Dampak Pandemi Covid-19, menciptakan peradaban baru dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Dulu ketika kita bertemu sahabat ataupun kerabat famili maupun tetangga dekat, selalu mendahulukan dengan jabat tangan, dan tidak jarang dilengkapi dengan cipika-cipiki. Itulah tanda dari keakraban dan ikatan batin antar sesama manusia sebagai makhluk sosial.
Bahkan dengan adanya kecanggihan teknologi, keakraban antar kelompok dalam berbagai komunitas diikat pula dalam bentuk WA (WhatsApp) Group. Biasanya komunikasi antar anggota hanya sebatas basa-basi berbentuk postingan lawakan dan tidak jarang sebagai ajang pamer upload status yang kekinian.
Namun pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tengah pandemi wabah Covid-19 ini telah merubah peradaban manusia, dan secara tanpa sadar pula musibah wabah virus ini menjadikan manusia harus diam di rumah dan pada akhirnya memunculkan potensi dari para kaum emak-emak, dengan berbagai kreativitas.
Tulisan berikut ingin memaparkan tentang potensi lahirnya “UMKM Rumahan†yang terbentuk dari WA Group (WAG) dan berkemungkinan bisa menjadi contoh baik dari pemanfaatan media sosial untuk kegiatan ekonomi bersekala kecil dan komunitas.
Pujian Tetangga
Di tengah situasi wabah Covid-19 ini munculah pelaku “UMKM Rumahan” dari emak-emak yang mengandalkan WA Group di beberapa kompleks perumahan.
Jika diamati setiap hari kelompok ini tidak pernah istirahat membahas topik-topik hangat seputar masakan. Bermula dari keisengan meng-upload masakan di WAG, lalu dikomentari oleh anggota lain dalam bentuk pujian, si empunya masakan kemudiaan mengirimkan masakan itu ke beberapa tetangga sebagai bentuk penguat silahturahmi, lalu berlanjut pujian dari tetangga yang telah mencicipi, terus bergulir melalui WAG bentuk penawaran bisnis kecil-kecilan dengan harga kompromi beruntung tipis.
Semakin lama grup WA ini makin berkembang, anggotanya juga terus bertambah. Variasi dan tema percakapan pun mulai beragam dan tidak hanya sebatas makanan kecil, berkembang membahas makanan cepat saji yang sudah dibekukan, lauk pauk ke khasan asal daerah anggota dan lainnya.
Sudah tentu ini akan menjadi menarik jika ada salah satu anggotanya menawarkan makanan jenis baru, biasanya akan langsung diserbu dengan cara membuat list nama, blok, serta berapa porsi yang dipesan. Tentu ini peluang bagi ibu-ibu yang sedang malas masak atau ibu-ibu pekerja akan sangat terbantu dengan penawaran ini.
Lama-lama anggota WAG terspesialisai secara alami, ada yang khusus berjualan dan ada yang menjadi pembeli. Tidak ada perebutan dan persaingan layaknya penjual, mereka saling mengisi satu dengan lainnya dengan potensi masing-masing sebagai penjual dan sebagai pembeli.
Seiring berjalannya waktu, anggota WAG semakin banyak, varian makanan dan barang yang ditawarkan pun makin bertambah. Di saat adanya pandemi corona dan diberlakukannya PSBB, di mana semua orang bekerja, belajar, dan ibadah di rumah, sehingga semua anggota grup mulai terbatas berpergian untuk memenuhi keperluan sehari-hari, jadilah “UMKM Rumahan” sebagai salah satu alternatif.
Saling Menguatkan
Saat momentum seperti ini anggota WAG mulai merasakan betapa mereka sesungguhnya saling menguatkan. Di saat salah satu anggota kesulitan untuk mendapat barang seperti masker, hand sanitiser, tiba-tiba saja salah satu anggota menawarkan. Bahkan saat satu anggota kesulitan mendapatkan gula pasir, ada anggota yang muncul menawarkan. Sudah jelas hal ini sangat membantu para anggota, yang secara usia sangat rentan akan virus Covid-19.
Kekuatan di antara anggota semakin lengkap, sehingga pemberdayaan masyarakat di antara sesama anggota makin kuat untuk saling membantu. Saat ini peran WAG tidak hanya sekadar menjual makanan kesukaan keluarga, tapi sudah berkembang dengan menjual segala macam keperluan, termasuk keperluan sehari-hari lainnya, menjadi rumah bagi “UMKM Rumahan” dalam bertransaksi.
Sudah barang tentu hal ini sangat membantu di antara anggota grup. Setiap hari para anggota cukup mengamati percakapan dan barang-barang apa saja yang ditawarkan sesama anggota. Hampir semua keperluan anggota grup tersedia. Admin grup secara sukalera mengatur lalu lintas percakapan biar tidak ada pesanan anggota yang terlewatkan.
Di antara anggota sangat menjunjung tinggi aturan yang berlaku, prinsipnya di tengah keterbatasan, prinsip berbagi tetap muncul untuk saling menguatkan. Inilah manajemen “UMKM Rumahan” yang kini mulai marak di masyarakat kita.
Apa makna di balik ini semuanya? Tidak ada satu pihak manapun yang pernah tahu bahwa peradaban manusia yang telah terbentuk ratusan juta tahun dengan Pademi Covid-19 telah berubah. Benar apa yang ditulis oleh Yuswohaday, Farid Fatahillah dkk, yang belakangan beredar luas di media sosial tentang “The 30 Predictions, Consumer Behavior New Normal Aftaer Covid-19”.
Mari kita mulai mengantisipasi perubahan yang telah dan akan terjadi di masyarakat kita saat dan setelah pandemi Covid-19 berakhir.***