berfikir baru, menanamkan nilai-nilai budaya organisasi dan budaya kerja yang positif, menerapkan secara konsisten prinsip kompetensi emosional yang dilandasi kekuatan kecerdasan spiritual. Semoga… ***

(RIAUPOS.CO) – Negeri kita rindu dengan pemimpin yang memiliki visi tersebut, akankah lahirnya pemimpin baru baik ditingkat pusat maupun daerah, mampu mengatasi problematika pembangunan? Atau sebaliknya para pemimpin yang telah mendapat kursi kekuasaan, akan menikmati aji mumpung dan cenderung menjaga jarak dengan rakyat.

Tahun 2024 merupakan tahun kebangkitan pemimpin-pemimpin baru yang dilahirkan melalui proses Pemilu dan Pemilukada pada berbagai daerah di seluruh wilayah kesatuan republik indonesia. Bagi yang mampu memenangkan kompetisi merebut suara hati rakyat tentunya pantas untuk bersyukur karena banyak sahabat lain yang tidak terpilih.

- Advertisement -

Namun yang menang jangan sombong dan yang kalah bermarwah, bersabar dan bisa mengambil hikmahnya. Lahirnya pemimpin baru diharapkan akan membawa corak dan warna yang baru pula, sehingga tidaklah salah anggapan masyarakat yang menyatakan pergantian pemimpin merupakan momentum yang tepat untuk melakukan pembenahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Setiap pergantian pemimpin akan selalu diikuti dengan pergantian pejabat dibawahnya, mulai dari pejabat tinggi sampai dengan pejabat terendah. Rakyat tidak terlalu berharap yang berlebihan, tetapi jangan disalah gunakan mandat yang telah diberikan oleh rakyatnya. Karena bisa saja rakyat akan mencabut mandat yang telah diberikan, jika ternyata pemimpin yang diberikan mandat tidak amanah.

- Advertisement -

Sungguh amat berat tugas seorang pemimpin, ia harus mempertanggungjawabkan mandat rakyatnya dan sekaligus juga harus mempertanggungjawabkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Namun dalam praktiknya masih terjadi pengangkatan jabatan didasarkan pada unsur kekerabatan dan persepahaman. Sehingga sang pemimpin telah dipasung dengan sistem politik yang diciptakannya sendiri.

Mereka bukannya tidak mampu mencari pejabat yang memiliki profesionalisme untuk menjalankan tugas sesuai dengan tuntutan jabatan; akan tetapi ia telah dipaksa oleh kondisi yang telah memenjara pola pemikiran dan idealisme dirinya sendiri. Ia terpaksa membagi-bagi jabatan, sesuai dengan kontrak politik yang telah dibuat jauh hari sebelumnya disaat mencari dukungan.

Jika tidak berhati-hati malapetaka besarpun akan terjadi, korupsi dan penyalahgunaan wewenang akan muncul pada semua lini; saraf takut dari para pemimpin tidak mereka miliki lagi. Seseorang boleh saja pintar, memiliki ketrampilan dan motivasi tinggi tetapi kalau secara etik dan moral tidak bisa dipercaya maka tidak layak disebut profesional, dan tidak layak tipe orang seperti ini diangkat sebagai pejabat publik.

Baca Juga:  Mari Bangun Komunikasi Antara Orangtua-Guru

Ibarat sebuah andong yang ditarik beberapa ekor kuda, kecepatannya sangat ditentukan oleh kuda yang paling lambat. Akankah negeri kita di manajemeni dengan manajemen andong? entahlah. Yang pasti nurani seorang pejabat akan terusik ketika mengangkat dan meunjuk pejabat yang tidak memiliki kompetensi dan profesionalisme.

Pemimpin mulia adalah pemimpin yang ideal dan profesional yang memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut. Pertama, menguasai pekerjaan. Ia mengetahui betul seluk beluk pekerjaannya, dan paham dengan apa yang harus dikerjakannya, sehingga menjadikan dirinya sebagai problem solver bukan trouble maker.

Kedua, mempunyai loyalitas kerja. Seorang profesional sejati memiliki prinsip bahwa apapun yang dikerjakannya bukanlah suatu beban tetapi merupakan panggilan hidup. Loyalitas akan memberikan daya kekuatan untuk berkembang dan selalu mencari hal-hal yang terbaik untuk pekerjaannya. Ia akan bekerja total apapun yang ia lakukan didasarkan rasa cinta.

Ketiga, mempunyai integritas. Nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan menjadi prinsip dasar bagi seorang profesional. ia akan mampu membentuk kehidupan moral lebih baik. Tidak cukup hanya sekedar cerdas dan pintar, tetapi juga sisi mental.yang sekaligus mementukan kualitas hidupnya.

Keempat, mampu bekerja secara Tim . Seorang profesional dituntut untuk bisa bekerja sama dengan berbagai pihak. Ia akan membuka dirinya untuk mau menerima siapa saja yang ingin bekerjasama dan memberikan dirinya bagi siapa saja tanpa pandang bulu.
Kelima, memiliki visi, Seorang profesional harus memiliki visi dan pandangan yang jelas akan
masa depan. ia akan memiliki dasar dan landasan yang kuat untuk mengerahkan pikiran, sikap dan perilakuknya. Ia memiliki tanggungjawab yang besar karena apa yang dilakukannya sudah dipikirkan dan sudah mempertimbangkan resiko yang akan diterimanya.

Baca Juga:  Mengelola Rasa Suka dan Benci

Keenam, mempunyai komitmen yang kuat. Tidak akan mudah tergoda oleh bujuk rayu yang akan menghancurkan nilai-nilai profesionalisme, Ia akan tetap memegang teguh nilai-nilai profesionalisme yang ia yakini kebenarannya. Ketujuh, mampu memotivasi, Dalam kondisi apapun seorang profesioanl tetap harus bersemangat dalam melakukan apa yang menjadi tanggungjawabnya. Seburuk apapun kondisi dan situasinya ia harus bisa memotivasi dirinya dan juga orang-orang yang tergabung dalam tim kerjanya untuk tetap dapat mewujudkan hasil yang maksimal.

Kesuksesan pemimpin dapat diukur dari keberhasilannya dalam mendidik dan mengembangkan bawahannya, termasuk memikirkan regenerasi calon penggantinya. Di tangan pemimpin, organisasi akan dipertaruhkan, dimana denyut nadi organisasi ditentukan oleh pemimpin, termasuk maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, mati hidupnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam organisasi serta tercapai tidaknya tujuan organisasi.

Karenanya banyak pihak yang berharap agar setiap pergantian pemimpin mampu menata kembali system organisasi yang lebih dinamis, transparan, dengan mengedepankan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran dan memiliki kejernihan hati. Jika suara hati merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka siapapun orangnya yang telah dikaruniai hati, akan mampu mendeteksi hal tersebut.

Prinsipnya adalah seorang pemimpin mampu mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan, dan keberhasilan. Itulah yang disebut dengan pemimpin yang mulia. Kapan lahirnya seorang pemimpin mulia? Ketika seseorang pemimpin menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya.

Sebagai Bangsa yang merdeka dan berdaulat tentu kita bersepakat mengutamakan nilai-nilai kemuliaan dari para pemimpinnya. Bagaimana mengintegrasikan kematangan nilai-nilai kemuliaan? Diantaranya melalui lembaga pendidikan, meningkatkan keimanan, mengurangi konflik, melakukan penelitian dan pengkajian, meningkatkan pengetahuan agama dan cara berfikir baru, menanamkan nilai-nilai budaya organisasi dan budaya kerja yang positif, menerapkan secara konsisten prinsip kompetensi emosional yang dilandasi kekuatan kecerdasan spiritual. Semoga… ***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari